Status gizi anak merupakan salah satu indikator kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Sebaliknya, gizi buruk dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti stunting, anemia, dan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Di Provinsi Kepri, meskipun prevalensi stunting menurun, angka tersebut masih memerlukan perhatian serius.
No |
Kab/Kota |
Prevalensi Stunting (%) |
|
2022 |
2023 |
||
1. |
Karimun |
17,6 |
13,3 |
2. |
Tanjungpinang |
18,8 |
15,7 |
3. |
Anambas |
21,7 |
14,0 |
4. |
Lingga |
25,4 |
18,9 |
5. |
Natuna |
18,9 |
16,1 |
6. |
Batam |
15,2 |
16,1 |
7. |
Bintan |
17,8 |
17,1 |
Sumber: BPS Prov. Kepri (diolah)
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Prov Kepri tahun 2022 sebesar 17,6% dan menurun di Tahun 2023 menjadi 15,40%. Target 2024 menjadi 10,20%. Provinsi Kepri menempati posisi keempat terendah se-Indonesia setelah Bali, DKI Jakarta, dan Lampung. Namun, prevalensi balita stunting di Kabupaten Lingga mencapai 18,9%, sedangkan di Kabupaten Karimun terendah dengan 13,3%.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan dilaksanakan di Kepri sebagai bagian dari upaya pemerintah pusat dan program nasional yang diharapkan dapat mengatasi masalah gizi pada anak, khususnya anak sekolah. Program ini bertujuan untuk memberikan asupan gizi yang cukup kepada kelompok rentan, terutama anak-anak sekolah, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Di Kepri, program ini direncanakan akan menjangkau sekitar 516.149 penerima manfaat hingga tahun 2029, mencakup seluruh wilayah, termasuk daerah-daerah terpencil dan pulau-pulau terluar. Untuk mendukung distribusi makanan, pemerintah berencana mendirikan 253 dapur umum di berbagai wilayah.
Program MBG memiliki beberapa tujuan utama, yakni meningkatkan status gizi anak-anak dan kelompok rentan, mendukung prestasi pendidikan dengan memberikan gizi yang cukup bagi siswa, serta memberikan dampak ekonomi positif, seperti menciptakan lapangan kerja dan memanfaatkan bahan pangan lokal guna meningkatkan kesejahteraan petani dan pelaku usaha kecil. Meski demikian, program ini menghadapi sejumlah tantangan, antara lain keterbatasan sarana prasarana, anggaran yang belum optimal, kesulitan logistik, keterlambatan distribusi, dan kendala geografis yang mempersulit akses ke beberapa wilayah.
Penelitian yang dilakukan oleh Desiani dan Syafiq (2024) dari Universitas Indonesia mengonfirmasi bahwa program makan gratis di sekolah-sekolah terbukti efektif dalam meningkatkan status gizi siswa. Penelitian yang melibatkan beberapa negara seperti Ethiopia, Ghana, Swedia, Amerika Serikat, India, dan Norwegia menunjukkan adanya peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan penurunan prevalensi anemia di kalangan siswa. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya program makan gratis dalam mendukung kesehatan jangka panjang anak dan keberhasilan pendidikan mereka.
Kesimpulannya, meskipun status gizi di Kepri menunjukkan tren perbaikan, masih banyak tantangan yang perlu diatasi, seperti infrastruktur distribusi yang belum optimal dan keterbatasan anggaran. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan upaya penting untuk meningkatkan kesehatan anak-anak di Kepri, namun keberhasilannya memerlukan perbaikan sistem, sinergi antar-lembaga, dan inovasi teknologi dalam pemantauan program. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan angka stunting dapat terus menurun dan kesejahteraan generasi mendatang di Kepri semakin meningkat.
Untuk bacaan lebih lengkap dapat dilihat di sini.