DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BENDUNGAN TEMEF TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT, KHUSUSNYA AKSES AIR BERSIH RUMAH TANGGA PADA KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN (TTS) PROVINSI NTT
Oleh Eka Suparta, Kepala Seksi PPA I A
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembangunan bendungan Temef berdampak pada kesejahteraan masyarakat, khususnya terkait dengan kemudahan akses air bersih oleh rumah tangga Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk itu, dilakukan pengukuran dampak pembangunan bendungan dengan menggunakan variabel jenis kelamin, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pengeluaran. Dengan menggunakan teknik analisis Propensity Score Matching (PSM), hasil pengujian menunjukkan bahwa pembangunan bendungan Temef memberikan dampak positif bagi rumah tangga yang mengalami kesulitan akses sumber air bersih di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi NTT.
PENDAHULUAN
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi yang rentan terhadap ancaman kekeringan. Bahkan, hingga saat ini, sejumlah desa di provinsi kepulauan itu masih sulit untuk mendapatkan akses air bersih. Langkanya akses air bersih mengakibatkan masyarakat di NTT harus berjalan kaki hingga lima kilometer untuk memenuhi kebutuhan air keluarga. Permasalahan seperti cadangan air tanah (CAT) yang semakin berkurang dan air layak konsumsi masih menjadi problem mendasar. Krisis air bersih di NTT didukung dengan kondisi musim kemarau panjang dan curah hujan rendah.
Dalam pemanfaatan air, selain mempertimbangkan faktor kuantitas air namun juga kualitas yang sesuai dengan kebutuhan manusia (Wafi & Subhani, 2018). Untuk itu, berbagai upaya akan dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi persoalan tersebut. Salah satu upaya dalam pengembangan Sumber Daya Air (SDA) di Provinsi NTT yang sedang dan akan terus dilakukan adalah melakukan optimalisasi bidang Sumber Daya Air melalui pembangunan bendungan.
Merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020, Pemerintah sedang melakukan percepatan penyelesaian 201 unit Proyek Strategis Nasional. Diantaranya , terdapat 4 (empat) dari 48 proyek bendungan yang lokus proyeknya di wilayah Provinsi NTT, dua bendungan di Pulau Timor dan dua lainnya di Pulau Flores. Nantinya, jumlah bendungan di Provinsi NTT sebanyak 7 (tujuh) unit.
Tabel 1. Capaian Pembangunan Bendungan di NTT Tahun 2014 - 2027
Nama Bendungan |
Pembangunan |
Anggaran |
Lokasi |
|
Mulai |
Selesai |
|||
Raknamo |
2014 |
2017 |
0,76 triliun |
Kabupaten Kupang |
Rotiklot |
2015 |
2018 |
0,50 triliun |
Kabupaten Belu |
Napun Gete |
2016 |
2020 |
0,93 triliun |
Kabupaten Sikka |
Temef |
2018 |
2024 |
2,76 triliun |
Kabupaten Timur Tengah Selatan |
Kolhua |
2019 |
2022 |
0,60 triliun |
Kota Kupang |
Manikin |
2019 |
2024 |
1,93 triliun |
Kabupaten Kupang |
Mbay |
2021 |
2027 |
1,62 triliun |
Kabupaten Nagekeo |
Sumber: Kementerian PUPR, data diolah penulis.
TINJAUAN LITERATUR
Kesejahteraan merupakan titik ukur bagi masyarakat bahwa masyarakat telah berada pada kondisi yang sejahtera. Sedangkan sejahtera adalah sebuah keadaan manusia dalam kondisi makmur, sehat, dan damai. Tingkat kesejahteraan dapat diartikan sebagai kondisi agregat dari kepuasan individu-individu. Teori kesejahteraan (walfare theory) pada umumnya mengadopsi dari teori Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nation (1776), bahwa individu memiliki hastrat untuk memenuhi keinginannya dan kebutuhannya. Ada kecenderungan individu akan selalu berusaha untuk memuaskan keinginan tersebut. Maka kesejahteraan itu dicapai pada saat kepuasan itu bisa tercapai
secara optimum (Yulhendri & Susanti, 2017).
Terdapat beberapa indikator peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, di antaranya adalah (1) adanya kenaikan penghasilan secara kuantitatif; (2) adanya kesehatan keluarga yang lebih baik secara kualitatif; dan (3) adanya investasi ekonomis keluarga berupa tabungan (Imron, 2012). Sedangkan Indikator Kesejahteraan Rakyat Indonesia pada tahun 2023 dibagi menjadi delapan bidang yang mencakup Kependudukan, Kesehatan dan Gizi, Pendidikan, Ketenagakerjaan, Taraf dan Pola Konsumsi, Perumahan dan Lingkungan, Kemiskinan, serta Sosial Lainnya (BPS, 2023). Berdasarkan hal tersebut, kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat dan juga menjadi indikator pencapaian kemajuan pembangunan.
Berdasarkan data rumah tangga (RT) yang memiliki akses sumber air bersih yang layak untuk diminum pada tahun 2020 lingkup Provinsi NTT sebesar 57,63% atau sebanyak 662.945 RT. Terjadi penurunan sebesar minus 24,66% atau minus 310.262 RT dibanding dengan tahun 2019.
KERANGKA TEORI PEMBANGUNAN BENDUNGAN
Menurut kerangka kerja (framework) Kirchher & Charles (2016), pembangunan bendungan memiliki
dampak multidimensional, antara lain sosio-ekonomi, geopolitik, dan biophysical. Kerangka ini dikenal dengan nama Integrative Dam Assessment Model (IDAM) sebagaimana Tabel 2.
Tabel 2. Kerangka Kerja Dampak Pembangunan Bendungan
Socioeconomic impacts |
Geopolitical impacts |
Biophysical impacts |
1. Social cohesion |
1. Domestic shock |
1. Impact area |
2. Cultural knowledge and behavior |
2. International institutional resilience |
2. Habitat diversity |
3. Material culture |
3. Political complexity |
3. Carbon emission reduction |
4. Infrastructure |
4. Legal framework |
4. Landscape stability |
5. Income |
5. Domestic governance transparency |
5. Sediment modification |
6. Wealth |
6. Domestic political stability |
6. Hydrologic modification |
7. Macro impacts |
7. International political stability |
7. Water quality |
Sumber: Kirchherr dan Charles (2016)
Penelitian terdahulu yang mengukur dampak pembangunan infrastruktur, khususnya dampak bendungan terhadap akses air bersih oleh rumah tangga masih terbatas. Terdapat penelitian terkait dampak pengeluaran pemerintah, infrastruktur, dan pertanian terhadap kemiskinan dan NTP telah dilakukan oleh Kharisma et al. (2020). Penelitian terkait bendungan telah dilakukan oleh Shi et al. (2019) dan Tang & Shen (2020). Penelitian atas krisis penyediaan air bersih di Provinsi NTT oleh Muliasih et al. (2022). Kemudian, penelitian analisis dampak pembangunan infrastruktur bendungan terhadap perekonomian kesejahteraan pada masa pandemi covid-19 oleh Chyntia et al. (2022).
Berdasarkan kerangka teori dan penelitian sebelumnya, muncul pertanyaan apakah pembangunan bendungan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya terhadap akses air bersih rumah tangga? Obyek penelitian dibatasi pada pembangunan Bendungan Temef di Kab. TTS.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka hipotesis penelitian sebagai berikut:
H0: Pembangunan bendungan Temef tidak mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya terhadap akses air bersih rumah tangga pada Kab. Timor Tengah Selatan (TTS).
H1: Pembangunan bendungan Temef mampu meningkatkan kinerja kesejahteraan masyarakat, khususnya terhadap akses air bersih rumah tangga pada Kab. Timor Tengah Selatan (TTS).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini memanfaatkan data sekunder dari Kementerian PUPR, Kementerian Keuangan, dan Susenas 2020 dari BPS. Namun, dikarenakan keterbatasan data maka penentuan waktu tahun 2020 mewakili waktu dimana bendungan Temef di Kab. TTS sedang dalam proses pembangunan.
Penelitian bertujuan untuk membuktikan hipotesis yang disusun guna mendapatkan jawaban dampak dari pembangunan bendungan Temef terhadap kesejahteraan masyarakat, khususnya terhadap akses air bersih rumah tangga pada Kab. Timor Tengah Selatan (TTS). Pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah metode analisis T-Test dan Propensity Score Matching (PSM).
Populasi pada penelitian ini adalah semua responden rumah tangga yang bertempat tinggal di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Nagekeo sebanyak 1.266 responden.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tinjauan pelaksanaan pembangunan bendungan
Pada tahun 2024, terdapat 7 (tujuh) bendungan yang ada di Provinsi NTT yang menelan dana APBN sekitar Rp9,10 triliun. Sebanyak 6 (enam) bendungan telah selesai dibangun. Sedangkan 1 (satu) bendungan direncanakan selesai tahun 2027 yaitu bendungan Mbay di Kab. Nagekeo Pulau Flores. Pembangunannya dimulai tahun 2021 dengan anggaran sebesar Rp1,62 triliun.
Sedangkan Bendungan Temef di Kab. TTS merupakan bendungan terbesar di Provinsi NTT. Dibangun mulai tahun 2018 s.d. 2024. Alokasi APBN diampu oleh satker SNVT Pembangunan Bendungan I BWS Nusa Tenggara II (403475) Kementerian PUPR menelan anggaran sebesar Rp2,76 triliun terbagi menjadi 4 (empat) paket. Paket ke-1 sebesar Rp0,94 triliun, Paket ke-2 Rp0,53 triliun, Paket ke-3 Rp0,78 triliun, dan Paket ke-4 Rp0,51 triliun.
Kondisi topografis wilayah Kab. TTS tergolong kasar atau relatif berbukit-bukit. Sekitar 30–60% merupakan daerah perbukitan dan 0–3% merupakan dataran. Keadaan iklim NTT tergolong tropis kering (semi arid), disebabkan oleh tiupan angin yang cukup kencang setiap tahunnya dan berganti arah setiap enam bulan (April-Oktober bertiup angin Timur yang kering dan November–Maret bertiup angin Barat).
Uji Statistika Dampak Bendungan Terhadap Akses Air Bersih Rumah Tangga Kab. TTS
Sebelum melakukan uji T-Test dan PSM level Rumah Tangga, maka harus dilakukan pemadanan untuk menentukan kabupaten/kota sebagai kelompok kontrol. Selanjutnya kelompok kontrol tersebut akan dibandingkan dengan Kab. TTS yang mendapat intervensi (kelompok treatment). Berdasarkan data covariate2020 dengan menggunakan variabel air (water), populasi (pop), dan kepadatan penduduk (density), diperoleh hasil propensity score Kab. TTS sebesar 0.05604490. Sedangkan nilai propensity score yang mirip dengan Kab. TTS adalah Kab. Nagekeo sebesar 0.05701340. Untuk selanjutnya, Kab. Nagekeo ditetapkan sebagai kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil uji t-test dengan taraf signifikansi (∝) = 5%, nilai t adalah sebesar -6,63 dan nilai p-value < 5%, maka disimpulkan bahwa cukup bukti untuk menolak H0 dan menerima H1. Artinya, pembangunan bendungan Temef mampu meningkatkan kinerja kesejahteraan masyarakat, khususnya terhadap akses air bersih rumah tangga pada Kab. Timor Tengah Selatan (TTS).
Terakhir, melakukan analisis dampak di level rumah tangga yang mengalami kesulitan air bersih dengan Kernel Matching dan Nearest Neighbor Matching. Variabel yang digunakan adalah jenis kelamin, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pengeluaran dengan hasil sbb:
Tabel 3. Outcome Kernel Matching dan Nearest Neighbor Matching
|
Rumah tangga dengan kendala air bersih |
|
|
Kernel Matching |
Nearest Neighbor Matching |
psmatch2: Treatment assignment |
-0.1799*** |
-0.1799*** |
|
(0.0272) |
(0.0272) |
|
|
|
Constant |
0.3451*** |
0.3451*** |
|
(0.0204) |
(0.0204) |
Matched_Coeff |
-0.1865 |
-0.2232 |
Matched_SE |
0.0289 |
0.0448 |
N |
1226.0000 |
1226.0000 |
Standard errors in parentheses
* p < .1, ** p < .05, *** p < .01
Berdasarkan PSM Kernel Matching diperoleh hasil bahwa Bendungan Temef mengurangi kesulitan rumah tangga untuk akses air bersih sebesar 18,65% di Kab. TTS. Sedangkan berdasarkan PSM Nearest Neighbor Matching diperoleh hasil bahwa Bendungan Temef mengurangi kesulitan rumah tangga untuk akses air bersih sebesar 22.32% di Kab. TTS.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, pembangunan infrastruktur bendungan temef dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kab. TTS, khususnya mengurangi kendala akses air bersih rumah tangga sebesar 18,65% - 22.32%. Dengan demikian, pembangunan bendungan memberikan manfaat positif kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, pembangunan bendungan direkomendasikan agar dilanjutkan dan dievaluasi dampaknya pada periode waktu yang lebih panjang.
Artikel ini telah tayang di e-Majalah PADAR edisi Bulan November 2024 dengan judul "DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BENDUNGAN TEMEF TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT, KHUSUSNYA AKSES AIR BERSIH RUMAH TANGGA PADA KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN (TTS) PROVINSI NTT".