Jalan P. Diponegoro Nomor 46, Kota Tarakan

Selasa Berkebaya? Asik Nih

Selasa Berkebaya adalah salah satu program Tim Pengarus Utamaan Gender Kementerian Keuangan untuk mendukung Gerakan Nasional Indonesia Berkebaya yang diinisiasi oleh Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB). Program ini dilaksanakan dengan menghimbau seluruh pegawai perempuan di lingkungan Kemenkeu untuk mengenakan kebaya setiap hari Selasa pertama setiap bulannya. Mendukung pelestarian budaya indonesia, meningkatkan nasionalisme, menggali kreatifitas dan inovasi busana tradisional, merupakan beberapa tujuan program ini.

Asal kata kebaya berasal dari kata arab abaya yang berarti pakaian, namun versi lain menyebut berasal dari kata "Kebyak" atau "Mbayak" dari masyarakat Jawa. Ada pendapat yang menyatakan kebaya berasal dari China. Lalu menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatra, dan Sulawesi. Setelah akulturasi yang berlangsung ratusan tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma setempat. Namun ada juga pendapat bahwa kebaya memang asli dari Indonesia. Ada juga teori yang mengatakan bahwa kebaya mulai dikenal di Indonesia khususnya di Jawa seiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke 13. Hal ini bisa dihubungkan dengan teori penyebaran agama Islam yang dilakukan okeh wali songo dan fakta sejarah yang mengatakan wali songo adalah keturunan cina. Sesuai juga dengan fakta sejarah bahwa laksamana Chengho selain melakukan hubungan dagang juga menyebarkan agama Islam.

Ada juga yang mengatakan bahwa kebaya bukan berasal dari China karena pakaian asli China adalah Cheongsam yang berbeda dari kebaya. Hal ini tidak benar, karena kebaya berasal dari 'Bei zi' baju dynasty Song dan Ming, sedangkan cheongsam baru mulai dikenal sejak jaman dynasty Ching atau manchu. Kebaya merupakan adaptasi dari 'Bei zi' yang disesuaikan dengan kondisi iklim tropis. Pada awal mulanya kebaya hanya digunakan oleh para bangsawan. Bentuk paling awal dari kebaya di Jawa dapat dilihat dari Keraton Majapahit yang dikenakan para permaisuri atau selir raja.

Nama kebaya sebagai pakaian tertentu telah dicatat oleh Portugal saat mendarat di Jawa. Kebaya Jawa seperti yang ada sekarang telah dicatat oleh Thomas Stamford Bingley Raffles di 1817, sebagai sutra, brokat dan beludru, dengan pembukaan pusat dari blus diikat oleh bros, bukan tombol dan tombol-lubang di atas batang tubuh bungkus kemben, yang kain (dan pisahkan bungkus kain beberapa meter panjang keliru diberi istilah 'sarung di Inggris (sarung (aksen Malaysia: sarung) dijahit untuk membentuk tabung, seperti pakaian Barat). Penggunaan brokat merupakan pengaruh dari Portugis.

Komitmen kuat untuk mendukung program ini telah ditunjukkan oleh Kantor KPPN Tarakan. Hari ini (9/8 para srikandi-srikandi DJPb mengenakan berbagai jenis Kebaya sesuai akar budaya daerah masing-masing. Dari Kebaya tradisional hingga kontemporer yang dikenakan oleh generasi Milenial di kantor ini makin menambah keseruan program SELASA BERKEBAYA hari ini. (sebagian isi tulisan disadur dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kebaya).

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

IKUTI KAMI

 
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tarakan
Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 46, Kota Tarakan
Telepon (0551) 21027

Search