JALAN SOLO KM 8.6 NAYAN, MAGUWOHARJO, DEPOK,SLEMAN, YOGYAKARTA

KODE  POS :  55282

 

Sumbu Filosofi Yogyakarta Resmi Ditetapkan UNESCO

Sebagai Warisan Dunia

 

Oleh : Tri Angga Sigit (Analisis Perbendaharaan Negara Ahli Muda Kanwil DJPb Provinsi D.I. Yogyakarta)

 

Dalam Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia (World Heritage Committe) UNESCO PBB, Sumbu Filosofi Yogyakarta ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia dari Indonesia. Sidang penetapan tersebut berlangsung di Riyadh, Arab Saudi pada 18 September 2023 sore waktu setempat. Wakil Gubernur DIY, Sri Paduka Paku Alam X, yang hadir langsung dalam sidang tersebut mewakili Gubernur DIY. Sumbu Filosofi Yogyakarta diterima penuh tanpa sanggahan dan tercatat dalam daftar warisan dunia UNESCO dengan nama “The Cosmological Axis of Yogyakarta and its Historic Landmarks”.

Sumbu Filosofi Yogyakarta adalah konsep tata ruang Keraton Yogyakarta yang dibentuk oleh Sultan Hamengku Buwono I pada abad ke-18. Konsep tata ruang sumbu filosofi tersebut berdasarkan konsepsi Jawa dengan struktur jalan lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di selatan, Keraton Yogyakarta di tengah, dan Tugu Yogyakarta di utara. Ngayogyakarta Hadiningrat diapit oleh dua sungai besar di ring paling luar, yakni sungai Opak dan sungai Progo, serta di ring paling dalam ada sungai Code dan Winongo. Dengan setting lokasi seperti ini, Pangeran Mangkubumi menciptakan sumbu atau poros imajiner Gunung Merapi–Kraton–Laut Selatan. Gunung sebagai ketenangan tempat suci, dataran pemukiman sebagai tempat aktivitas manusia, dan laut sebagai tempat akhir dari segala sisa di bumi yang hanyut ke laut. 

Secara simbolis filosofis poros imajiner ini melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Termasuk lima anasir pembentuknya yakni api (dahana) dari Gunung Merapi, tanah (bantala) dari bumi Ngayogyakarta dan air (tirta) dari Laut Selatan, angin (maruta) dan akasa (ether). Demikian juga tiga unsur yang menjadikan kehidupan (fisik, tenaga, dan jiwa) telah tercakup di dalam filosofis sumbu imajiner tersebut.

Dikutip dari laman Dinas Kebudayaan DIY, Sri Sultan Hamengku Buwana mengubah konsep filosofi sumbu imajiner yang Hinduistis menjadi konsep filosofi Islam Jawa. Sumbu Filosofi Kraton Yogyakarta adalah letak Tugu Golong-Gilig, Kraton, dan Panggung Krapyak yang berada dalam satu garis lurus. Tugu Golong-Gilig atau tugu Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan simbol Lingga dan Yoni yang melambangkan kesuburan. Hubungan filosofi antara Tugu, Kraton, dan Panggung Krapyak dan sebaliknya bersifat Hinduistis. Kemudian oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I diubah menjadi konsep filosofi Islam Jawa “Sangkan Paraning Dumadi”. 

 



Menanggapi ditetapkannya sumbu filosofi sebagai salah satu warisan dunia dari Indonesia Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan, 18 September 2023 merupakan hari yang sangat penting bagi seluruh warga DIY. Karena 'The Cosmological Axis of Yogyakarta and It’s Historic Landmark' telah disidangkan dan ditetapkan menjadi Warisan Dunia bagi seluruh warga DIY dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Sri Sultan menyampaikan terima kasih kepada UNESCO dan seluruh lapisan masyarakat, yang telah mendukung upaya pelestarian Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia yang memiliki nilai-nilai universal yang luhur bagi peradaban manusia di masa kini dan mendatang.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY menyampaikan tujuan utama penetapan ini bukan semata untuk mendapatkan status Warisan Dunia yamg dianggap banyak negara sangat bergengsi, tetapi lebih didorong untuk melestarikan warisan budaya jati diri DIY yang amat berharga sekaligus berbagi keistimewaan DIY untuk dunia. Perjuangan mempertahankan status jauh lebih berat, karena Sumbu Filosofi tidak hanya menjadi milik DIY, Indonesia tapi juga milik dunia sehingga komitmen bersama untuk menjaga sesuai standar internasional menjadi sangat penting untuk dipahami.

Penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia ini diharapkan akan memberikan dorongan semangat bagi seluruh pemangku kepentingan, tidak hanya di Yogyakarta tetapi juga di seluruh Indonesia, untuk bersama-sama melestarikan warisan budaya dan cagar budaya yang dimiliki. Selain itu, diharapkan pula penetapan ini dapat dijadikan ajang pembelajaran serta salah satu referensi dan inspirasi bersama akan nilai-nilai universal yang diperlukan untuk menciptakan dunia yang lebih baik di masa depan. 

Dengan ditetapkannya Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia oleh UNESCO, Indonesia kini memiliki lima warisan budaya dunia yaitu Candi Borobudur (ditetapkan 1991), Candi Prambanan (ditetapkan 1991), Situs Sangiran (ditetapkan 1996), Subak Bali (ditetapkan 2012), Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (ditetapkan 2019) dan Sumbu Filosofi Yogyakarta (ditetapkan 2023).

 

Sumber: https://www.kompas.com; https://www.krjogja.com/. diolah

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

 IKUTI KAMI

 PENGADUAN

 

Search