Arina Noor Rahma
Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi dengan potensi ekonomi yang besar. Didukung oleh berbagai sektor, perekonomian di daerah ini mengalami pertumbuhan yang cenderung fluktuatif namun tetap terjaga. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sejak triwulan I 2022 hingga triwulan IV 2024, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara hampir selalu melampaui rata-rata nasional. Pada triwulan IV 2024, ekonomi provinsi ini tumbuh sebesar 5,08% (y-o-y), dengan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 189,48 triliun, sementara atas dasar harga konstan 2010 tercatat sebesar Rp 113,99 triliun. Meskipun pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara masih tergolong baik, namun jika dibandingkan dengan provinsi lain di Sulawesi, capaian tersebut relatif lebih rendah.
Perkembangan ekonomi suatu daerah tidak terlepas dari kontribusi berbagai sektor utama penggerak pertumbuhan. Sektor-sektor ekonomi memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan suatu daerah. Setiap sektor memiliki karakteristik, kontribusi, dan keterkaitan yang khas, sehingga memengaruhi dinamika perekonomian secara keseluruhan. Dalam beberapa tahun terakhir, khususnya tahun 2024, sektor pertanian secara konsisten menjadi pilar utama dalam perekonomian Sulawesi Tenggara dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDRB. Sektor lain yang turut berkontribusi besar dalam menopang ekonomi Sulawesi Tenggara yaitu pertambangan dan penggalian; perdagangan besar dan eceran, rep. mobil dan motor; dan konstruksi. Meskipun kontribusi masing-masing sektor berfluktuasi setiap tahun, keempatnya tetap berperan besar dalam pembentukan PDRB.
Untuk memahami lebih jauh peran sektor-sektor tersebut terhadap dinamika ekonomi daerah, diperlukan analisis yang lebih mendalam terhadap sektor unggulan dan potensial. Identifikasi sektor basis menjadi langkah penting dalam merumuskan strategi pembangunan ekonomi yang lebih terarah dan berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan pendekatan analitis berbasis data guna mengukur tingkat spesialisasi dan prospek pertumbuhan sektor-sektor tertentu. Analisis dilakukan melalui pendekatan sektor basis dengan metode analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) dengan data pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara dan Indonesia tahun 2021 hingga 2024.
Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengidentifikasi tingkat spesialisasi sektor ekonomi di suatu wilayah dengan melihat sektor yang memiliki peran dominan dibandingkan tingkat nasional. Metode ini menghitung perbandingan kontribusi suatu sektor di tingkat daerah dengan kontribusinya secara nasional untuk menentukan sektor yang menjadi kekuatan utama wilayah tersebut. Sektor unggulan dalam hal ini adalah sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan dapat terus dikembangkan tanpa mengalami degradasi akibat eksploitasi berlebihan. Dengan menggunakan LQ, pemerintah daerah dapat mengidentifikasi sektor-sektor yang berpotensi menjadi motor penggerak ekonomi lokal serta merancang strategi pengembangan yang lebih efektif.
Location Quotient (LQ) =
Keterangan :
Si = nilai pdrb sektoral provinsi
Ni = nilai total pdrb sektoral provinsi
S = nilai pdrb sektoral nasional
N = nilai pdrb sektoral provinsi
Terdapat tiga kategori hasil perhitungan LQ dalam perekonomian daerah, yaitu:
- Jika LQ > 1, maka sektor i di suatu wilayah dikategorikan sebagai sektor basis, yang berarti sektor tersebut memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan wilayah lain. Sektor ini mampu menghasilkan output yang tidak hanya mencukupi kebutuhan ekonomi di wilayah tersebut, tetapi juga dapat diekspor atau didistribusikan ke wilayah lain.
- Jika LQ = 1, maka sektor i termasuk dalam sektor non-basis, yang berarti sektor tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan internal wilayah tersebut tanpa adanya surplus yang bisa disalurkan ke luar. Dengan kata lain, sektor ini berkembang dalam skala yang cukup untuk melayani permintaan domestik, tetapi tidak memiliki keunggulan komparatif yang signifikan untuk menopang perekonomian di luar wilayahnya.
- Jika LQ < 1, maka sektor i dikategorikan sebagai sektor non-basis yang kurang berkembang dan tidak memiliki keunggulan komparatif. Sektor ini tidak mampu mencukupi kebutuhan di wilayah tersebut sehingga bergantung pada pasokan dari luar. Ketergantungan ini menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki keterbatasan dalam hal produksi dan kontribusinya terhadap perekonomian daerah relatif kecil.
Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)
Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) merupakan bentuk pengembangan dari metode Location Quotient (LQ) yang lebih bersifat dinamis. Menurut Suyatno (2000), metode DLQ dirancang untuk mengatasi keterbatasan LQ yang hanya memberikan gambaran statis terhadap keunggulan suatu sektor pada satu periode waktu tertentu. Dengan menerapkan perhitungan DLQ, analisis terhadap sektor ekonomi menjadi lebih komprehensif karena memungkinkan identifikasi perubahan atau pergeseran struktural dalam suatu sektor ekonomi dari waktu ke waktu. Metode ini memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai potensi pertumbuhan sektor tertentu di masa depan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan ekonomi yang lebih strategis dan berkelanjutan.
Dynamic Location Quotient (DLQ) =
Keterangan :
gip = rata-rata pertumbuhan PDRB sektor i wilayah kabupaten/kota
gp = rata-rata pertumbuhan total PDRB di wilayah kabupaten/kota
gtn = rata-rata pertumbuhan ekonomi PDRB sektor i tingkat provinsi
gn = rata-rata pertumbuhan total PDRB tingkat provinsi
t = waktu (tahun)
Terdapat tiga kategori hasil perhitungan DLQ dalam perekonomian daerah, yaitu:
- Jika DLQ > 1, maka sektor i di provinsi memiliki potensi pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di tingkat nasional. Hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di masa depan dan dapat menjadi sektor unggulan dalam perekonomian daerah.
- Jika DLQ = 1, maka laju pertumbuhan sektor i di tingkat provinsi sejalan dengan pertumbuhan sektor yang sama di tingkat nasional. Ini mengindikasikan bahwa sektor tersebut berkembang dengan kecepatan yang relatif sama, sehingga kontribusinya terhadap perekonomian daerah stabil dan tidak mengalami pergeseran signifikan.
- Jika DLQ < 1, maka sektor i di provinsi mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di tingkat nasional. Hal ini menandakan bahwa sektor tersebut kurang kompetitif dan memiliki keterbatasan dalam pengembangannya. Jika kondisi ini berlanjut, maka sektor tersebut berisiko mengalami stagnasi atau penurunan kontribusi terhadap perekonomian daerah.
Berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ) yang dilakukan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dari tahun 2021 hingga 2024, dapat disimpulkan bahwa sektor-sektor yang tergolong sebagai sektor basis di Sulawesi Tenggara (LQ > 1) meliputi sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (1,94); Pertambangan dan Penggalian (2,54); Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang (1,96); Konstruksi (1,28); Perdagangan Besar dan Eceran, Rep. Mobil dan Motor (1,01); Transportasi dan Pergudangan (1,01); Adm. Pemerintahan, Pertanahan, dan Jaminan Sosial Wajib (1,60); dan Jasa Pendidikan (1,67). Sektor-sektor ini memiliki peran dominan dalam perekonomian Sulawesi Tenggara dibandingkan dengan skala nasional, sehingga menjadi tulang punggung utama dalam struktur ekonomi daerah.
Sementara itu, berdasarkan hasil perhitungan Dynamic Location Quotient (DLQ) dari data yang sama, ditemukan bahwa beberapa sektor memiliki potensi pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan skala nasional (DLQ > 1). Sektor-sektor tersebut antara lain sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (13,26), Industri Pengolahan (16,85); Perdagangan Besar dan Eceran, Rep. Mobil dan Motor (1,05); Real Estate (1,56); Adm. Pemerintahan, Pertanahan, dan Jaminan Sosial Wajib (5,15); dan Jasa Pendidikan (5,25). Sektor-sektor dengan DLQ > 1 menunjukkan prospek pertumbuhan yang lebih pesat dibandingkan dengan tren nasional, sehingga memiliki peluang besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Khususnya sektor Industri Pengolahan, yang memiliki DLQ tertinggi (16,85), mengindikasikan bahwa sektor ini sedang mengalami pertumbuhan signifikan dan berpotensi menjadi sektor unggulan baru bagi perekonomian Sulawesi Tenggara dalam beberapa tahun ke depan.
Analisis Sektor Unggulan
Dalam analisis Location Quotient (LQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ), sektor-sektor ekonomi dapat dikategorikan ke dalam empat tipe komoditas berdasarkan tingkat keunggulan dan potensi pertumbuhannya. Klasifikasi ini penting untuk memahami posisi relatif setiap sektor dalam perekonomian Sulawesi Tenggara dibandingkan dengan skala nasional serta untuk menentukan strategi pengembangan yang tepat. Klasifikasi penentuan tipe komoditas yaitu jika:
- DLQ > 1 tetapi LQ > 1: Sektor unggulan
- DLQ < 1 tetapi LQ > 1: Sektor prospektif
- DLQ > 1 tetapi LQ < 1: Sektor andalan
- DLQ < 1 tetapi LQ < 1: Sektor tertinggal
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat beberapa sektor utama yang menjadi komoditas unggulan dalam perekonomian daerah. Sektor-sektor yang menunjukkan performa terbaik meliputi pertanian, kehutanan, dan perikanan; perdagangan besar dan eceran termasuk reparasi mobil serta sepeda motor; administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib; serta jasa pendidikan. Keempat sektor ini memiliki kontribusi yang signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan perlu terus dijaga serta diperkuat agar tetap memberikan manfaat optimal. Pemerintah serta pemangku kepentingan lainnya harus memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan dapat mendukung daya saing sektor-sektor ini sehingga tetap menjadi pilar utama perekonomian daerah.
Selain sektor unggulan, terdapat pula sektor yang dianggap prospektif, yaitu pertambangan dan penggalian; pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang; konstruksi; serta transportasi dan pergudangan. Sektor-sektor ini memiliki potensi yang menjanjikan, namun diperlukan langkah-langkah strategis untuk memastikan pertumbuhannya tetap stabil dan berkelanjutan. Upaya inovasi, modernisasi, serta peningkatan efisiensi sangat diperlukan agar sektor-sektor ini dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi lebih besar terhadap perekonomian daerah.
Selanjutnya, sektor yang dikategorikan sebagai komoditas andalan mencakup industri pengolahan serta real estate. Kedua sektor ini memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak ekonomi di masa depan. Namun, agar potensi tersebut dapat terealisasi secara maksimal, diperlukan dukungan kebijakan yang tepat serta peningkatan investasi guna mempercepat pertumbuhan dan pengembangannya. Dengan dukungan yang optimal, sektor industri pengolahan dan real estate dapat menjadi tulang punggung perekonomian daerah yang lebih tangguh dan berdaya saing tinggi.
#DJPbHAnDAL
#DINaNTI
#WBBM