KPPNParepare - Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) diperingati setiap tanggal 9 Desember setiap tahun. Hari ini ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meningkatkan kesadaran global tentang dampak korupsi terhadap masyarakat dan ekonomi, sekaligus mendorong tindakan kolektif untuk mencegah dan memberantas korupsi.
KPPN Parepare, hari ini Kamis (21/11) mengikuti Kegiatan Talkshow Road to Hakordia dengan tema Pahlawan Masa Kini :Tanamkan Integritas untuk Generasi Emas yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Perbendaharaan secara virtual.
Hadir dalam kegiatan ini Direktur Jenderal Perbendaharaan, Sekretaris Jenderal, para Direktur dan Tenaga pengkaji di bidang Perbendaharaan. Bertindak selaku Narasumber yaitu Gandjar Laksmana Bonaprapta Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia, dan selaku moderator Oktavia Ester Pangaribuan Penyuluh anti Korupsi, sekaligus widyaiswara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan.
Acara dibuka oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan Astera Primanto Bhakti, yang mengatakan bahwa seharusnya insan perbendaharaan menangkap maksud dan tujuan dilaksanakannya road to Hakordia, karena secara rutin tiap tanggal 9 Desember diperingati.
Ada yang istimewa di Talkshow ini, karena dihadiri tidak sekedar oleh seluruh insan perbendaharaan, namun juga keluarga baik dharma wanita maupun dharma pria, sehingga tema yang diusung pun menyentuh sendi-sendi keluarga yakni Pahlawan Masa Kini :Tanamkan Integritas untuk Generasi Emas
Kata korupsi berasal dari bahasa Latin "corruptio" atau "corruptus", yang berarti "kerusakan", "penyimpangan", atau "membuat busuk". Dalam perkembangan bahasa, istilah ini masuk ke bahasa Inggris sebagai "corruption" dan kemudian diadopsi ke berbagai bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia.
Korupsi telah menjadi masalah yang ada sepanjang sejarah manusia, termasuk dalam pemerintahan kuno seperti di India sekitar 2000 tahun yang lalu. Salah satu tokoh yang membahas korupsi pada masa itu adalah seorang perdana menteri, penasihat kerajaan, dan filsuf pada zaman Kekaisaran Maurya (sekitar abad ke-4 SM hingga 3 SM). Dengan peristiwa korupsi yang telah ada dari 2000 tahun lalu, maka menjadi perhatian untuk terus mengingatkan satu sama lain akan pemberantasan korupsi.
irektur Jenderal Perbendaharaan mengajak seluruh jajaran bersama keluarga besarnya untuk memperhatikan fenomena korupsi dengan mengedepankan 3 hal penting, yakni paham, mengubah mindset dan mengubah value menjadi budaya.
Paham
“Kita semua harus paham dulu. Karena jika tidak paham bagaimana cara kita menghindari korupsi” kata Primanto.
Keluarga menjadi lini pertama dalam three line of defense. Karena merupakan pilar pertama, maka pemahaman tentang korupsi harus menjadi hal utama.
Tema peringatan Hakordia hari ini luar biasa, dapat menanamkan integritas pada generasi emas. Dirjen Perbendaharaan menyebut, bahwa saat anak-anak masih SD, ada sisi dimana umur nya kurang, nilainya kurang. Yang dilakukan orang tua, mengurus masuk sekolah meski usia kurang. Orang tua berpesan agar nilai anak mereka baik. Akhirnya yang dilakukan anak yang ‘abu-abu’(kurang memahami) bukan belajar baik, tapi berupaya nilainya tinggi, meski dengan cara nyontek.
Saat anak SMP, sudah mulai bisa mengatur duit. Masuk di pengurus OSIS, ada uang kegiatan lebih berfikir untuk apa nih sisa uang nya. Ini merupakan tantangan.
Saat masuk SMA, kegiatan tambah banyak, sudah mulai bisa membuat proposal. Ini adalah ujian baru lagi, karena tau harga nya. Ini bisa jadi celah korupsi.
“. yang sering tidak pahami adalah gratifikasi. Karena Gratifikasi yang merupakan pemberian untuk menggolkan sesuatu atau tidak terjadi sesuatu. Kebanyakan kurang paham. Saat orang di kantor, ada satker datang, abis ngobrol, oh anaknya suka brownies. Di rumah Browniesnya tidak ditanya darimana” papar Astera.
Perubahan Persepsi.
Persepsi tentang korupsi harus terus diperbaiki. Karena jika sudah menjadi kebiasaan akan sulit untuk diubah. Perlu effort yang tinggi jika sudah menjadi kebiasaan.
“Jadi kita harus punya mindset yang lengkap tentang korupsi. dalam agama apapun dilarang”
“Sebagai contoh, jika seseorang memakan sesuatu hal yang haram, maka ia akan takut. Bahkan sampai ada yang keluarkan makanan dari mulutnya. Untuk menghindari barang haram masuk mulut. Namun, jika seseorang tersebut sudah terbiasa, maka jangankan mau menghindari, sadar kalau itu korupsi saja mungkin tidak” kata Dirjen Perbendaharaan menerangkan.
Dari Value Menjadi Budaya.
Merupakan satu hal penting apabila kita menginginkan memiliki generasi emas di keluarga. Harus secara berkelanjutan mengajari anak anak dan keluarga mengenal istilah value, aware, dan mindset yang benar.
“korupsi itu seperti semut hitam, di batu hitam, ditempat gelap. jika kita ga tau definisi nya. jika kita ga tau..trabas saja karena gelap. jadi hati-hati. terus jaga integritas.”
Insan Kementerian keuangan sudah memiliki integritas, terdapat nilai-nilai kementerian yang harus dijaga, salah satunya adalah integritas. Ini merupakan value yang dimiliki oleh pegawai Kemenkeu.
“terus lakukan perang terhadap korupsi, lakukan mulai hal kecil, dalam keluarga sehingga korupsi bukan menjadi value saja tapi menjadi budaya”. Pungkas Astera (*).