Gen Z dan Peran Financial Advisor: Membangun Masa Depan yang Lebih Nyata

Oleh: Athfi Nadia Permatasari Devi (KPPN Ternate)

Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, sering dipandang sebagai pemimpin masa depan. Namun, meski potensi dan kemampuan mereka banyak dibicarakan, ada kesenjangan yang signifikan antara harapan dan realitas keterlibatan mereka dalam dunia keuangan, khususnya sebagai Financial Advisor. Banyak di antara mereka yang masih dianggap pemula dan belum memberikan kontribusi yang berarti, meskipun slogan "Gen Z membawa masa depan" sering digaungkan.

Salah satu alasan utama adalah kurangnya pemahaman dan pengalaman di bidang keuangan. Meskipun Gen Z memiliki akses informasi yang luas, tidak semua informasi tersebut berkualitas atau relevan. Banyak dari mereka masih menyelesaikan tugas harian tanpa merasakan urgensi untuk terlibat lebih dalam dalam pengelolaan keuangan, khususnya dalam peran TREFA (Treasury, Regional Economist, and Financial Advisor). TREFA adalah salah satu peranan yang diberikan kepada Kanwil DJPb dan KPPN di seluruh Indonesia, dan mengingat cukup banyak generasi muda atau generasi Z yang bekerja di Kanwil dan KPPN tersebut, potensi mereka perlu lebih dikembangkan.

Banyak pegawai Gen Z merasa lelah dengan tugas administratif yang terus bertambah. Meskipun digitalisasi sudah dilakukan, mereka tetap harus berinteraksi dengan stakeholder di daerah, yang memerlukan usaha ekstra untuk mentransfer pengetahuan. Tantangan ini makin besar bagi pegawai Gen Z yang ditempatkan di luar daerah Jawa atau di wilayah kepulauan. Akses terbatas ke sumber daya, infrastruktur yang kurang memadai, dan kesulitan dalam menjalin komunikasi dapat menghambat pengembangan keterampilan mereka. Dengan akses komunikasi dan transportasi yang sulit, mereka sering kali lebih fokus pada masalah teknis daripada peran TREFA.

Selain itu, meskipun DJPb mulai bertransformasi menuju model Shadow Organization dan mulai shifting ke arah digital, kenyataannya implementasi tersebut belum sepenuhnya dapat diterapkan di daerah. Penambahan special mission justru menambah beban kerja, karena pegawai masih harus menyelesaikan tugas harian yang ada sebelum menangani pekerjaan tambahan. Jika kondisi ini terus berlanjut, baik tugas harian maupun misi baru dapat berjalan tidak optimal, bahkan berisiko kehilangan fokus.

Meski demikian, Gen Z memiliki semangat kerja yang kuat dalam meniti karier dan berupaya untuk berkontribusi secara optimal bagi organisasi (Bucovetchi et al., 2019). Sebagai generasi yang akrab dengan teknologi, mereka juga memiliki bakat kreativitas dan inovasi yang kuat. Hal ini sejalan dengan ketertarikan Gen Z pada organisasi dengan kultur kerja yang inovatif dan berbasis kewirausahaan (Chillakuri & Mahanandia, 2018; Lanier, 2017).

Dalam konteks ini, penguatan peran TREFA menjadi sangat penting, terutama untuk memanfaatkan kekuatan inovasi yang dimiliki oleh Gen Z. TREFA harus berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan pegawai Gen Z dengan sumber daya dan informasi yang relevan. Dengan pendekatan yang lebih inklusif, TREFA dapat menyediakan bimbingan dan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, serta mendorong kolaborasi dengan lembaga lokal. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi, di mana Gen Z dapat berkontribusi dengan ide-ide segar dan solusi kreatif. Dengan dukungan yang tepat, Gen Z tidak hanya akan mengembangkan kompetensi mereka, tetapi juga merasa lebih percaya diri dan terlibat dalam peran mereka sebagai Financial Advisor.

TREFA juga memiliki peran strategis dalam memastikan bahwa kebijakan keuangan negara dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Dengan pendekatan yang tepat, TREFA diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, pembangunan kewilayahan, dan kemandirian fiskal daerah, serta meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan di tingkat pusat dan daerah.

Misi untuk melibatkan Gen Z dalam peran ini pun makin mendesak. Mengingat bahwa peran ini merupakan misi utama DJPb ke depan, langkah strategis perlu diambil agar Gen Z dapat menjadi pilar dalam pengelolaan keuangan negara. Ini tidak hanya menjamin keberlanjutan, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih inovatif dan adaptif.

 

Apa yang Perlu Dipersiapkan?

Untuk melibatkan Gen Z secara efektif sebagai Financial Advisor, perlu diadakan kampanye kesadaran yang menekankan pentingnya peran ini dalam perencanaan jangka panjang. Kampanye ini harus menyajikan edukasi dan pelatihan yang relevan, serta membagikan cerita sukses dari rekan-rekan Gen Z yang telah berhasil dalam peran ini. Selain itu, dorongan untuk keterlibatan aktif dalam proyek-proyek nyata dan pengembangan platform digital yang memfasilitasi interaksi juga sangat penting. Dengan langkah-langkah komprehensif ini, Gen Z dapat melihat peran Financial Advisor sebagai peluang yang nyata dan menarik.

Pada akhirnya, slogan tentang Gen Z yang membawa masa depan harus diikuti dengan tindakan nyata. Keterlibatan mereka sebagai Financial Advisor bukan sekadar teori, melainkan harus menjadi praktik yang dapat dilihat dan dirasakan. Untuk mengatasi tantangan, DJPb perlu menyederhanakan beban administratif dan menyediakan dukungan yang lebih kuat bagi pegawai Gen Z. Dengan langkah-langkah ini, peran mereka akan menjadi lebih berarti dan tidak sekadar slogan belaka, tetapi menjadi kontribusi nyata dalam pengelolaan keuangan negara yang lebih transparan dan akuntabel.

 

 

Disclaimer: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan organisasi

Copyright ©2024 ASEAN Treasury Forum - All Rights Reserved By DJPb.



Search