Sudah lama saya tidak makan buah-buahan.  Sepulang dari kantor, saya coba mampir ke toko buah yang tidak terlalu jauh dari kantor. Saya lihat ada mangga harum manis. Salah satu buah yang sangat saya suka. Segera saya parkir motor dan masuk ke dalam toko. Melihat ada pembeli yang datang, seorang ibu berhijab terlihat berjalan menghampiri.

"Maaf, Mas. Mangganya asam," sahut ibu tadi sebelum sempat  saya tanya.

Aneh juga rasanya melihat kondisi ini. Biasanya, seorang penjual akan menyampaikan ke pembeli bahwa buahnya manis-manis. Ia akan merayu calon pembeli agar membelinya barang dagangannya.

"Kalo gak percaya, saya kupas salah satu. Boleh nanti dicicipi," sambung ibu tadi melihat saya masih berdiri mematung.

Ia ambil pisau dan mengupas salah satu mangga. Tak lama, ia berikan sepotong mangga tersebut kepada saya. Saya pun tanpa ragu meraih dan melahapnya.

"Iya, ya. Asam rasanya," ujar saya dengan wajah yang meringis menahan rasa asam.

Penasaran dengan sikap ibu penjual yang jujur apa adanya tadi, saya pun mencoba bertanya.

"Maaf, Bu. Kalo mangga ini asam, kenapa ibu jual? Dan ibu pun jujur mengatakan kalo mangga ini asam. Apa gak takut rugi, Bu?" tanya saya penuh selidik.

"Saya selalu mengatakan apa adanya, kok Mas. Saya gak mau mengecewakan pembeli. Kan, bisa jadi akan ada pembeli yang butuh mangga yang asam, mungkin karena isterinya sedang ngidam atau mungkin untuk dibuat manisan atau rujak. Gusti Allah udah jamin rezeki hamba-Nya. Jadi, gak usah takut rugi. Gak usah takut kehilangan rezeki," pungkas ibu tadi. Ia bicara dengan senyum yang mengembang.

Jleb. Nasihat ibu tadi menghunjam dada.  Hari itu saya mendapat pelajaran sangat berharga. Malu diri ini rasanya. Terima kasih, Ibu telah menyadarkan saya untuk selalu bersyukur dan berbaik kepada Sang Khalik. Semoga Ibu senantiasa diberikan kelancaran dan kemudahan dalam mencari rezeki yang halal. Aamiin.