Berita

Seputar KPPN Sukabumi

Geliat Ekonomi Rakyat di Lokasi Obyek Wisata Jembatan Gantung Situ Gunung

Jembatan Gantung Situ Gunung Sukabumi merupakan obyek wisata yang sedang populer. Sebuah jembatan yang berada di tengah hutan, membentang sepanjang 243 meter, dengan lebar 1,8 meter, dan ketinggian 121 meter di atas permukaan tanah. Jembatan yang menghubungkan area Situ Gunung ke area Curug Sawer ini menjadi viral di kalangan netizen. Terlebih lagi tempat ini sangat cocok untuk foto dan diunggah ke dalam media sosial seperti instagram.

Dalam kerangka pengembangan dan pengelolaan pariwisata, perlu adanya pemberdayaan masyarakat atau komunitas lokal. Pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan tersebut digarisbawahi oleh Murphy (1988) yang memandang bahwa pengembangan kegiatan budaya dan pariwisata merupakan “kegiatan yang berbasis komunitas”, yaitu sumberdaya dan keunikan komunitas lokal baik berupa elemen fisik maupun non fisik (nilai-nilai, norma-norma, adat dan tradisi) yang melekat pada komunitas tersebut merupakan unsur penggerak utama kegiatan utama budaya dan tradisi masyarakat itu sendiri; disisi lain komunitas lokal yang hidup dan tumbuh berdampingan dengan suatu obyek wisata tidak dapat dipungkiri sebenarnya telah menjadi bagian dari sistem ekologi yang saling kait mengkait dengan sumberdaya budaya dan pariwisata.

Pendekatan tersebut menegaskan bahwa pengembangan sumberdaya budaya dan pariwisata harus sensitif dan responsif terhadap keberadaan dan kebutuhan komunitas lokal dan bahwa dukungan dari seluruh komunitas (tidak  hanya dari mereka yang mendapatkan manfaat ekonomi secara langsung dari kegiatan budaya dan pariwisata) amat sangat diperlukan bagi keberhasilan pengembangan dan pengelolaan sumber daya budaya dan pariwisata.

Pentingnya peran komunitas lokal digarisbawahi oleh Wearing (2001) yang menegaskan bahwa sukses atau keberasilan jangka panjang kegiatan (industri) budaya dan pariwisata akan sangat tergantung pada tingkat penerimaan dan dukungan dari komunitas lokal. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa pengembangan kegiatan (industri) budaya dan pariwisata di suatu tempat dikelola dengan baik dan berkelanjutan, maka hal mendasar yang harus diwujudkan untuk mendukung tujuan tersebut adalah bagaimana menfasilitasi keterlibatan yang luas dari komunitas lokal dalam proses pengembangan dan memaksimalkan nilai manfaat  sosial dan ekonomi dari kegiatan budaya dan pariwisata.

 Pemberdayaan masyarakat lokal selanjutnya perlu didasarkan pada hal-hal seperti (1) memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas, (2) Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan merata pada penduduk lokal, (3) Berorientasi pada pengembangan usaha berskala kecil dan menengah dengan daya serap tenaga besar dan berorientasi pada teknologi tepat guna, (4) Mengembangkan semangat kompetisi sekaligus kooperatif, (5) Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi budaya dengan dampak seminimal mungkin

Lantas bagaimana dengan keberadaan jembatan gantung Situ Gunung? Tentunya  komunitas lokal perlu juga  dilibatkan agar mampu memberikan dampak ekonomi bagi warga di sekitar objek wisata tersebut.

Memastikan hal itu, Tim KPPN Sukabumi yang berjumlah empat orang mengunjungi obyek wisata tersebut pada Rabu (22/06/2022). Maksud dari kunjungan ini adalah untuk memastikan peran dari masyarakat lokal dalam pengembangan wisata tersebut. Kebetulan pula lokasi obyek wisata tersebut berada tidak terlalu jauh dari KPPN Sukabumi.

Saat tiba di gerbang obyek wisata dimaksud, kami membayar tiket masuk sebesar Rp 16.000,- per orang. Di dalam kawasan sekitar pintu gerbang, ternyata banyak UMKM yang difasilitasi pihak pengelola kawasan wisata untuk berjualan, terutama makanan dan minuman khas Sunda dari cilok, combro hingga mie rebus, menu favorit di hampir semua lokasi wisata hingga aksesoris dan kerajinan tangan. Kami pun menyempatkan diri untuk berbincang santai dengan para pedagang sekitar kawasan pintu gerbang wisata.

Salah seorang pedagang bernama Wati, mengatakan sejak dibangunnya jembatan gantung di Situ Gunung, pengunjung bertambah banyak. Hal ini berdampak pula kepada kunjungan ke lapaknya, yang menjual usaha bakso dan mie ayam. Apalagi saat memasuki libur sekolah. Kunjungan wisatawan sempat berkurang drastis saat pandemi. Akan tetapi, setelah kondisi pandemi yang mulai melandai, kunjungan wisatawan makin bertambah, terutama pasca lebaran.

Untuk menikmati jembatan Situ Gunung dan fasilitas lainnya yang ada di kawasan tersebut, kami harus merogoh kocek kembali. Tarif masuk jembatan gantung  dibagi tiga jenis, yaitu reguler, VIP, dan VVIP. Untuk tiket reguler seharga Rp 50 ribu, VIP sebesar Rp 100 ribu, dan VVIP dibanderol dengan harga Rp 150 ribu. Kami sendiri mengambil tiket yang VIP. Fasilitas yang didapatkan dengan membeli tiket VIP adalah diantarkan ke lokasi utama dengan menggunakan mobil atau ojek secara gratis. Sebelum masuk ke jembatan gantung akan disuguhi welcome drink berupa bakso, kacang hijau, dan teh atau kopi panas. Fasilitas ini sama seperti tiket VVIP. Bedanya, mereka yang ambil tiket VVIP akan memperoleh makan siang di De’Balcone Resto. Sementara untuk tiket reguler, perjalanan menuju ke jembatan gantung akan ditempuh dengan berjalan kaki.

Material yang digunakan jembatan ini berbahan dasar kayu ulin. Bahan kayu ini digunakan karena memiliki banyak keistimewaan, seperti sifatnya yang tahan terhadap kelembaban dan perubahan cuaca dan air laut. Tekstur kayu ini sangat berat dan keras. Memiliki diameter yang lebar dan panjang, kayu ini tidak mudah dimakan oleh rayap.

Terdapat lima sling sekaligus pada jembatan ini sehingga kokoh. Pada bagian pinggir dipasangi juga jaring kawat agar saat naik di atasnya, membuat rasa aman para bagi para pengunjung. Pada saat menaiki jembatan, kami diberi Alat Pelindung Diri (APD) yang telah disediakan oleh pengelola, berupa sabuk pengaman. APD ini wajib kita kenakan di pinggang saat berada di atas jembatan sebagai standar keselamatan. Saat terjadi guncangan, kita harus mengaitkan sabuk ke ramp yang ada pada bagian sisi-sisi jembatan.

 Selain jembatan gantung, terdapat obyek wisata lain, seperti Curug Sawer yang airnya berasal dari Sungai Cigunung. Di area ini, terdapat juga lahan untuk berkemah dengan luas 5 hektare dengan biaya tiket Rp32.500,- per orang. Selain itu, terdapat pula keranjang sultan, yang merupakan fasilitas terbaru dan terfavorit saat ini. Keranjang sultan ini merupakan semacam kursi rotan yang dikaitkan ke sling agar dapat berjalan di atas air sungai. Sensasi yang luar biasa.

 Di area ini pula  banyak terdapat UMKM yang menggelar dagangan di lapak yang telah disediakan pengelola. Sebelum beranjak kembali ke kantor, kami sempatkan untuk mewawancarai pedagang aksesoris di area ini, bernama Ahmad.

Ia bercerita bahwa dulu berjualan di dalam area curug secara asongan. Selanjutnya, pihak pengelola, dalam hal ini PT Fontis di tahun 2018 menyediakan lapak khusus bagi para warga lokal untuk berjualan, tanpa dipungut biaya. Menurutnya, terdapat kurang lebih 39 pedagang yang semuanya berasal dari Desa Gede Pangrango. Omset sepekan rata-rata sebesar Rp 350.000,-

Sementara itu, pihak pengelola jembatan gantung berharap selain membangun perekonomian, juga dapat mengenalkan konservasi alam kepada para warga melalui Sekolah Alam Situ Gunung yang diperuntukkan bagi warga sekitar.Termasuk juga membangun kultur wisata di masyarakat saat banyak pengunjung yang datang ke Situ Gunung. Pihak pengelola menuturkan bahwa pekerja di jembatan gantung ini dominan berasal dari tiga desa, yaitu Desa Gede Pangrango, Desa Sukamanis, dan Desa Sukamaju. Total pekerja lebih dari 100 orang, dengan 90 persen berasal dari tiga desa.

Melalui kunjungan ini, kami mendapat banyak kesan positif mengenai obyek wisata Jembatan Gantung Situ Gunung ini. Pengembangan wisata yang tetap menjaga kearifan lokal dan memberikan dampak ekonomi kepada warga sekitar dengan tetap menjaga kelestarian alam. Harapannya, kondisi ini dapat ditingkatkan untuk terus memberikan kesempatan kepada warga lokal agar turut menikmati “kue” pembangunan wisata sehingga berdampak kepada peningkatan ekonomi bagi kampung sekitar. (AN/NA/SH/NG)

“Diolah dari berbagai sumber dan hasil observasi lapangan.”

Peta Situs   |  Email Kemenkeu   |   FAQ   |   Prasyarat   |   Hubungi Kami

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

IKUTI KAMI

 

PENGADUAN

 

 

Search