Di subuh yang cukup sejuk di tanggal 17 September 2020 kami berangkat menuju Pasaman Barat untuk menghadiri undangan peresmian Pemakaian Jembatan Gantung di Nagari Lingkuang Aua
Nagari adalah sebutan “Desa” di Sumatera Barat
![]() |
Jelang tiga jam perjalanan kamipun sampai di Pasaman Barat menuju Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Nagari (DPMN)yang dalam tugasnya membantu Bupati melaksanakan urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Nagari serta merupakan Dinas yang sangat erat kaitannya dengan penyaluran Dana Desa yang bersumber dari APBN. Bersama Bapak Etris DSEM,SSTP, M.SI selaku Kepala DPMN kab.Pasaman Barat kami diantar menuju rumah jabatan Bupati Kab.Pasaman Barat Bersama Bapak H.Yulianto,S.H,MM. Bupati kabupaten Pasaman Barat dalam mobil BA 1 S kami berangkat menuju lokasi peresmian jembatan gantung di Nagari Lingkuang Aua yang diawali mobil polisi pengawal perjalanan dan kami sampai di lokasi ditempuh kurang dari 30 menit. Diawali dengan pembacaan ayat suci alquran serta dilanjutkan dengan lantunan doa yang dipanjatkan oleh Sdr.Sumarlin SpdI, bertempat di pinggir sungai/batang Pasaman di Nagari Lingkuang Aua Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat sebagai rasa syukur atas nikmat yang diterima terutama selesainya pembangunan Jembatan Gantung Sementara dalam laporannya, Tokoh muda putra daerah usia 31 tahun S1 alumni Universitas Andalas dan S2 Alumni Universitas Gajah Mada Fahrezi,S.IP, M.A mengabdikan dirinya menjadi Wali Nagari (sebutan Kepala Desa) Lingkuang Aua menyampaikan bahwa pada September 2018 telah terjadi Bencana Banjir dan Longsor yang terjadi akibat tingginya intensitas curah hujan sehingga luapan air sungai yang tidak terkendali mengakibatkan kerusakan sarana dan prasarana umum maupun perumahan penduduk, dan salah satu daerah yang menerima dampak paling parah akibat bencana tersebut adalah Jorong Tanjung Pangkal Nagari Lingkuang Aua yaitu terputusnya jembatan gantung sepanjang 110 meter yang selama ini sebagai penghubung antara pemukiman Masyarakat dengan lahan pertanian/perkebunan yang menjadi sumber utama ekonomi mereka. Sejak terputusnya jembatan gantung dimaksud masyarakat akhirnya menggunakan sampan (ponton) sebagai sarana penyeberangan dan dikenakan biaya sekali penyeberangan sebesar Rp.10.000,- atau Rp 20.000,- per hari dengan rata-rata pengguna jasa per hari sekitar 150 orang. Dan dapat dibayangkan berapa besarnya cost yang harus dikeluarkan seorang petani bila setiap hari dia harus berangkat ke kebun menggunakan sarana penyeberangan dimaksud. |
![]() |
![]() |
Sebelum meresmikan penggunaan Jembatan Gantung, dalam sambutannya Bupati menyampaikan apresiasiasi setingi-tingginya kepada seluruh pihak karena total biaya Pembangunan yang mencapai Rp.1.446.393.500,- sebagian berasal dari swadaya masyarakat yakni dari PT.GMP, Koperasi Bina Tani Sejahtera dan Koperasi Niat Bersama mencapai Rp 330.000.000,- sementara sisanya bersumber dari Dana Desa . Beliau juga mengucapkan terima kasih kepada KPPN Lubuk Sikaping sebagai penyalur Dana Desa di Kabupaten Pasaman Barat . Hal ini perlu dicontoh bagi Nagari dan pihak-pihak lain bahwa membangun Nagari tidak hanya tergantung dari APBD dan APB Nagari saja, tetapi membangun Nagari membutuhkan Sinergitas dan kerjasama semua komponen masyarakat Kab.Pasaman Barat. Apabila hal ini bisa kita wujudkan maka pembangunan di Pasaman Barat akan lebih cepat dan lebih baik. Di samping itu Bupati juga meminta kepada seluruh masyarakat agar jembatan ini dapat dimanfaatkan dan dirawat dengan baik. |