Pesan Cinta Nan Sederhana

Siang hari di tengah terik matahari, Paijo, seorang pengendara ojek online melintas di sebuah sudut jalan raya. Ia tertarik dengan tulisan di sebuah warung makan sederhana yang terbuat dari spanduk sisa-sisa kampanye pilkada. HARI INI MAKAN GRATIS, BAGI OJOL, SUPIR ANGKOT, DAN PARA DHUAFA LAINNYA. Ia pun tahu persis pemilik warung sederhana tersebut.

Dengan penasaran, ia pun memasuki warung makan tersebut.  Di dalam, sudah penuh dengan para pengunjung rumah makan.

“Permisi, Mbok. Ini betulan gratis?“ tanya Paijo dengan wajah yang masih diliputi keheranan.

“Iya, benaran ini. Gratis. Makan aja apa yang kamu suka, To" jawab Si Mbok. Tangannya dengan terampil menyiapkan makanan untuk para pengunjung warung makannya. 

“Wah, terima kasih, Mbok. Terima kasih..," ujar Paijo. Kaki kanannya ia naikkan ke atas bangku kayu, lututnya ditekuk, tangan ia taruh di atas lutut dan makan dengan lahapnya.

Si Mbok tersenyum riang ketika memperhatikan Paijo, pelanggan warungnya yang sering berhutang, menyantap makanan dengan lahapnya. Mungkin kali ini pria itu dapat menikmati makanannya dengan tanpa beban. Keringat meleleh di keningnya.

“Jo... “ ujar Si Mbok.

“Ya, Mbok. Ada apa? Apa ini hanya guyonan,Mbok?“ Paijo melongok ke arah Si Mbok dengan bingung dan mulut yang masih terisi nasi. Namun, Si Mbok tetap tersenyum.

“Ini catatan bon kamu, ya?" tanya Si Mbok dengan wajah yang tetap menyunggingkan senyum. Ia serahkan secarik kertas berisi daftar hutang Paijo.

“Yaa, Mbok. Aku ndak ada duit sekarang,“ jawab Paijo dengan wajah memelas.

“Ya, aku tahu. Kamu memang selalu ndak ada uang akhir-akhir ini. Ya sudah, bon kamu aku hapus," jawab Si Mbok dengan senyum tulusnya.

“Hapus?" Teriak Paijo dengan bengong. “Wah , lelucon apa lagi ini, Mbok. Jangan bikin aku jantungan, Mbok. Gratis saja aku sudah bingung. Lah, sekarang bonku dihapus pula." Wajah Paijo nampak bengong dan menghentikan makannya.

“Ya, kamu ndak perlu jantungan. Terima aja. Aku senang, kok," jawab Si Mbok masih dengan senyumnya yang khas.

Hari itu sudah ada hampir 40 orang yang datang makan di warung Mbok Mijah. Mereka semua adalah supir angkot, pemulung, pedagang asongan, pengamen jalanan, dan tukang minta-minta yang biasa nongkrong di sudut jalan. Semua menikmati makanan dengan gratis. Bahkan sebagian dari mereka yang punya catatan hutang dinyatakan dihapus oleh Si Mbok.

Keceriaan jelas sekali terpancar di wajah Si Mbok.

Ya, hari itu Si Mbok sedang riang tatkala pagi buta ada salah seorang pelanggannya yang tiba-tiba saja memberinya uang sejumlah 2 juta. Orang berhati mulia tersebut merasa tergerak hatinya melihat kemuliaan Si Mbok. Si Mbok yang hidup seadanya dan hidup kesusahan masih mau membiarkan pembelinya yang rata-rata orang tidak mampu untuk menangguhkan pembayaran. Dengan kata lain, berhutang. Padahal Si Mbok tidak pernah tahu kapan mereka semua akan membayar.

Dermawan tadi memberikan sejumlah uang tersebut setelah sebelumnya menanyakan keuntungan yang diperoleh dalam sehari dan jumlah hutang para pembeli. Keuntungan Si Mbok 400 ribu sedangkan hutang para pembeli sebesar 750 ribu.

Ketika ditanyakan mengenai penggunaan dari uang pemberian tersebut, Si Mbok berujar bahwa ia hanya ingin bersedekah. Selama ini ia tidak pernah bisa bersedekah lantaran hidup dia pun masih sulit. Ia ingin memberi kesempatan semua pelanggannya makan gratis dan menghapus hutang-hutang mereka.

Masya Allah. Begitu tulus niatnya yang membuat pemuda tersebut tak sadar menitikkan air mata.

Selama ini kita begitu hebatnya menggunakan retorika bahwa kita peduli dengan si miskin. Kita marah kepada ketidakadilan. Namun, kita tidak berbuat apa-apa. Sebenarnya, kehadiran Allah tetap ada di lingkungan si miskin. Dengan kesahajaan di antara mereka dan cara mereka, mereka berbagi untuk saling peduli.

Allah senantiasa meniupkan pesan cinta ke hati siapa pun untuk saling berbagi. Masalahnya, ada yang bisa membaca pesan itu dan ada yang tidak dapat membacanya.

Si Mbok adalah contoh bahwa pesan cinta Allah dibacanya dengan baik. Walau sedikit yang dia punya, itulah yang dia bagi. Dan dia bahagia karena itu.

Memang cinta selalu menyehatkan dan menentramkan walau harus dengan memberi sesuatu dimana pada waktu yang bersamaan diri sendiri juga sangat membutuhkan.

Lantas, bagaimana dengan diri kita? Sudahkah kita bisa membaca pesan cinta tersebut?

Peta Situs   |  Email Kemenkeu   |   FAQ   |   Prasyarat   |   Hubungi Kami

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

IKUTI KAMI

 

PENGADUAN

 

 

Search