Jl.Kopral Sayom No. 26 Klaten

Berita

Seputar Kanwil DJPb

KIAT SUKSES DAN BAHAGIA

            Pembinaan mental / Pengajian dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 23 Desember di aula KPPN Klaten. Acara di pandu oleh Bapak Usman Salim dengan Pembicara disampaikan oleh Ustadz Drs. Amin Mustofa, Msi  (Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Klaten). Acara diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara dilanjutkan pembacaan Sari Tilawah oleh Bapak Hidayat yang membacakan Surat Mulk ayat 1 s.d. 8. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Bapak Sugiyana Kepala KPPN Klaten.

            Dalam sambutannya Bapak Sugiyana menyampaikan bahwa pembinaan mental dilaksanakan minimal satu bulan sekali. Pembinaan mental selain untuk memenuhi perintah pimpinan yaitu dalam penguatan internal SDM secara kelembagaan, yang paling penting adalah agar pegawai dapat menjaga keseimbangan antara kegiatan dunia dan akhirat. Pembinaan mental juga bertujuan untuk penguatan iman, sehingga membantu integritas pegawai dalam pelaksanaan tugas kedinasan.

            Acara dilanjutkan dengan pengajian yang disampaikan Ustadz Drs. Amin Mustofa, Msi. Setelah salam dan tahmid ustadz mengajak hadirin untuk senantiasa bersyukur kepada Allah swt. Sebab kita dapat hadir di majlis ilmu itu merupakan ni’’mat yang besar. Hadir di majlis ilmu akan diberi ketenangan jiwa, disukai Allah swt dan di kerumuni malikat yang mendoakan agar diampuni dosa dosa kita.

            Ustadz menceritakan nasehat orang tua, diantaranya yaitu agar kita tidak malu jika berada di majlis ketaatan kepada Allah swt. Sebaliknya harus malu jika berada di majlis yang disitu bergerombol orang yang tidak taat atau melakukan perbuatan maksiat dan sia sia.Waspadalah jika bersama dimana disitu ada kemunkaran.

            Ustadz melanjutkan , walaupun pengajian hanya dihadiri tidak banyak orang, harus disyukuri. Karena kesuksesan pengajian bukan diukur dari banyaknya yang hadir. Walupun dihadiri satu lapangan, ramai dengan sambutan dan gelak tawa, belum tentu sukses, Walaupun orang mengatakan sukses banget. Tapi pengajian disebut sukses jika membawa daya perubahan terhadap jamaah yang hadir menjadi yang belum taat menjadi taat kepada Allah swt. Sehingga ada efek kejut di yaumil akhir. Misalnya diakhirat dicatat ada pahala wakaf 2 hektar, padahal tidak pernah wakaf sebesar itu. Ternyata ada jamaah yang atas anjuran ustadz di pengajian berwakaf 2 hektar, sehingga yang menganjurkan juga dapat pahala juga. Ustadz menjelaskan dakwah tidak harus di mimbar, tetapi yang penting adalah suri tauladan.

            Kemudian ustadz mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah saw. Dimana Rasulullah adalah orang yang harus kita teladani, kita rindukan untuk bertemu nanti diakhirat dan kita harapkan syafaatnya. Ustadz melanjutkan semoga hadirnya kita di majlis ini bukan hanya karena perintah dinas tetapi juga karena memang perlu untuk hadir di pengajian.

            Inti pengajian menjelaskan tentang kiat sukses dalam kehidupan. Jika masih orang normal, pastinya ingin hidup sukses, hidup bahagia. Hanya saja kebahagian, kesuksesan jika tidak mempunyai pedoman berdasar agama, maka akan mempunyai pandangan dan tolok ukur yang berbeda beda.

            Banyak orang berpandangan bahagia, sukses jika ada jabatan. Ustadz mencontohkan jika di KPPN Klaten maka yang paling sukses adalah bapak Sugiyana, karena menduduki puncak jabatan yaitu Kepala KPPN. Jika di Dinas Kominfo Klaten maka ustad Amin adalah yang paling sukses, karena yang menduduki puncak pimpinan yaitu sebagai Kepala Dinas Kominfo. Tetapi pandangan Islam tidak begitu. Kalau artis yang dibilang sukses yang banyak followernya dan banyak pengikutnya, terkenal sampai rela mengumbar aurat bahkan telanjang pun akan dilakukan. Sehingga jika kita tidak mempunyai dasar yang kuat akan terbawa seperti itu.

            Jika sukses dikira hanya jabatan, terkenal, cantik maka orang akan rela melanggar aturan, bahkan dengan memfitnah kawannya. Dalam Islam untuk mencapai sukses ada aturan, ada kiat untuk mencapai sukses. Ada tiga kiat untuk mencapai sukses. Yang pertama dibilang sukses kalau hidup kita memberikan manfaat. Rasulullah bersabda Khoirunnaas anfaulinnas. Sebaik baik manusia adlah yang paling banyak manfaatnya untuk manusia atau orang lain. Jadilah hidup didunia yang dapat memberikan dampak positip kepada orang lain. Jangan sampai adanya kita atau tidak adanya kita tidak ada pengaruhnya. Kita harus berupaya agar hidup kita bermanfaat untuk orang lain. Sehingga jika ada jabatan atau harta harus bermanfaat untuk orang lain.

            Dalam hidup bermasyarakat jika kita murah senyum, grapyak, entengan membantu yang lain akan disukai masyarakat. Beda dengan orang yang sok wibawa, jaga image, maka kurang disukai orang. Misalnya dengan jamaah masjid, kita menyapa dan jagongan dengan yang lain. Jika ada orang sakit menjenguk atau telepon, peduli. Maka masyarakat akan menyukai yang demikian. Sehingga dilingkungan adanya kita diperlukan, sangat didambakan.

            Di dunia ini 3 m yang sangat istimewa. Metu, Manten dan Mati (Lahir, Nikah, dan Mati). Yang ketiga nya termasuk takdir, hamya Allah yang mengetahui. Dimana kita tidak bisa memilih dari orang tua mana dilahirkan, dengan siapa kita berjodoh, dimana dan kapan kita akan mati. Normalnya jika bayi lahir, maka akan ketemu bayi akan menangis dan keluarga akan tersenyum. Jika Nikah akan ketemu yang nikah tersenyum dan keluarga akan tersenyum. Jika nggak tersenyum kemungkinan nikahnya OTT. Jika Mati maka diharapkan yang Mati tersenyum dan keluarga menangis. Karena Orang yang meninggal adalah orang baik, sedangkan keluarga dan masyarakat merasa kehilangan. Beda dengan orang tidak baik yang meninggal, maka masyarakat akan merasa lega, tersenyum, terhenti dari gangguan dan kejahatannya.

            Ciri lain orang yang bermanfaat ialah yang bertakwa yang beriman yaitu suka berinfak walupun dalam lapang ataupun sempit. Jika kita sukanya hanya menerima bukan memberi, maka data tidak akan beres. Coba di data , masyarakat miskin akan diberikan bantuan, maka datanya akan meledak. Ustadz menceritakan ketika ada kabupaten yang diberi label miskin, maka bupatinya ngamuk dan marah. Akan tetapi setelah tahu bahwa dengan data kemiskinan akan diberikan bantuan dana inpres desa tertinggal, maka ramai ramai para bupati mengajukan kabupatennya sebagai daerah miskin. Ini adalah masalh mental.

            Untuk mendidik mental memberi, ustadz memberikan contoh. Ketika anak bangun tidur maka ingat Allah, dan melakukan infaq 500 rupiah untuk orang miskin. Ini adalah latihan kaya, dengan banyak memberi. Maka kalau ingin sukses dengan banyak memberi. Karena sedekah maka Allah akan melipatgandakan. Maka seseorang harus memberikan kemanfaatan kepada dirinya, kantor dan lingkungannnya. Maka pegawai jika dimutasi tidak khawatir, dengan kemanfaatan kita maka akan banyak kawan, banyak teman.

            Ustadz mencontohkan dengan sikap memberi manfaat orang lain dipercaya menjadi RT sampai 20 tahun, tidak ganti ganti.Jika bertemu senyum dan sapa. Memang sikap sesorang untuk mencerminkan apa yang dalam hati. Jika banyak masalah ya susah untuk tersenyum. Jika banyak manfaat akan banyak kawan dan akan bahagia. Jika banyak musuh maka akan resah, gelisah dan tidak bahagia. Bahkan merasa di nerka karena tidak rukun dengan tetangga kiri kanan. Hidup akan merasa tertekan.

            Itulah ukuran sukses yang pertama, yaitu hidupnya bermanfaat untuk orang lain. Ukuran sukses yang kedua adalah hidup kita tawazun, seimbang. Seperti yang ada dalam kata smabutan bapak Kepala KPPN Klaten. Kita upayakan keseimbangan dalam hidup. Ustadz membacakan surat al Qoshos ayat 77. “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan’’. Keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat.

            Falsafah orang jawa, nanduro pari mesti tukul sukete, nek nandur suket ra bakalan tukul parine. Kalau cari akhirat maka akan dapat dunia juga, jika hanya mencari dunia maka akan dapat dunia sesuai janji Allah, tetapi tidak akan mendapatkan akhirat.Hanya saja falsafah ini sering ditabrakkan dengan survei logika.

            Ustadz mencontohkan survey tentang obat. Suatu obat diujicobakan ke 100 orang. Yang sembuh 3. Maka obat itu kurang mujarab. Obat lain diujicobakan, yang sembuh 97 maka obat itu mujarab. Uji coba satunya tentang 100 orang melarat. Disuruh doa, sholat dan puasa dan minta kepada Allah kaya. Dari 100 orang  yang berhasil menjadi kaya satu orang saja.Kalo uji coba begini maka kesimpulannya doa kepada Allah tidak mujarab.

            Satu pertanyaan lagi. Ada seorang wanita ramah, baik terhadap tetangga tetapi tidak memakai jilbab. Satu lagi satu wanita memakai jilbab, tetapi tidak ramah terhadap tetangga. Kira kira baik mana?            Ini adalah contoh pertanyaan dan kasus yang menjebak kita, pertanyaan yang tidak evel to evel, tidak setingkat dan tidak sebanding sehingga kesimpulan akan salah.

            Allah sudah berjanji jika ingin kekayaan maka akan diberi. Hanya saja harus dipenuhi syaratnya, misalnya ya bekerja. Kita tidak usah risau, kita yang menciptakan Allah maka yang memberi rezki Allah. Sekolah/Pelajaran dari burung, pagi pagi pergi dengan tembolok yang kosong. Pulang sore ada yang kembali dengan tembolok penuh, ada yang setengah, bahkan hanya sedikit.

            Demikian juga orang jualan. Pasti mendapatkan rezeki. Hanya saja harus dipenuhi syaratnya. Tidak hanya sambat tidak laku. Harus rajin, jujur, jualan yang enak dan bersih, jangan menipu, kualitas dijaga.Kemudian tawakkal, maka dapatnya seberapa pun bersyukur  kepada Allah akan barokah.Jangan takut tidak diberi rezeki, tapi takutlah diberi rezeki tapi tidak barokah. Karena kalau tidak barokah akan mencelakakan kita.

            Ustadz menceritakan dapat ilmu ini setelah diskusi. Sebagai sekretaris badan bimbingan pernikahan. Yang mendamaikan orang yang akan bercerai. Pengamatan ustadz, ada sepasang suami isteri, rumah masih kontrak, pergi boncengan motor kesana kesini, kelihatan bahagia. Setelah mendapat gaji dan tunjangan sertifikasi justru sering cekcok (Banyak kasus perceraian guru setelah tunjangan sertifikasi). Seharusnya setelah punya rumah mobil dan harta lainnya harusnya bahagia. Bahkan ketika mediasi akan dirukunkan justru cekcok sendiri. Maka jangan takut tidak mempunyai apa apa. Tapi takut mempunyai apa apa tapi tidak barokah, tidak akan membawa bahagia.

            Maka hidup kita harus seimbang. Dalam hal kerja pun Allah berfirma dalam surat Annaba, “dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian, dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan”. Kita kerja harus istirahat. Kita hidup juga harus memperhatikan hak hak orang lain. Allah mempunyai hak untuk diibadahi. Keluarga mempunyai hak untuk dibersamai. Teman punya hak untu dipergauli, bermusyawarah dan silaturrahim. Maka ketika orang bisa menyeimbangkan hak hak ini maka hidupnya akan seimbang dan bahagia.

            Ustadz mencontohkan ada orang ahli percakrukan. Orang baik, hebat pahlawan percakrukan. Dia tidak merepotkan isterinya, habis isya goreng pisang buat teh dibawa ke cakruk/pos ronda.Kemudian gaple, setiap malam. Jika datang disambut kawan kawannya. Tapi lupa isterinya, anaknya ditinggal tiap malam. Sehingga diacuhkan  anak dan isterinya. Hidup menjadi tidak nyaman. Karena dia tidak seimbang. Yang seimbang ya kadang kadang saja.

            Allah itu berhak untuk diibadahi. Diciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada Allah. Ustadz membacakan Surat Adzdzariat ayat 51. Kita bersyukurnya kepada Allah ya ibadah. Menggunakan tubuh walau rusak kalau sesuai kehendak Allah, Allah tidak akan marah. Tapi kalau tubuh rusak tetapi digunakan tidak sesuai kehendak Allah, maka Allah akan marah. Karena ingin seimbang dunia akhirat, kalau ada kegiatan sholat tengah malam, walau jamaah hanya 2 kita akan datang. Solat diusahakan juga berjamaah di masjid. Sebaik baik sholat fardhu bagi laki laki yaitu berjamaah di masjid.

            Ustadz mencontohkan sholat berjamaah di masji kantor. Bertegur sapa dengan jamaah. Tapi tidak boleh lama lama. Harus seimbang.Kalau dimasyarakat diusahan tampil didepan. Ketika bermanfaat untuk orang lain, akan diambil anak mantu, contohnya. Kepala kantor punya hak pada kita, tetangga juga punya hak kepada kita.Keluarga juga punya hak ke kita. Semua harus diseimbangkan.

            Contoh seorang pelajar dibelikan motor bapaknya. Tujuannya biar rajin ibadah, sekolah dan less. Tetapi ternyata setelah dibelikan motor justru tidak lagi pernah sholat dhuha yang dulu rajin, tidak less dan tidak ke masjid, sibuk main. Orang tua tentu saja tidak akan senang hati. Demikian juga Allah sudah memberikan banyak nikmat, supaya kita bertambah rajian ibadah, sehingga Allah suka sama kita. Tubuh kita diberikan adalah untuk beribadah.

            Kunci sukses yang ketiga adalah bahwa hidup kita tidak hanya berhenti didunia ini saja, maka kita upayakan mati kita adalh mati husnul khatimah, mati yang terbaik. Doa Rasululullah agar husnul khatimah, “Allahummaj'al khayra 'umri akhirahu, wakhaira 'amali khawatimahu, wa khaira ayyami yauma al-qaka.(Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku pada ujungnya, dan jadikan sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan jadikan sebaik-baik hariku pada saat aku bertemu dengan-Mu (di hari kiamat). (HR Ibnu As-Sunni)

            Ustadz mencontohkan meninggalnya ustadz Jumiyono. Meninggal ketika selesai memberikan khutbah id dua tahun lalu. Sebelum berangkat id memeluk anak isteri. Selama Ramadhan i’tikaf penuh. Ketika ada pengajian segera datang. Inilah contoh husnul khotimah.

             Contoh lainnya adalah orang tua yang mengantar anak ke pondok. Dengan niat anaknya menjadi hafidz dan alim. Ketika kembali pulang pesawatnya jatuh. Orang tua meninggal. Dengan niat mencetak hafidz maka akan terhitung jihad. Inilah contoh husnul khotimah.

            Kita semua akan meninggal. Maka kita harus memilih cara mati. Mati di pondok dalam menuntut ilmu akan lebih mulia. Jangan sampai mati di majlis oplosan  (Minuman keras). Apalagi dengan kondisi bekerja dan pindah pindah jangan sampai anak hanya diasuh pembantu, lebih baik dimasukkan ke pondok pesantren.

             Ustadz juga mengingatkan agar anak kita dipondok juga menjaga kehormatan. Tidak tergantung kepada maisyah orang lain. Jangan menggantungkan pemberian orang lain yang mengurangi kehormatan. Diharapkan hafidz yang mandiri mempunyai maisyah sendiri. Beliau mencontohkan putranya yang dari pondok mengambil tehnik kedokteran di Jerman. Sehingga seimbang antara dunia dan akhirat.

            Diakhir pengajian ustadz berpesan agar kita menyenangkan orang tua. Berusaha membuat orang tua selalu tersenyum. Dan doa untuk orang tua. Maka hidup kita akan bahagia. Memproduksi amal sebanyak banyaknya, memberi manfaat sebanyak banyaknya, seimbang dalam kehidupan dan selalu menyempurnakan amal sehingga meninggal dalam keadaan sebaik-baiknya. Kemudian pengajian diakhiri dengan doa tutup majlis.

            Kesimpulan dari pengajian ini adalah bahwa Kesuksesan dan kebahagiaan tidak terletak pada jabatan, harta , ketenaran dan sebagainya. Kebahagiaan dan Kesuksesan jika berpedoman terhadap agama. Kunci sukses ada tiga yaitu pertama bermanfaat sebanyak banyaknya untuk orang lain. Yang kedua hidup seimbang dunia dan akhirat dan seimbang dalam menunaikan hak hak kepada Allah, kepada Keluarga, Kepada tetangga, kepada atasan, dan yang lainnya. Yang ketiga yaitu berusaha untuk menyempurnakan setiap pekerjaan dan amal, sehingga amal kita menjadi terbaik, umur kita menjadi terbaik dan pertemuan kita dengan Allah menjadi saat terbaik (husnul khatimah).

 

Silakan sanksikan youtube disini

Penulis : Sumadi KPPN Klaten

Peta Situs   |  Email Kemenkeu   |   FAQ   |   Prasyarat   |   Hubungi Kami

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Klaten
Jalan Kopral Sayom No 26 klaten 57435
Call Center: 14090
Tel: 0272-3320445 Fax: 0272-3320443

 

 IKUTI KAMI

 

PENGADUAN

 

Search