Hasil Kajian Fiskal Regional Triwulan III Tahun 2021 secara lengkap dapat diunduh pada tautan berikut
Executive Summary
Pada Triwulan III ini pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi sudah memiliki capaian yang cukup baik. Pada periode ini Provinsi Jambi berhasil keluar dari jurang resesi dan membukukan pertumbuhan 5,91% (y-on-y) dengan total PDRB sebesar 60.685,23 Miliar. Tantangan yang masih harus diselesaikan adalah bagaimana membuka lapangan kerja baru karena tingkat pengangguran terbuka saat ini masih cukup tinggi di angka 4,76% dari target 2,8%. Selain itu, Gini Ratio juga sedikit mengalami peningkatan menjadi 0,321 dari sebelumnya 0,316. Padahal Gini Ratio ditargetkan hanya di angka 0,3. Namun berita baiknya tingkat inflasi masih sangat terjaga dengan di level 2,04% dari target 3% yang telah ditetapkan dan nilai ini sedikit diatas tingkat inflasi Nasional yang berada di angka 1,6%. Selain itu, nilai tukar petani juga terus mengalami perbaikan dan meningkat di level 130,94 jauh berada NTP Nasional yang hanya 105,71. Nilai Tukar Nelayan juga mengalami perbaikan di angka 111,44 jauh diatas NTN Nasional yang hanya 105,60.
Peran belanja pemerintah pada periode ini mulai memperlihatkan pertumbuhan yang menggembirakan. Meskipun Pendapatan Negara turun 13,07% dari tahun lalu menjadi 4.202,59 Miliar (78,86%), namun capaiannya terhadap target sangat baik. Capaian penerimaan perpajakan periode ini telah mencapai 3.649,90 Miliar (72,06%) dan PNBP mencapai 552,69 Miliar (209,04%) sehingga total penerimaan telah mencapai 4.202,59 Miliar (78,86%). Sedangkan dari sisi belanja meskipun pertumbuhannya turun sebesar 5,86% dari tahun lalu 14.490,49 Miliar (70,83%), namun capaiannya terhadap pagu cukup baik. Tercatat realisasi belanja mencapai 14.490,49 Miliar (70,83%) dengan rincian Belanja Pegawai sebesar 1.913,09 Miliar (77,07%), Belanja Barang sebesar 1.615,52 Miliar (60,27%), Belanja Modal sebesar 1.012 Miliar (53,46%), Belanja Bansos sebesar 6,02 Miliar (37,49%), Belanja Hibah sebesar 2,46 Miliar (8,99%), Transfer ke Daerah sebesar 9.055,52 Miliar (74,60%) dan Dana Desa sebesar 885,89 Miliar (72,49%). Belanja Modal menjadi belanja dengan pertumbuhan signifikan pada periode ini dan memberikan kontribusi yang cukup besar. Dengan capaian pendapatan dan belanja tersebut, APBN mengalami defisit sebesar 10.287,90 Miliar. Defisit ini turun 2,55% dari tahun lalu yang mengindikasikan bahwa tingkat ketergantungan Provinsi Jambi terhadap daerah lain sedikit berkurang.
Hal senada juga dialami pada APBD. Pertumbuhan Realisasi APBD juga mengalami penurunan dari tahun lalu sebesar 8% menjadi 11.162,13 Miliar (62%). Namun kabar baiknya, capaian PAD meningkat 14% dengan total sebesar 2.010,35 Miliar (69%). Sementara untuk pendapatan transfer juga turun 13% dengan total sebesar 9.043,57 Miliar (62%). Untuk Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah meskipun mengalami kenaikan sangat besar dengan total 108,21 Miliar (23%) namun karena porsinya yang sangat kecil sehingga tidak memberikan dampak yang signifikan. Sementara itu, disisi belanja tidak mengalami penurunan yang berarti dengan penurunan hanya 3% menjadi 9.495,92 Miliar (50%). Belanja Operasi hampir sama dengan tahun lalu dengan penurunan hanya 4% dengan total 6.812,71 Miliar (54%) dan Belanja Modal turun 2% dengan total 1.332,57 Miliar (43%). Sementara Belanja Tak Terduga menjadi belanja yang mengalami penurunan terbesar yaitu -68% dengan capaian hanya 74,34 Miliar (13%). Untuk Belanja Transfer mengalami pertumbuhan 14% dengan capaian total sebesar 1.276,30 Miliar (32%). Dengan capaian Pendapatan dan Belanja tersebut, APBD mengalami surplus sebesar 1.666,20 Miliar. Surplus ini turun 29% dari tahun lalu yang disebabkan lambannya realisasi belanja padahal capaian PAD tumbuh cukup baik. Surplus itu kemudian ditambah lagi dengan Pembiayaan Netto sebesar 691,65 Miliar yang sebagian besar berasal dari SILPA tahun lalu sehingga pada periode ini APBD memiliki SILPA sebesar 2.357,86 Miliar.
Tahun 2021 Pemerintah Daerah lebih memfokuskan sektor pertanian untuk menjaga ketahanan pangan yaitu dari ketersediaan beras, jagung dan kedelai serta kestabilan harga untuk komoditas yang mempunyai pengaruh besar terhadap inflasi seperti cabai dan bawang merah. Usaha ini dapat dikatakan berhasil jika melihat tren inflasi yang tetap terjaga hingga triwulan III tahun 2021 ini bahkan masih sangat aman dari tingkat inflasi yang ditargetkan 3%. Selain itu, jika kita lihat arah dan perioritas Pemerintah saat RKPD untuk tahun 2021 Pemerintah Provinsi Jambi masih belum menjadikan sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebagai prioritas utama untuk digenjot pertumbuhannya pada tahun ini. Jika dibandingkan sektor-sektor lain, terlihat bahwa sektor ini meskipun menjadi perhatian Pemerintah Daerah namun bukan menjadi sektor yang menjadi prioritas. Pada tahun 2021 ini, Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ini hanya diharapkan tumbuh 2,3% agar mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2021 sebesar 4,77%. Meskipun begitu, melihat geliat sektor pertanian yang terus membaik serta ketahanannya yang sangat tinggi bahkan ditengah kondisi pandemi, Pemerintah Provinsi Jambi telah membuat kebijakan di tahun 2022 untuk menjadikan sektor Pertanian ini sebagai sektor prioritas. Salah satu Program yang akan dilaksanakan adalah Pengembangan Food Estate dan Program Kampung Pangan Terpadu dengan tujuan untuk memandirikan petani secara makro. Perhatian khusus dari Pemerintah ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani ke depan disamping mendorong pertumbuhan ekonomi secara makro dengan meningkatnya kontribusi sektor ini terhadap PDRB Provinsi Jambi.
Untuk peluang investasi daerah yang akan diangkat kali ini adalah potensi sektor pariwisata yaitu pengembangan Danau Kerinci. Keunikan budaya yang terus diperkenalkan melalui “Festival Danau Kerinci” sudah dilaksanakan sejak tahun 2017 hingga terakhir untuk tahun 2021 yang dilaksanakan tanggal 7-9 November yang lalu. Kawasan di sekitar Danau Kerinci memiliki potensi untuk berbagai aktifitas. Tempat ini dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi air yang menarik untuk memancing, berenang, berkemah, atau melakukan aktivitas lainnya seperti makan makanan khas Kabupaten Kerinci di restoran-restoran di sekitar Danau Kerinci. Dari hasil analisis kelayakan diketahui bahwa proyek ini layak dan menguntungkan. Hal ini tercermin dari analisis untuk investasi selama 10 tahun diperoleh Net Present Value (NPV) sebesar 12.086,84, Benefit/Cost Ratio sebesar 1,32, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 24,49% jauh diatas asumsi yang digunakan yaitu hanya 12% serta Payback Period hanya 4,68 tahun atau 4 tahun 9 bulan. Dengan analisis awal serta mempertimbangkan catatan historis pembiayaan pada Pemkab Kerinci, proyek ini dapat dilaksanakan dengan skema investasi langsung dalam bentuk pemberian pinjaman.