Jl. Bendungan Balandete Km. 6, Balandete, Kolaka, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (93518); Telp (0405) 2325553; Faks (0405) 2321326

Berita

Seputar KPPN Kolaka

Pelaksanaan Kegiatan Dialog Sejarah Kolaka Raya dan Wawasan Kebangsaan

Dalam rangka revitalisasi pembinaan mental (bintal) di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Indonesian Treasury (InTress) KPPN Kolaka telah melaksanakan kegiatan Dialog Sejarah Kolaka Raya dan Wawasan Kebangsaan Tahun 2023 pada hari Jumat, 22 Desember 2023. Kegiatan dilaksanakan dengan agenda sebagai berikut:

  1. Site Visit Rumah Adat Mekongga, pada pukul 07.30 - 08.30 WITA dan
  2. Dialog Sejarah Kolaka Raya dan Wawasan Kebangsaan di Aula KPPN Kolaka pada pukul 09.00 - 10.00 WITA.

Kegiatan bintal meliputi bidang rohani, bidang ideologi, bidang kompetensi, dan bidang kejiwaan yang bertujuan untuk:

  1. membentuk pegawai yang mempunyai karakter dan mental kuat, kompetensi yang tinggi, pengalaman memadai, dan kinerja yang maksimal;
  2. meningkatkan keimanan pegawai sesuai dengan agama masing-masing;
  3. meningkatkan integritas dan etos kerja pegawai sejalan dengan Core Values ASN dan nilai-nilai Kementerian Keuangan; serta
  4. mewujudkan militansi pegawai dalam rangka membangun bangsa dan negara.

Kunjungan ke Rumah Adat Mekongga

Pada pagi hari, pegawai dan PPNPN KPPN Kolaka mengunjungi rumah adat Mekongga yang merupakan kebanggaan masyarakat Kolaka. Rumah adat khas suku Mekongga ini diduplikasikan dari peninggalan Bokeo Latambaga atau raja Latambaga yang berfungsi sebagai tempat istrahat tamu pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka. Suku Mekongga sendiri merupakan suku asli yang pertama kali mendiami wilayah Kolaka. Rumah adat ini memiliki luas wilayah 2 hektar dan berlokasi strategis di pinggiran pantai dekat Pelabuhan ferry dan Masjid Agung Khaerah Ummah.

Arsitektur Rumah Adat Mekongga terkenal dengan ragam hias Tabere yang dalam Bahasa Mekongga berarti sayur pakis yang berbentuk panjang. Sayur pakis melambangkan kelahiran (kehidupan) dan kematian sebagai siklus kehidupan dan regenerasi. Ragam hias ini dapat terlihat pada dinding rumah adat sebagai hiasan dinding yang bercorak kuning, hitam, dan merah. Warna kuning menggambarkan kejayaan dan kemakmuran karena warna ini paling mendekati warna emas (gold) yang diakui sebagai materi berharga. Warna hitam menggambarkan kekuatan seiring dengan penggunaan magic pada saat itu. Warna merah menggambarkan keberanian. Ragam hias tabere melambangkan pribadi sosok gadis yang lembut anggun dan pemalu karena pada suku Mekongga sangat menngagungkan dan menghormati perempuan. Ragam hias selanjutnya pada bagian ujung atap dan depan pintu masuk yang berupa kayu berbentuk runcing, bermakna tombak yang melambangkan keberanian. Ragam hias juga terdapat pada pintu masuk berbentuk tabere dan juga polygonal berbentuk runcing ke bawah. Ragam hias yang menyerupai tombak menghadap ke bawah dan bentuk segitiga dengan runcing menghadap ke atas sesbagai bentuk kekuasaan Tuhan.

Beberapa pelajaran yang bisa diambil yaitu bagaimana penghargaan terhadap perempuan sudah diimplementasikan sejak lama. Di samping itu, adat ketimuran sangat menjunjung tinggi keramahtamahan dan kesopanan namun tidak meninggalkan keberanian jika diperlukan khususnya untuk mempertahankan kedigdayaan dan gangguan dari pihak eksternal. Ketuhanan juga menjadi aspek penting sebagai bentuk pengakuan atas ciptaan-Nya dan kewajiban untuk melestarikan alam dan lingkungan. Rasa syukur atas anugerah-Nya diwujudkan dengan mengerahkan segenap daya dan tenaga yang dimiliki untuk meningkatkan kemampuan diri menjadi pribadi yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Dialog Sejarah Kolaka Raya Dan Wawasan Kebangsaan Tahun 2023

Kegiatan kemudian dilanjutkan pada pukul 09.00 WITA, KPPN Kolaka mengadakan Kegiatan Dialog Sejarah Kolaka Raya dan Wawasan Kebangsaan Tahun 2023 di Aula KPPN Kolaka bersama Bpk Munaser Arifin selaku Tokoh Adat Mekongga, beliau menjelaskan tentang bagaimana sejarah asal mula Kolaka bisa terbentuk seperti sekarang, serta bagaimana susunan para pendiri Kolaka itu sendiri.

Beliau menyatakan bahwa penduduk yang mendiami daerah Kolaka masih memiliki kekerabatan dengan orang Jawa. Hal ini didasari bahwa orang yang datang pertama kali merupakan pelarian dari Kerajaan Singosari, yakni 1 dari tujuh orang yang tersebar hingga ke Maluku. Ketujuh orang tersebut masing-masing membawa keris emas sebagai simbol pemersatu sehingga dimanapun berada tetap menjadi bagian dari daerah asalnya, yang kemudian menjadi landasan hadirnya nusantara. Saat ini keris yang dibawa ke Kolaka berada di museum di Den Haag, Belanda.

 

Jika merunut pada legenda, masyarakat Mekongga dulu sering diganggu oleh burung raksasa (Kongga) yang sering bertengger di atas rumah sehingga masyarakat membuat rumah dengan ragam hias berbentuk runcing di atas untuk menghindari gangguan. Burung tersebut sering merusak hasil pertanian dan perkebunan warga. Pada saat itu, masyarakat berdoa agar diturunkan dewa yang dapat menghabisi burung tersebut yang kemudian turun ke bumi. Jika dikaitkan dengan sejarah, dewa tersebut merupakan orang dari kerajaan Singosari yang datang dari tanah Jawa, yang kemudian menikah dengan penduduk setempat. Dewa tersebut bersama penduduk kemudian berhasil melumpuhkan burung raksasa tersebut dengan membuat jebakan. Tidak langsung mati, burung tersebut mengucurkan darah selama satu hari penuh sebelum akhirnya jatuh di sungai besar. Darah tersebut dipercaya memberikan kesuburan bagi tanah di daerah Kolaka yang terbukti bisa memberikan hasil pertanian dan hasil perkebunan yang lebih unggul dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Tidak hanya itu, hasil bumi Kolaka juga terbukti memberikan manfaat melalui hasil tambangnya berupa nikel. Itulah sebabnya, burung Kongga tetap menjadi bagian dari lambang Kabupaten Kolaka meskipun dianggap musuh pada saat itu karena jasanya dianggap bermanfaat memberikan hasil bumi yang dirasakan masyarakat Kolaka hingga saat ini.

Saat ini, Pemerintah Kabupaten Kolaka sudah melakukan groundbreaking museum agar di masa depan, sejarah lahirnya Kabupaten Kolaka dapat dilestarikan dan dinikmati oleh masyarakat luas. Harapannya, semakin banyak generasi mendatang yang dapat memetik makna nilai-nilai sejarah agar dapat semakin memantapkan diri dengan identitas daerah dan nasionalnya. Beberapa nilai yang dapat dianut antara lain nilai kerjasama dan gotong royong untuk menyelesaikan masalah, sama seperti membuat jebakan untuk menghentikan Kongga. Selain itu, kepemimpinan yang baik diperlukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Kita juga harus bersyukur atas rahmat yang diberikan Tuhan sehingga memiliki tanah yang subur dan hasil bumi yang sangat melimpah, dibuktikan dengan Kolaka sumber pemasok nikel dunia. Tugas kita untuk melestarikan dan memanfaatkan kekayaan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. SDM yang berkualitas menjadi persyaratan yang mutlak untuk mengelola kekayaan negara. Generasi saat ini perlumemperhatikan keberlangsungan bagi generasi-generasi berikutnya, dan generasi muda perlu mempersiapkan diri meningkatkan kompetensi untuk mengelola bangsa dan negara di masa depan. Persatuan dan keutuhan bangsa yang telah diperjuangkan di masa lalu perlu kita jaga dengan memperhatikan nilai-nilai kebhinekaan sehingga Indonesia dapat menjadi rumah bagi seluruh rakyat Indonesia.

Peta Situs   |  Email Kemenkeu   |   FAQ   |   Prasyarat   |   Hubungi Kami

 

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

KPPN Kolaka
Jl. Bendungan Balandete Km. 6, Balandete, Kolaka, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (93518) 
Telp (0405) 2325553; Faks (0405) 2321326

IKUTI KAMI