Lubuksikaping

Pembelajaran online atau akrab dikenal dengan e-learning merupakan proses pembelajaran jarak jauh dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran dengan teknologi (chandrawati.2010). Konsep e-learning  adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Konsep ini sangat tepat diterapkan untuk peningkatan kualitas SDM sesuai dengan tuntutan perkembangan organisasi di era digital. Dahulu, untuk memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan hanya bisa diakses melalui buku ataupun sekolah, saat ini semuanya dapat diketahui hanya dalam genggaman. Dalam hitungan detik, apa yang ingin kita ketahui dapat diperoleh dengan mudah.

     Sejumlah keunggulan didapatkan dalam penerapan pembelajaran online, antara lain : Pertama, efisiensi biaya, yaitu berkurangnya biaya pelatihan seperti biaya kelas, pelatih dan transportasi; Kedua, efektif, dimana staf dapat belajar tanpa harus meninggalkan pekerjaan yang mestinya diselesaikan tepat waktu; Ketiga, praktis dan fleksibel, artinya kapan saja dan dimana saja seseorang dapat melakukan proses pembelajaran sepanjang terhubung dengan internet; Keempat, personalisasi, maksudnya adalah seseorang dapat belajar sesuai dengan kemampuannya. Artinya bila terdapat materi yang belum dimengerti maka ia dapat memperlambat atau mengulang suatu pelajaran. Demikian juga bila seseorang dapat mengerti dengan cepat maka dapat dengan segera menyelesaikan proses pembelajaran tersebut; Kelima, kecepatan distribusi materi dan updating materi yang memanfaatkan fasilitas internet, dimana materi dapat diterima secara langsung ketika dibutuhkan.


Pembelajaran melalui program e-learning ini juga merupakan bentuk dari adaptasi organisasi terhadap perkembangan dunia digital dan kebutuhan pemangku kepentingan yang memerlukan pembelajaran yang ringkas, mudah, murah, dan dapat diakses  tanpa terpatas pada tempat dan waktu.

     Namun demikian, program e-learning yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan kepada para pegawai saat ini belum begitu banyak memberikan manfaat  Penugasan yang diberikan kepada pegawai menjadi tidak efektif ketika masih dilaksanakan di dalam kantor. Berbagai rutinitas pekerjaan dari pimpinan menjadi beban tersendiri bagi pegawai yang telah ditugaskan mengikuti e-learning, sehingga manfaat yang diperoleh bagi masing-masing pegawai hanya berupa pemenuhan kewajiban dalam hal penambahan jam latihan. Penunjukkan pegawai yang akan mengikuti pembelajaran e-learning juga biasanya untuk pegawai tertentu yang memang menguasai teknologi informasi.

Lalu, bagaimana pimpinan organisasi menjawab tantangan ini? Hal-hal apa yang perlu dilakukan untuk memberi rangsangan atau motivasi kepada para pegawai agar semakin giat  dalam melakukan pembelajaran secara mandiri melalui e-learning ? 

     Secara umum terdapat dua persepsi dasar tentang e-learning, yaitu; Pertama Electronic based, e-learning adalah pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama yang berupa elektronik. Artinya, tidak hanya internet, melainkan semua perangkat elektronik seperti film, video, kaset, OHP, Slide, LCD, projector, dan lainnya. KeduaInternet Based, adalah pembelajaran yang menggunakan fasilitas internet yang bersifat online sebagai instrument utamanya. Artinya, e-learning haruslah menggunakan internet yang bersifat online, yaitu fasilitas komputer yang terhubung dengan internet. Pembelajar dalam mengakses materi pembelajaran tidak terbatas jarak, ruang dan waktu, bisa dimana saja dan kapan saja (anywhere and anytime).

     Berdasarkan dari dua persepsi tersebut dapat di jelaskan bahwa e-learning tidak hanya internet based, tetapi juga pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang menggunakan berbagai perangkat elektronik. Perubahan zaman yang begitu cepat berdampak dalam pemanfaatan internet based dalam melakukan proses pembelajaran. Selain menjadi lebih real time, informasi yang diperoleh menjadi lebih unik karena menggunakan berbagai bentuk visual.

 

“Pembelajaran tanpa batas dan kinerja berkualitas”

     Guna meningkatkan kompetensi sumber daya manusia yang sejalan dengan peningkatan kualitas kerja yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, Kementerian Keuangan telah membentuk Corporate University (Corpu).  Lewat akses ke www.klc.kemenkeu.go.id, pegawai Kementerian Keuangan dan masyarakat umum  dapat melakukan pembelajaran online melalui Portal Kementerian Keuangan Learning Center (KLC) yang dikelola oleh Badan Pendidikan dan Pelathan Keuangan (BPPK). Berbagai materi tentang Pengelolaan Keuangan Negara dapat dipelajari melalui media ini. Media ini juga dilengkapi dengan berbagai literasi dan dokumentasi kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

    Seiring dibentuknya Kemenkeu Corpu, menjadi alternatif tersendiri bagi setiap organisasi dalam hal peningkatan kompetensi sumbar daya manusia yang dimilikinya. Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, bahwa pembelajaran dengan menggunakan e-learning ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan metode klasikal. Dari sisi organisasi, hal ini tentunya sangat menguntungkan, karena dapat mengurangi biaya pelatihan dan pegawai yang ditugaskan untuk mengikuti pelatihan dapat tetap menyelesaikan pekerjaannya secara tepat waktu. Jika dibutuhkan materi dapat langsung diperoleh dengan menyimpannya dalam komputer sehingga mempercepat proses transfer knowledge kepada pegawai yang lain.

     Namun, bagaimana dari sisi pegawai yang ditugaskan mengikuti pembelajran e-learning tersebut? Tidak dapat dipungkiri bahwa e-learning lebih praktis dan fleksibel. Siapapun dapat belajar sesuai dengan kemampuannya. Bandingkan dengan metode klasikal yang mewajibkan para peserta harus mengikuti jam latihan yang telah ditentukan dan harus selesai dalam satu hari. Melalui metode ini, selain dapat menyesuaikan waktu belajar juga dapat memperlambat atau mengulang pembelajaran sebelum akhirnya mengikuti post test.

     Ada beberapa hal yang harus dipikirkan oleh para pimpinan unit terkait efektifitas pemahaman materi dari sisi pegawai sendiri serta kepuasan dalam melaksanakan penugasan pembelajaran. Pertama, generasi, bahwa masih terdapat golongan generasi baby boomers. Dibanding dengan generasi lainnya, golongan baby boomers  memiliki keterbatasan daya tangkap dan penguasaan teknologi informasi. Kedua, penugasan, bahwa tidak sedikit pegawai negeri yang bertugas jauh dari keluarga. Dengan metode pelatihan klasikal/tatap muka, selain mendapat kesempatan untuk belajar/memperoleh ilmu, banyak yang menggunakan kesempatan tersebut untuk berkumpul dengan keluarga tercinta. Ketiga, beban kerja, tidak jarang pegawai yang ditugaskan untuk mengikuti kegiatan e-learning, memiliki beban kerja yang tidak sedikit. Dengan posisi penugasan di dalam kantor, pegawai tersebut harus pintar dalam membagi waktu antara melaksanakan tugas kantor dan melaksanakan tugas pelatihan. Keempat, Jaringan koneksi, bahwa terkadang terjadi kendala dalam proses registrasi awal yang dikarenakan perbedaaan instruksi. 

      Di era digital ini, pimpinan harus mampu memberi rangsangan dan motivasi kepada setiap pegawai untuk terus mengembangkan kompetensi diri.  Rangsangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)  merupakan sesuatu yang membangkitkan perasaan tertentu baik itu kegembiraan, kesedihan, keberanian, dan kehangatan. Sedangkan motivasi menurut Stanley Vance (1982) pada hakikatnya adalah perasaan, atau keinginan seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi tertentu untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan dari perspektif pribadi.

     Rangsangan dan motivasi yang harus diberikan kepada pimpinan dalam hal ini berupa memberikan/membangkitkan perasaan gembira/senang melaksanakan suatu penugasan tertentu. Tidak menjadikannya suatu beban yang harus dilaksanakan hanya untuk memenuhi kewajiban sebagai pegawai, tetapi menjadikannya suatu keinginan dan kesadaran tersendiri bagi pegawai untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan cara terus belajar meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri. Menggunakan dan mengisi setiap waktu yang ada di mana pun dan kapan pun.

     Variasi pelaksanaan metode pelatihan/diklat sepertinya masih menjadi primadona untuk menarik keiikutsertaan para pegawai. Selain dapat meningkatkan kompetensi, pegawai juga dapat berkumpul dengan keluarga yang selama ini selalu mendukung mereka dalam bekerja. Tentunya akan sangat berbeda antara psikologis pegawai yang selesai mengikuti pelatihan secara klasikal dengan mandiri. Hal ini akan meningkatkan kepuasan dalam bekerja dan tentunya akan meningkatkan kinerja organisasi.   

     Akhirnya, peran pimpinan unit sangat diperlukan guna menjawab tantangan dalam mendukung pengenalan pentingnya peningkatan kompetensi diri di era digital ini.  Rangsangan dan motivasi sangat diperlukan untuk memunculkan keinginan dan rasa tanggung jawab dari pegawai bahwa peningkatan kompetensi dapat dilakukan salah satunya dengan terus belajar dan upgrade pengetahuan melalui berbagai media. Mengingat sebagian besar pegawai  tersebar pada unit vertikal di seluruh pelosok nusantara, perlu kiranya tetap mempertahankan metode pembelajaran secara klasikal.

     Sejalan dengan perkembangan organisasi dan pertumbuhan sumber daya manusia, manfaat pembelajaran e-learning akan terasa manfaatnya satu atau dua tahun mendatang, ketika generasi mulai berganti dengan generasi yang baru dimana pemahaman serta penguasaan teknologi informasi sudah mulai terasah. 




*) Tulisan ini telah dimuat di Harian Padang Ekspres, Halaman 4, Kolom Opini, terbit Jum'at 18 Desember 2020 (Jawa Pos Media Grup)

Footer

 Peta Situs   |  Email Kemenkeu   |   FAQ   |   Prasyarat   |   Hubungi Kami

 

Kontak Kami

Hak Cipta HaDirektorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

Ikuti Kami

IKUTI KAMI

Search