Jl. Mayjen Sutoyo No. 34, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara

     

     Pembangunan Bendungan Ladongi di Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Presiden No. 109 Tahun 2020. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan, penyediaan air baku, serta mendukung pertumbuhan      ekonomi di wilayah tersebut. Kabupaten Kolaka Timur terletak di bagian tengah Sulawesi Tenggara yang wilayahnya terdiri dari dataran rendah, perbukitan,      hingga pegunungan dan sebagian besar daerahnya cocok untuk pertanian, kehutanan, dan perkebunan. Hal ini sejalan dengan sektor utama yang menyokong perekonomian di kabupaten dimaksud, yaitu: pertanian dan perkebunan, perikanan, pariwisata serta UMKM. Berdasarkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kolaka Timur Tahun 2020, potensi ketahanan pangan yang besar di sekitar Bendungan Ladongi, namun masih banyak daerah dengan ketahanan pangan yang rendah. Di samping itu, Kolaka Timur memiliki potensi di sektor perikanan dan kehutanan.

     Di samping itu, terdapat isu kesenjangan sosial, di mana mayoritas masyarakat Kolaka Timur bergantung pada sektor pertanian tradisional dengan produktivitas yang masih rendah. Akses terhadap pasar hasil pertanian atau perikanan masih terbatas, sehingga pendapatan petani dan nelayan relatif rendah. Isu pengelolaan lingkungan juga perlu mendapatkan perhatian. Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman atau lahan tambang sering dilakukan tanpa perencanaan yang matang dan menjadi ancaman banjir ketika musim penghujan datang.

     Memotret dari permasalahan tersebut, Pemerintah menetapkan salah satu proyek PSN, berupa Bendungan Ladongi sebagai solusi serta untuk menjadi katalis pergerakan ekonomi di sekitar bendungan. Bendungan merupakan salah satu infrastruktur penting dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Dengan adanya bendungan dan waduk yang merupakan tempat di suatu permukaan lahan untuk menampung air hujan secukupnya pada musim basah, sehingga air dapat dimanfaatkan pada musim kering atau kemarau. Selain itu, Bendungan Ladongi diharapkan dapat menjadi sarana penyediaan air baku, PLTA, pengendali banjir, budidaya perikanan juga sebagai pariwisata dan Olahraga Air.

     Bendungan Ladongi adalah bendungan pertama di Indonesia yang dibangun di atas batuan metamorf. Bendungan Ladongi dibangun pada 2016 dan diresmikan pada 2021. Kapasitas normal bendungan sebesar 45.950.000 meter kubik. Pembangunan Bendungan Ladongi dibiayai dengan APBN senilai Rp1,14 Triliun, disalurkan melalui satker SNVT Pembangunan Bendungan BWS Sulawesi IV (403473) Kementerian PUPR. Pembangunan bendungan ini dilakukan sepanjang 2016—2021. Progres realisasi tahunan satker SNVT Pembangunan Bendungan BWS Sulawesi IV terlihat pada Tabel 1.

 

     Pembangunan Bendungan Ladongi menghadapi berbagai tantangan dan kendala yang menjadi perhatian dalam pelaksanaannya. Seperti halnya proyek infrastruktur besar lainnya, kendala tersebut melibatkan aspek teknis, sosial, hingga lingkungan. Tantangan pertama yang dihadapi adalah terkait pembebasan lahan, di mana sebagian lahan yang masuk dalam kawasan hutan produksi dan telah dikelola oleh masyarakat selama puluhan tahun. Pembangunan juga berdampak pada lingkungan, antara lain perubahan ekosistem sungai, hilangnya habitat flora dan fauna lokal, serta risiko sedimentasi pada bendungan di masa mendatang. Di samping itu, cuaca ekstrem, seperti hujan deras atau banjir, juga berpengaruh terhadap penyelesaian aktivitas konstruksi, terutama pada musim hujan.

     Teori Ekonomi Keynesian Baru menyebutkan keseimbangan pasar sulit untuk dicapai tanpa campur tangan pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah memiliki misi khusus untuk memastikan keseimbangan ekonomi melalui pemerataan pembangunan dan menjamin kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan dan goverment expenditure. Cara yang dilakukan pemerintah untuk mencapai misi tersebut adalah dengan intervensi ke pasar dalam penyediaan barang publik. Keseriusan pemerintah tercermin dari penetapan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Prioritas Strategi Nasional (PSN). Salah satu proyek PSN yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Pembangunan Bendungan Ladongi yang dimulai dari 2016 sampai peresmiannya di 28 Desember 2021. Bendungan tersebut diharapkan dapat menjadi katalis perekonomian dan menjamin kesejahteraan masyarakat di sekitar Kab. Kolaka Timur. Untuk melihat dampak pembangunan Bendungan Ladongi, perlu dilakukan penelitian sebelum-sesudah bendungan tersebut dibangun.

     Telah banyak penelitian dalam rangka memotret dampak pembangunan bendungan terhadap kehidupan masyarakat. Sitepu et al. (2022) menyebutkan pembangunan bendungan yang ada di Indonesia telah mampu meningkatkan kinerja perekonomian dan kesejahteraan, seperti laju pertumbuhan ekonomi, nilai tukar petani, investasi dalam negeri, dan IPM. Shiamah & Nawiyanto (2020) menyebutkan keberadaan Bendungan Serbaguna Wlingi membawa pengaruh bagi masyarakat Blitar hingga Tulungagung Timur terutama dalam sektor lingkungan dan ekonomi masyarakat. Di sektor lingkungan, bendungan berfungsi sebagai pengendali banjir dan sarana budidaya ikan air tawar, namun juga memicu efek negatif berupa perluasan pertumbuhan gulma air. Sedangkan di sisi ekonomi, peningkatan perekonomian Masyarakat dan peningkatan produksi pertanian di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung terjadi setelah pembangunan bendungan dan irigasinya. Di Sulawesi Tenggara, Yogayana et al. (2023) menyimpulkan perbedaan produktivitas usaha tani padi sawah antara yang menggunakan pengairan Bendungan Ladongi begitu pula dengan tingkat pendapatan petani.

     Berangkat dari teori ekonomi Keynesian Baru, pemerintah melakukan intervensi pasar melalui pembangunan PSN Bendungan Ladongi di Kolaka Timur yang diharapkan dapat memicu multiplier effect perekonomian dan menjamin kesejahteraan masyarakat. Dengan framework IDAM, dampak pembangunan Bendungan Ladongi dapat dilihat dari tiga pendekatan. Di sektor lingkungan dan sosial-politik, Bendungan Ladongi dihipotesiskan dapat meningkatkan akses air baku masyarakat melalui pengurangan waktu tempuh masyarakat dalam mendapatkan air bersih sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang menjadi salah satu indikator IPM (H1). Selain permasalahan air baku, dari sisi ekonomi dan sosial-politik, bedungan Ladongi juga dihipotesiskan meningkatkan aktivitas pertanian, termasuk alih fungsi lahan, budaya mata pencarian masyarakat, produktivitas pertanian, dan pendapatan petani (H2).

Dampak Lingkungan

     Peran Bendungan Ladongi untuk mengatasi permasalahan lingkungan berangkat dari isu akses air baku dan isu alih fungsi lahan. Menggunakan data Susenas 2022 dan Susenas 2023, Bendungan Ladongi terbukti hanya memiliki peran yang sangat kecil dalam mengatasi isu akses air baku di masyarakat sekitar bendungan. Akses air baku dalam hal ini dijabarkan sebagai variabel jangka waktu tempuh masyarakat menuju sumber air baku terdekat.

     Model penelitian hanya dapat dijelaskan kurang dari 1% faktor yang mempengaruhi akses air baku masyarakat di sekitar Bendungan Ladongi. Pada 2022, Bendungan Ladongi berdampak pada penurunan jarak tempuh masyarakat ke sumber air baku terdekat. Hal ini dibuktikan dengan hubungan negatif yang signifikan (P-value < 0,05) variabel treatment, yaitu pembeda antara kelompok yang diberi pelakuan atau treatment group, yakni masyarakat Kolaka Timur dengan kelompok kontrol atau control group (selain masyarakat Kolaka Timur), dengan variabel waktu tempuh sebagai variabel y. Sedangkan, pada 2023, peran Bendungan Ladongi terbukti tidak signifikan untuk menurunkan waktu tempuh masyarakat untuk mencapai sumber air baku. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui peran bendungan terhadap akses air baku yang dilakukan dengan uji beda (t-test) serta metode propensity score matching (PSM).

     Uji beda (t-test) yang dilakukan menyatakan bahwa masyarakat di sekitar Bendungan Ladongi memiliki perbedaan 0,73 menit lebih cepat untuk mengakses sumber air baku pada 2022. Sedangkan, pada 2023, Bendungan Ladongi tidak mampu memberikan perbedaan waktu tempuh yang signifikan. Selanjutnya, menggunakan metode propensity score matching (PSM), terdapat perbedaan signifikan jarak tempuh ke sumber air terdekat antara treatment group dengan control group. Dari Tabel 4.6 dan Tabel 4.7, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan waktu tempuh masyarakat ke sumber air baku antara treatment group dengan control group. Hal ini dapat diartikan bahwa masyarakat di sekitar Bendungan Ladongi dapat mencapai sumber air baku lebih cepat sekitar 0,7 menit daripada masyarakat yang jauh dengan bendungan.

     Untuk melihat dampak pembangunan Bendungan Ladongi terhadap waktu tempuh masyarakat ke sumber air terdekat (akses air baku), uji dampak dilakukan setelah melakukan matching dengan metode PSM. Hasil uji dampak tercantum pada Tabel 4.8 dan Tabel 4.9.

 

     Dari sisi isu pengalihan fungsi lahan, Alaudin et al. (2023) menyebutkan bahwa Kecamatan Ladongi mengalami perubahan penggunaan lahan akibat pembangunan Bendungan Ladongi dalam periode 2013—2023. Dari Tabel 4.10, pengalihan fungsi lahan terbesar dipegang oleh hutan, pemukiman, dan persawahan. Hutan merupakan lahan yang mengalami penurunan luasan terbesar di Kecamatan Ladongi hingga 12% dari luasan awalnya. Sedangkan, pemukiman dan persawahan meningkat luasnya sampai dengan 182,54% dan 32,32% dari luas awal masing-masing area. Faktor yang mempengaruhi penyusutan luas hutan itu karena adanya pembangunan waduk ladongi pembukaan lahan yang di alih fungsikan menjadi perkebunan dan pertanian. Adanya pertumbuhan penduduk yang mayoritas mata pencarianya sebagai petani padi membuat luasan area pemukiman ikut meningkat dengan signifikan.

 

 

Dampak Sosial-politik

     Dari sisi dampak sosial-politik, dampak pembangunan Bendungan Ladongi dijabarkan dalam perubahan mata pencarian masyarakat; peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM); perubahan arah pembangunan di sektor Infrastruktur. Pada Grafik 4.2, mata pencarian masyarakat shifting ke sektor pertanian secara signifikan terjadi pada tahun 2021, kemudian pertumbuhannya melambat di 2022 dan 2023. Meskipun melambat, proporsi sektor pertanian sebagai mata pencarian utama masyarakat di kelompok treatment masih lebih besar daripada sebelum dibangun Bendungan Ladongi.

     Selanjutnya menyoroti indeks pembangunan manusia di sekitar bendungan, IPM terdiri atas tiga dimensi utama, yakni: kesehatan; pengetahuan; dan standar hidup yang layak. Dalam dimensi kesehatan, akses terhadap sanitasi dan air bersih menjadi salah satu indikator yang dipertimbangkan. Pada Grafik 4.5, IPM periode 2018—2023 memiliki 3 fase, yakni fase pra-COVID mengalami tren positif; fase COVID mengalami tren negatif; dan fase pasca-COVID mengalami pemulihan. Kolaka Timur memiliki pola yang berbeda dengan kabupaten/kota lainnya. IPM Kolaka Timur tidak mengalami penurunan di periode COVID (2020—2022). Salah satu faktor hal tersebut terjadi adalah peningkatan kualitas pada dimensi kesehatan. Mendukung pernyataan di atas, persentase rumah tangga dalam mengakses sanitasi dan air bersih memiliki tren yang positif pada periode 2018—2023 (lihat Grafik 4.5) untuk empat kabupaten di sekitar bendungan dan Kota Kendari serta Sulawesi Tenggara sebagai pembanding.

Dampak Ekonomi

     Bendungan Ladongi dimanfaatkan untuk menjadi sarana irigasi di empat kabupaten sekitar, yakni Konawe, Konawe Selatan, Kolaka, dan Kolaka Timur. Untuk melihat dampak bendungan terhadap aktivitas pertanian di empat kabupaten tersebut, peneliti menggunakan grafik tren untuk melihat perbedaan sebelum dan setelah pembangunan. Luas panen (ha) dan produksi (ton) padi pada empat kabupaten tersebut tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan bahkan cenderung stagnan. Jika dilihat dari produktivitas lahan (kuintal/ha) pada Grafik 4.8, produktivitas padi bombana mampu bersaing dengan 4 kabupaten yang dialiri Bendungan Ladongi.

     Di sisi lain, upah pekerja di sektor pertanian pada Kabupaten Kolaka Timur mengalami peningkatan di periode 2020—2022 (lihat Grafik 4.9).  Peningkatan tertinggi terjadi di tahun 2022, tepat setelah peresmian Bendungan Ladongi di akhir tahun 2021. Namun, peningkatan ini tidak berlangsung lama karena terlihat penurunan upah pekerja pertanian di tahun 2023.

     Uji Beda (t-test) dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata luas panen padi (ha), produksi padi (ton), produktivitas padi (ku/ha), dan upah pekerja sektor pertanian antara treatment group, terdiri dari Konawe, Konawe Selatan, Kolaka, dan Kolaka Timur dan control group, yakni kabupaten/kota selain treatment group. Pada Tabel 4.9, uji beda membuktikan tidak terdapat perbedaan rata-rata aktivitas pertanian antara treatment group dan control group, kecuali pada upah pekerja. Treatment group memiliki rata-rata upah yang lebih tinggi sebesar Rp1.308.860 dibandingkan control group.

     Hasil ini berbeda dengan penelitian Wayan et al. (2024). Wayan et al. (2024) menyebutkan Bendungan Ladongi secara signifikan telah meningkatkan produktivitas petani. Perbedaan ini dapat terjadi akibat perbedaan data penelitian yang digunakan. Wayan et al. (2024) menggunakan data primer dari 75 responden di Kolaka Timur, sedangkan penelitian ini menggunakan Susenas 2022 dan Susenas 2023 lingkup Provinsi Sulawesi Tenggara untuk memotret dampak Bendungan Ladongi terhahap aktivitas pertanian antara treatment group dan control group.

Simpulan

Dari hasil pengolahan data, dapat disimpulkan bahwa:

  1. Dari sektor lingkungan, pembangunan Bendungan Ladongi mempersingkat waktu tempuh masyarakat dalam mengakses air sumber baku, namun perannya masih sangat kecil (kurang dari 1%). Pada 2022, bendungan mampu mengurangi rata-rata waktu tempuh sebesar 1,08 menit dan pada 2023 sebesar 0,79 menit.
  2. Dampak pembangunan Bendungan Ladongi menyebabkan alih fungsi lahan pada periode 2018—2023, dengan luas hutan berkurang 12%; luas persawahan meningkat 32,32%, dan luar pemukiman meningkat 182,54%.
  3. Dari sektor sosial-politik, mata pencarian masyarakat shifting ke sektor pertanian setelah pembangunan Bendungan Ladongi. Hal ini dibuktikan dengan perluasan daerah persawahan dan peningkatan pekerja sektor pertanian sejak 2021.
  4. Dari sisi pembangunan manusia, IPM Kolaka Timur tempat dibangunnya Bendungan Ladongi memiliki tren yang lebih baik daripada kabupaten lainnya. Salah satu indikator IPM di Kolaka Timur adalah peningkatan persentase masyarakat yang memiliki akses sanitasi yang baik.
  5. Dari sektor ekonomi, pembangunan bendungan Ladongi mampu memberikan efek positif terhadap peningkatan produktivitas panen padi dan upah pekerja di sektor pertanian.

Dengan demikian, hasil penelitian sesuai dengan hipotesis 1 (H1) dan hipotesis (H2).

Rekomendasi

     Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, pembangunan Bendungan Ladongi telah memberikan dampak kepada kehidupan masyarakat di sekitar, terutama di sektor pertanian. Akan tetapi, dampak tersebut masih terlalu kecil persentasenya, khususnya di penyediaan sumber air baku. Hal ini disebabkan faktor utama pembangunan bendungan Ladongi memang diprioritaskan sebagai sarana irigasi di empat kabupaten sekitar, yakni Kolaka Timur, Kolaka, Konawe, dan Konawe Selatan. Hal ini telah terlihat dengan peningkatan produktivitas panen padi dan peningkatan upah pekerja di sektor pertanian.

     Untuk memaksimalkan potensi bendungan Ladongi, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebaiknya segera mempersiapkan infrastruktur pendukung, seperti irigasi sekunder dan irigasi tersier; Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA); serta akses jalan dan ruang publik terbuka untuk memfasilitasi wisatawan. Selain infrastruktur pendukung, monitoring dan evaluasi serta pemeliharaan bangunan bendungan perlu dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Keuangan Republik Indonesia. (2018). Intervensi Pemerintah Dalam Perekonomian. Direktur Jenderal Kekayaan Negara. Diakses dari  https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/
baca/12670/Intervensi-PemerintahDalamPerekonomian-Bagian-I-Ringkasan-Sejarah.html
.

Dumairy. (2006). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Sukirno, Sadono. (2006). Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Jakarta: Kencana.

Mangkoesoebroto, Guritno. (2002). Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE.

Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (2021). Progres Capai 90,18 Persen, Pembangunan Bendungan Ladongi Ditargetkan Rampung Akhir 2024. Diakses dari https://setkab.go.id/progres-capai-9018-persen-pembangunan-bendungan-ladongi-ditargetkan-rampung-akhir-2021/.

BPK. (2024). Bendungan Ladongi Mampu Suplai Air Irigasi Seluas 3.604 Hektar di 4 Kabupaten. Diakses dari https://sultra.bpk.go.id/bendungan-ladongi-mampu-suplai-air-irigasi-seluas-3-604-hektar-di-4-kabupaten/.

Kirchherr, J. & Charles, K. J. (2016). The social impacts of dams: A new framework for scholary analysis. Environmental Impact Assessment Review, 60, 99-114. Diakses dari https://doi.org/10/1016/j.eiar.2016.02.005.

PUPR. (2021). Informasi Pembangunan Dan Progres Pemanfaatan Bendungan Ladongi.

Shiamah, N. L. (2020). Pengaruh Pengaruh Bendungan Wlingi Terhadap Lingkungan Dan Ekonomi Masyarakat Di Sepanjang Saluran Irigasi Lodoyo Tulungagung Tahun 1970-1990. Historia3(1), 43-51.

Pemerintah Daerah Kabuten Kolaka Timur. (2020). Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kolaka Timur 2020. Diakses dari https://kolakatimurkab.go.id/detailpost/peta-ketahanan-dan-kerentanan-pangan-kolaka-timur-2020.

BPS Sulawesi Tenggara. (2023). Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2023 (Vol8, 2023 ISSN 2745-4126).

 

Peta Situs   |  Email Kemenkeu   |   FAQ   |   Prasyarat   |   Hubungi Kami

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Kanwil DJPb Prov. Sultra
Jalan Mayjen Sutoyo No.34, Tipulu, Kendari Barat, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

IKUTI KAMI

 

PENGADUAN

 

Search