Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, sebagai orang tua murid kami mendapat undangan kegiatan parenting SMP An Nahl Islamic School, tempat dimana ananda sekolah. Tidak seperti biasanya, acara yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 November 2023 ini mengambil tema yang sangat menarik yaitu “asyiknya menjadi orang tua Generasi Z” dengan narasumber Febriya Fajri, CHT MNLP yang biasa disapa dengan Kang Febri, beliau adalah Master Trainer Auto Sugesti Power dan penulis buku Motivadrenalin.
Untuk menarik keikutsertaan dan partisipasi para orang tua murid yang selama ini jarang datang (termasuk saya dan isteri), selain kegiatan parenting juga diselenggarakan bazar ibu-ibu koordinator kelas yang menyediakan aneka makanan dan minuman. Dan ternyata ide panitia penyelenggara kali ini bisa dikatakan sukses, orang tua murid yang datang sangat banyak, tidak seperti biasanya kegiatan parenting kali ini dilaksanakan dengan duduk lesehan karena bangku yang disediakan panitia tidak mencukupi, luar biasa.
Dengan penyampaian yang begitu menarik dan tidak membosankan, Kang Febri memaparkan bagaimana asyiknya menjadi orang tua di zaman now, zaman yang serba moderen ini. Beberapa keluhan yang disampaikan para orang tua murid seperti misalnya :
“ Anak saya senangnya main game online”
“ Anak saya senangnya chattingan dengan temannya di medsos sampe malam”
“ Anak saya mager (males gerak) banget”
“Anak saya susah fokus kalau belajar”
“Anak saya jadi kurang peduli dengan orang-orang di sekitar, bahkan enggan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya”
Dan sederet keluhan lainnya dari beberapa orang tua yang mayoritas mengatakan bahwa anaknya menjadi tidak tangguh, alay, manja, dan tidak mandiri. Padahal menjadi orangtua generasi Z ini sangat mengasyikkan, mereka kritis, mudah bergaul, melek IT (Information Technology), kreatif, dan inovatif.
Lalu, apakah yang salah dengan mereka? Mengapa keluhan orang tua malah kebalikannya? Ataukah cara mendidik kita yang sebenarnya salah?
Menurut Kang Febri, ada beberapa hal yang menyebabkan anak anak kita berbuat seperti itu, misalnya cara kita mendidik yang kurang tepat, lebih mengedepankan emosi daripada logika, kurangnya waktu bersama keluarga, kurangnya kesadaran orang tua untuk membuat anak menjadi tangguh, sudah merasa cukup memberi perhatian dengan materi, menuruti semua permintaan, dan lain lain. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh para orang tua yang keduanya bekerja diluar rumah (office hours) dengan dalih sebagai kompensasi akibat tidak bisa selalu bersama.
Lalu mengapa anak-anak kita sekarang banyak yang alay? laki-laki yang keperempuan-perempuanan, atau sebaliknya perempuan yang kelelaki-lakian hingga pada akhirnya yang paling ditakutkan adalah adanya perilaku yang menyimpang, timbulnya rasa suka sesame jenis dan menjadikan teman sejenisnya sebagai pelampiasan kasih sayang, naudzu billaahi min dzaalik…
Hal tersebut terjadi salah satunya adalah ketika figur ayah sebagai seorang yang visioner hilang dalam keluarga, atau figur seorang ibu yang seharusnya menjadi manajer bagi ayah juga musnah, kalah menarik dengan godaan gadget yang menyajikan dunia sosialita.
Akibatnya anak-anak tidak mempunyai tauladan yang harus diikuti, bingung mencari figur yang tepat, sehingga pada akhirnya meniru figur diluar rumah tanpa ada bimbingan dari kedua orang tuanya, padahal seorang anak adalah peniru yang ulung. Betapa banyak anak yang tidak bisa dekat dengan orang tuanya, tidak punya kesempatan untuk curhat, jalan bersama, anak tidak merasa nyaman dengan orang tuanya, bahkan lebih merasa nyaman dengan orang lain.
Saat ini hampir semua orang tidak bisa lepas dari gadget dalam aktivitas kesehariannya, baik itu untuk bermain games, membuka sosial media, atau sekedar untuk berselancar di dunia maya. Banyak orang tidak menyadari akan adanya dampak buruk dari terlalu lama dan sering bermain smartphone, diantaranya:
- Membuat kita menjadi anti sosial, terlalu lama bermain gadget dapat membuat kita menjadi anti sosial. Hal ini terbukti ketika kita sedang asik dengan smartphone milik kita, membuat kita jadi tidak lagi memperdulikan orang lain disekitar kita. Namun sayangnya hampir semua pengguna gadget, melakukan hal yang sama saat sedang asik menggunakan gadget mereka. Tentu saja hal ini dapat membuat hilangnya rasa sosial kita di dunia nyata, dan lebih perduli dengan dunia maya yang ada di dalam smartphone
- Menyebabkan kita lupa dengan waktu, bila sudah asik main smartphone pastinya kita jadi lupa waktu, terutama bagi anak-anak ketika kita sedang bermain game online. Karena biasanya game online dimainkan bersamaan dengan pengguna lain di internet, sehingga tidak mungkin untuk meniggalkan permainannya secara tiba-tiba. Hal ini tentu saja menjadi dampak buruk bagi kita sebagai pengguna ponsel, karena bisa saja pekerjaan kita jadi terbengkalai karena asik main game online pada smartphone.
- Kesehatan mata menurun, terlalu banyak dan terlalu lama bermain gadget, juga dapat memberikan dampak negatif terhadap mata kita. Karena radiasi yang dihasilkan layar smartphone, bisa menyebabkan kesehatan mata kita menurun. Terlebih lagi bila kita memainkan smartphone dalam posisi berbaring, secara perlahan dapat menyebabkan penurunan fungsi mata. Jadi untuk menjaga kesehatan mata, lebih baik kita membatasi penggunaan smartphone.
- Mengganggu syaraf otak, seperti yang kita ketahui bersama, bahwa radiasi ponsel cukup berbahaya bagi tubuh manusia. Karena gelombang elektromagnetik yang dihasilkannya, dapat memicu terjadinya kerusakan pada syaraf otak manusia. Radiasi yang lebih kuat akan dihasilkan hand phone, saat kita menggunakannya untuk menelpon. Untuk menjaga kesehatan syaraf kita, ada baiknnya tidak terlalu lama menggunakan hand phone, terutama untuk menelpon.
Wahai ayah bunda, pendidikan anak adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua, mencarikan guru yang baik, sekolah yang baik, adalah salah satu implementasi tanggung jawab itu. Bagaimana mungkin kita bisa membiarkan mereka di didik dengan gadget? Bagaimana mereka dapat membedakan yang baik dengan yang buruk tanpa arahan kita orang tuanya?
Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam. bersabda:
”Apabila anak Adam itu meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya.” (HR Muslim). Dan ketiga hal tersebut dapat diraih orang tua dengan keteladanan dan didikan aqidah serta ibadah dan akhlaq yang kuat.
Para ayah dan bunda yang hadir sangat antusias dengan pemaparan Kang Febri dan sebagai penghargaan bagi ayah bunda yang datang paling awal serta menjawab pertanyaan dari narasumber, panitia menyediakan kenang-kenangan berupa buku pendidikan karakter yang berisi sejarah Rasulullah, seni interaksi Rasulullah, dan biografi para pemimpin islam seperti Umar bin Abdul Aziz dan Muhammad Al-Fatih. Dan alhamdulillah kami (saya & isteri) termasuk yang mendapatkan kenang-kenangan berupa buku sejarah Rosulullah SAW karena berhasil menjawab pertanyaan narasumber.
Yuk kita didik anak anak kita dengan cara yang asyik…
Ditulis oleh: Evan Himawan