Badan Amalan Islam Kantor Pelayanan Perbendahraan Negara Klaten Kembali mengadakan kegiatan Pembinaan Mental. Kegiatan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 20 Juli 2023 pukul 15.00 s.d. 16.00 WIB di Mushola Sholahudin KPPN Klaten. Kegitan pembinaan mental bertema “Muhasabah Diri” bertujuan menguatkan mental dan spiritual untuk selanjutnya dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas sehari – hari yang disampaikan oleh Ustadz Nanang Usman Salim. Kegiatan diikuti oleh para pejabat/pegawai KPPN Klaten dan pegawai PPNPN dan Mahasiswa Magang secara offline.
Kegiatan Pembinaan Mental dibuka oleh Ustadz Nanang Usman Salim dengan Basmallah, salam, Puji syukur kepada Allah swt dan sholawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Kemudian Ustadz Nanang Usman Salim membaca ayat وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ yang artinya Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.
Ustadz mengajak kita semua, di bulan Muharram diawal tahun hijriah ini untuk Bersama sama untuk muhasabah diri. Muhasabah diri dengan cara mengajukan pertanyaan kepada diri kita sendiri, misalnya bagaimana ibadah malam kita selam bulan ini atau minggu ini. Atau bagaimana kita berinteraksi dengan alQuran baik dengan tilawah atau mengkajinya dlam bulan ini atau minggu ini. Atau bagaimana kita menjaga sholat berjamaah di masjid selam bulan ini atau minggu ini. Atau bagaimana kita menjaga sholat lima waktu dalam minggu ini atau bulan ini. Pertanyaan ini untuk koreksi diri kita, jika terjadi kemunduran, maka kita niatkan untuk memperbaiki dimasa datang
Untuk Muhasabah diri kita ustadz mengambil pelajaran dari Kisah Sahabt Abdullah Ummi Maktoum. Pada suatu hari, Abdullah bin Ummi Maktum ra mengajukan dispensasi untuk tidak melaksanakan salat berjamaah 5 waktu di masjid, sebagaimana layaknya laki-laki muslim balig lainnya, karena tidak adanya penuntun jalan baginya yang buta dan juga karena kesehatannya yang terus menurun, padahal rumahnya cukup jauh dari masjid.
"Ya Rasulullah, saya tidak memiliki penuntun jalan untuk bisa mendatangi shalat 5 waktu berjamaah di masjid, sementara mata saya buta dan kesehatan saya juga menurun, padahal rumah saya cukup jauh dari masjid. Dengan kondisi seperti itu, apakah saya memiliki rukhshah atau keringanan bisa menjalankan salat di rumah?" Urai Abdullah bin Ummi Maktum ra kepada Rasulullah SAW. "Ya! " Jawab Rasulullah singkat dan jelas. Demi mendengar jawaban Rasulullah atas pertanyaanya tersebut, Abdullah bin Ummi Maktum langsung pamit kepada Rasulullah dan beranjak keluar, tetapi tiba-tiba Rasulullah memanggilnya kembali.
“Wahai Abdullah, apakah engkau mendengar seruan untuk shalat 5 waktu?” tanya Rasulullah saat itu. "Kumandang azan ya Rasulullah?" Abdullah bin Ummi Maktum balik tanya kepada Rasulullah. "Ya Abdullah!" Jawab Rasulullah lagi. "Saya mendengarnya ya Rasulullah" jawab Abdullah bin Ummi Maktum ra. "Kalau kau mendengar seruan shalat, saya tidak menemukan rukhshah (keringanan) buatmu! Jadi engkau harus tetap berusaha untuk mendatangi masjid dan shalat berjamaah bersama kita semua" Jawab Rasulullah SAW. Mendengar jawaban Rasulullah yang jelas dan lugas, Abdullah bin Ummi Maktum ra. yang sedari awal sejatinya memang sudah membulatkan tekadnya untuk mengimani Islam secara kaffah, semakin bersemangat untuk istiqamah dalam menjalankan perintah Allah SWT.
Abdullah bin Ummi Maktum ra memang tidak bisa melihat apapun, termasuk jalanan berbatu yang wajib dilaluinya untuk menuju masjid, tapi telinganya tetap mendengar kumandang azan sebagai seruan untuk mendirikan shalat berjamaah 5 waktu di masjid. Karenanya, agar tidak terlambat tiba di masjid, atas ijin dan hikmah Allah SWT, sebelum azan berkumandang, beliau selalu berusaha berangkat ke masjid, meskipun harus dengan meraba-rabakan tangan dan tongkatnya di jalanan yang dilalui demi menyambut panggilan-Nya, tidak terkecuali untuk shalat Subuh di pagi buta yang gelap gulita.
Jatuh bangun di jalanan sampai bagian tubuhnya terluka merupakan hal biasa bagi Abdullah bin Ummi Maktum ra, hingga pada suatu pagi saat berangkat ke masjid di pagi buta, tanpa sepengetahuannya beliau tersandung sebuah batu yang lumayan tajam hingga tersungkur dan dari kaki dan wajahnya mengalir darah segar. Luar biasanya, tanpa mengaduh sama sekali, beliau langsung berdiri dan sama sekali tidak mengindahkan darah yang keluar dari luka-luka di kaki dan wajahnya, kecuali hanya mengusap untuk membersihkannya saja. Selanjutnya, beliau tetap bersemangat melanjutkan perjalanan menuju masjid.
Beberapa saat setelah berjalan dengan sedikit tertatih-tatih karena lukanya, tiba-tiba datang seorang laki-laki ramah yang memegang tangannya dan terus menuntun jalan beliau sampai ke masjid. Luar biasanya, lelaki murah hati tersebut ternyata juga berkenan mengantar Abdullah bin Ummi Maktum ra pulang ke rumah. Ternyata, "lelaki asing" baik hati tersebut tidak hanya datang untuk mengantar Abdullah bin Ummi Maktum ra pulang-pergi ke masjid pada hari kejadian saat beliau terjatuh saja, tapi setiap hari, bahkan setiap datang seruan shalat berkumandang dari masjid. Hingga membuat penasaran Abdullah bin Ummi Maktum ra.
"Wahai fulan, bolehkah aku mengetahui nama dan asal-usulmu, agar aku bisa mendoakan perbuatan baikmu kehadirat Allah SWT?" Tanya Abdullah bin Ummi Maktum ra kepada sosok lelaki asing baik hati tersebut. "Kau tidak perlu mengetahui nama dan asal-usulku dari mana dan jangan juga mendoakanku, karena sesungguhnya aku ini iblis". Jawab si lelaki asing baik hati tersebut. "Bagaimana mungkin kau selalu mengantarku pulang pergi ke masjid, sedangkan pekerjaanmu mengganggu dan menghalangi orang yang beribadah kepada Allah?" Jawab Abdullah bin Ummi Maktum ra yang saat itu benar-benar terkejut, demi mendengar jawaban si lelaki baik hati yang ternyata mengaku sebagai iblis laknatullah!
"Ingatkah, saat kau tersandung batu tajam dan akhirnya terjatuh, sehingga kaki dan wajahmu terluka parah mengeluarkan darah segar? Saat itu, teman-temanku mencuri dengar berita di langit, ketika para malaikat saling berbagi kabar dan berkata bahwa Allah SWT telah mengampuni setengah dosamu karena jatuh dan lukamu saat itu". "Karenanya, aku khawatir jika engkau tersandung dan terjatuh lagi saat berjalan tertatih menuju masjid, apalagi sampai terluka parah lagi, maka setengah dosamu lagi akan mendapat ampunan dari Allah SWT juga. Itu yang tidak aku inginkan! Maka sejak itu, aku terpaksa mengantarmu, menuntunmu pulang-pergi ke masjid". Jawab si lelaki baik hati yang ternyata seorang iblis. (Dipetik dari Kompasiana)
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah diatas adalah betapa pun halangan dan rintangan jika tekad telah bulat untuk menjlanakan perintah Allah sampaipun ujian kemudahan karena ditolong Iblis, sahabat tetap istiqomah menjlankan ibadah. Lalu Bagaimana dengan diri kita? Apakah telah berusaha sekuat dan semampu kita untuk menjalankan perintah Allah? Betapa hari ini kita dekat dengan masjid, bahkan banyak suara azan bersahutan saking dekatnya banyak masjid, tetapi masih banyak yang belum ke masjid! Kadang karena alasan kesibukan dunia, kadang tidak sibuk dunia tetapi menyibukkan diri dengan hal kurang berguna.
Untuk itu marilah kita niatkan diri kita untuk menghidupkan masjid kita, dengan memakmurkanya dengan menghadiri sholat berjamaah. Untuk menjadikan kita istiqomah salah satu jalannya yaitu berteman dengan orang yang sholeh.
Berteman dengan orang sholeh salah satu alasannya yaitu tidak akan mengecewakan, akan memberi nasehat Ketika kita lupa, memberikan bantuan Ketika kita lemah, dan memberikan semangat agar kita lebih kuat. Berteman dengan orang sholeh bagaikan berteman dengan penjual minyak wangi, barangkali kita dapat membeli minyak wangi darinya, atau diberikan minyak wangi atau paling tidak kita akan mendapatkan bau wanginya. Sedangkan berteman dengan orang jahat bagaikan berteman dengan tukang tiup api, bisa jadi terbakar baju kita, atau akan lubang bajukita, atau paling tidak akan bau asap baju kita.
Rsulullah juga mengatakan bahwa kita diakhirat nanti akan Bersama dengan orang yang kita cintai, jika kita mencintai orang sholeh maka kita akan bersamanya disurga nanti. Kisah Tabiin Hasan Bashri menjadi pelajaran bagi kita, bahwa berteman dengan orang sholeh juga akan mampu memberikan pertolongan kepada kita diakhirat nanti, orang sholeh akan mencari kita sebagai temannya untuk diberikan syafaat. Tentunya teman yang dapat diberikan syafaat diakhirat adalah orang yang beriman, orang yang bersyahadat, sebagaimana hadits Janganlah berteman kecuali dengan orang yang beriman dan memakan makanmu kecuali orang bertakwa.
Semoga yang kita sampaiakan yaitu Istiqomah dan memilih teman orang sholeh dalam pergaulan menjadi renungan bagi kita, bekal yang berharga menjalani sisa hidup kita yang singkat kenyataannya. Kita merenungi sesungguhnya darimana asal kita dan akan Kembali kemana diri kita, sehingga akan dapat menentukan harus bagaimana diri kita. Kegiatan Pembinaan Mental diakhiri dengan Doa yang dipimpin Ustadz Nanang Usman Salim.
Beberapa kesimpulan yang dapat kita petik dari kegiatan pembinaan mental ini diantranya yaitu Pertanyaan muhasabah adalah untuk koreksi diri kita, jika terjadi kemunduran, maka kita niatkan untuk memperbaiki dimasa datang. Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah Abdullah Ummi Maktoum adalah betapa pun halangan dan rintangan jika tekad telah bulat untuk menjlanakan perintah Allah sampaipun ujian kemudahan karena ditolong Iblis, sahabat tetap istiqomah menjlankan ibadah. Berteman dengan orang sholeh salah satu alasannya yaitu tidak akan mengecewakan, akan memberi nasehat Ketika kita lupa, memberikan bantuan Ketika kita lemah, dan memberikan semangat agar kita lebih kuat. Kita merenungi sesungguhnya darimana asal kita dan akan Kembali kemana diri kita, sehingga akan dapat menentukan harus bagaimana diri kita.
Penulis : Sumadi Pegawai KPPN Klaten