Jl.Kopral Sayom No. 26 Klaten

Berita

Seputar Kanwil DJPb

”Sebaik-baik bekal adalah TAQWA”

       KPPN Klaten Kembali mengadakan kegiatan Pembinaan Mental. Kegiatan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 26 September 2023 pukul 15.00 s.d. 16.00 WIB di Mushola Sholahuddin KPPN Klaten. Kegitan pembinaan mental bertema “Sebaik baik bekal adalah Taqwa” bertujuan menguatkan mental dan spiritual untuk selanjutnya dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas sehari – hari yang disampaikan oleh Ustadz Nanang Usman Salim. Kegiatan diikuti oleh para pejabat/pegawai KPPN Klaten dan pegawai PPNPN dan Mahasiswa Magang secara offline.

       Kegiatan Pembinaan Mental dibuka oleh Ustadz Nanang Usman Salim sebagai Pembawa Acara Sekaligus sebagai Pengisi Materi Pembinaan Mental. Muqoddimah Ceramah dimulai dari Memberi salam kepada Jamaah , Puji syukur kepada Allah swt dan sholawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.

      Ustadz Nanang Usman Salim mengajak kita semua bersyukur kepada Allah swt, bahwasannya kita dapat berkumpul Bersama dalam majlis ilmu yang sebelumnya juga kita telah melaksanakan sholat Ashar berjamaah, dimana nikmat ini tidak diberikan kepada semua orang, hanya orang yangh dipilih Allah swt saja.

       Sholat berjamaah sangat besar pahalanya, selain berpahala dua puluh tujuh derajat, setiap Langkah kaki kita menuju sholat berjamaah akan menghapus dosa kita, mendapat pahala dan diangkat derajatnya, apalagi mendapatkan shoff pertama, dimana dulu sahabat saling berebut untuk mendapatkan shof pertama sholat berjamaah.

      Selain itu kita bersyukur karena telah dikaruniai dien Islam, tidak ada dien yang diridhoi Allh swt kecuali Islam sebagaimana Firman Allah swt dalam surat ali Imron ayat 19 : إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ yang artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw, Nabi dan Rasul akhir zaman, suri tauladan kita semua. Nabi yang kita rindukan dengan mengamalakan ajarannya dan sunnahnya sehingga kita berjumpa dengan beliau dan mendaptkan syafaatnya di yamil hisab nanti.

       Ceramah diberikan Judul “ sebaik baik bekal adalah taqwa” sebagaimana Firman Allah swt : وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ, artinya “Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.”

       Definisi Takwa menurut Umar bin Khotob. Seperti percakapan indah dua sahabat Umar bin Khattab RA dan Ubay bin Ka'ab ini. Umar yang meriwayatkan atsar ini bertanya kepada Ubay, "Wahai Ubay, apa makna takwa?" Ubay yang ditanya justru balik bertanya. "Wahai Umar, pernahkah engkau berjalan melewati jalan yang penuh duri?" Umar menjawab, "Tentu saja pernah." "Apa yang engkau lakukan saat itu, wahai Umar?" lanjut Ubay bertanya. "Tentu saja aku akan berjalan hati-hati," jawab Umar. Ubay lantas berkata, "Itulah hakikat takwa." Percakapan yang sarat akan ilmu. Bukan hanya bagi Umar dan Ubay, melainkan juga bagi kita yang mengaku manusia bertakwa ini. Menjadi orang bertakwa hakikatnya menjadi orang yang amat berhati-hati. Ia tidak ingin kakinya menginjak duri-duri larangan Allah SWT.

       Keutaamaan sifat Takwa disebutkan dalam banyak ayat al Quran diantarannya surat alHujurat ayat 13, Firman Allah swt : إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ yang artinya : “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu”.

       Pesan Takwa merupakan rukun khutbah yang wajib disampaikan khotib, diantara ayat yang memerintahkan kita bertakwa adalah Surat  Ali Imron ayat 101, Firman Allah swt : يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ, yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

       Demikian juga dalam perintah puasa, dimana dilaksanakan dibulan Ramadhan dengan anjuran berbagai ibadah dilakukan, yang tujuaannya adalah agar akita menjadi orang yang bertakwa, Surat Al Baqoroh 183 menyebutkan Firman Allah swt : يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

       Bagi orang orang yang bertakwa maka disediakan surga seluas langit dan bumi, maka bersegeralah meraihnya sebagaimana yang diperintahkan Allah swt dalam Ali Imron ayat 133 : وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ yang artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

       Ayat selanjutnya menyebutkan dari ciri ciri orang bertakwa, Firman Allah swt Surat Ali Imron 134 : ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ yang artinya (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

 

Bersedekah diwaktu lapang maupun sempit

 

       Ciri orang bertakwa yang pertama adalah bersedekah baik diwaktu lapang maupun sempit. Ustadz mencertikan kisa seorang Imam dan Ulama terkenal Madinah yaitu Imam Ali bin Zainal abidin yang bersedekah sembunyi sembunyi tiap malam.

      Di tengah malam yang gelap gulita, pada saat cahaya dari dalam rumah sudah padam, jalan mulai sepi, seorang hamba Allah berjalan dalam keheningan malam. Kedua matanya tanpa henti memperhatikan setiap rumah yang dilaluinya. Ia tak peduli, walau kakinya tersandung saat menahan berat  beban yang ia panggul.

       Sesekali, ia berhenti untuk sekadar menyimpan sebagian barang bawaannya di depan pintu rumah orang-orang  miskin.  Peristiwa ini berlangsung setiap malam selama bertahun-tahun.

      Penduduk Madinah pun gempar, pasalnya saat pagi tiba, di depan rumah orang-orang miskin, selalu terdapat sekarung gandum. Hal ini terus terulang selama beberapa lama. Ketika persediaan gandum mereka sudah hampir habis maka akan ditemukan lagi sekarung gandum yang baru.

     Yang membuat mereka heran adalah tidak seorang pun yang bisa mengetahui siapakah gerangan dermawan yang senantiasa mendatangi rumah mereka dan membagikan gandum. Rupanya sang dermawan sangat pintar menyembunyikan kedermawanannya. Dari sekian banyak penduduk, hanya seorang warga yang pernah mengetahui jati dirinya. Namun, atas permintaan sang dermawan, warga inipun merahasiakannya dengan hati-hati.

      Sampai suatu ketika, ada seorang imam dan ulama terkemuka wafat. Warga heran, saat mereka akan memandikan sang imam. Sebab, mereka menemukan sejumlah bekas berwarna hitam di punggungnya. Setelah diselidiki, tanda hitam itu seperti bekas orang yang sering mengangkat beban di punggungnya. Ulama dan imam itu adalah Ali bin Zainal Abidin.

       Tak ingin berpolemik terlalu lama, akhirnya orang yang mengetahui sosok dan jati diri sang dermawan itu membuka rahasia. “Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan oleh Imam Ali bin Zainal Abidin ke rumah-rumah warga di Madinah pada malam hari,” tuturnya membuka cerita yang dipendamnya selama bertahun-tahun.

      Mengetahui hal itu, rasa haru dan kesedihan menyelimuti warga Madinah. Selama bertahun-tahun, sang dermawan yang merahasiakan jati dirinya, kini telah terungkap setelah wafatnya. Mereka bersedih, bukan karena tidak akan mendapatkan lagi gandum untuk keluarga mereka, melainkan telah ditinggal pergi untuk menghadap Ilahi oleh sang ulama dan imam yang begitu peduli terhadap warganya.

      Sang ulama tak peduli dengan suasana dan gelapnya malam. Ia senantiasa memberikan sedekah untuk para fakir miskin. Ia juga tak peduli dengan segala pujian. Sebaliknya, ia menyembunyikan kedermawanannya agar terhindar dari sikap takabur, ujub, dan pamer (riya). Sebab, hal-hal yang demikian itu dapat merusak nilai-nilai keikhlasan dan ketulusan. Semua dilakukannya karena Allah SWT.

      Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah secara sembunyi-sembunyi dapat memadamkan murka Allah.” (HR Baihaqi). “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir 100 biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Baqarah: 261).

       Sedekah yang diberikan ketika sehat lebih utama daripada sedekah yang diberikan ketika sedang sakit atau dalam bentuk wasiat setelah meninggal dunia. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, diceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang menemui Nabi Muhammad SAW, lalu dia bertanya, "Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang pahalanya paling besar? "Nabi SAW menjawab:"Engkau bersedekah dalam keadaan sehat, sangat menyayangi harta, takut miskin, dan mengharapkan kekayaan. Janganlah engkau menunda-nunda (sedekah). Ketika ruh (nyawa) sampai di tenggorokan (hampir meninggal, barulah) engkau berwasiat: untuk si anu sekian, untuk si anu sekian. Padahal waktu itu kekayaan sudah menjadi hak ahli waris." (HR.Bukhori dan Muslim)

Menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang

 

       Ciri orang bertakwa yang kedua diantaranya yaitu orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Dalam hadits Rasulullah saw juga memberi nasehat kepada seorang sahabat agar tidak mudah marah, bahkan dinasehatkan sampai dengantiga kali.

       Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu alahi wa salam: "Berilah aku wasiat?" baginda bersabda: "Janganlah kamu marah." Laki-laki itu mengulangi pertanyaannya, baginda tetap menjawab: "Janganlah kamu marah." (HR Bukhari No: 5651)

       Bagi orang yang bisa menahan amarah maka baginya surga sebagaimana sabda Rasulullah saw :Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga. (HR Ibnu Hibban). "Jangan kamu marah, maka bagimu Surga (akan masuk Surga)." (HR Ath-Thabrani)

       Jika kita marah, maka ada Langkah Langkah untuk menahan amarah yaitu membaca taawudz sebagaimana sabda Rasulullah saw : "Sesungguhnya aku tahu satu perkataan apabila dibaca tentu akan menghilangkan rasa marahnya, jika ia ingin membacanya, 'A'udzubillahi minas-syaithani' (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan), niscaya kemarahan yang dialaminya hilang.'" (HR Bukhari)

       Langkah berikutnya yaitu diam, sebagaimana sabda Rasulullah saw : "Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah." (HR Ahmad)

       Selanjutnya, Rasulullah SAW menyarankan bagi seorang yang sedang marah untuk mengambil wudhu, karena emosi itu akan padam karena terkena air. Dari Athiyyah as-Sa'di RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu." (HR Abu Dawud).

       Terakhir, orang yang merasa marah dapat segera mengubah posisi badan. Dengan kata lain, Bila seseorang marah saat berdiri maka duduk menjadi posisi paling pas untuk meredakannya. Namun bila duduk tidak mempan juga maka disarankan untuk berbaring. Dari Abu Dzarr RA, Nabi SAW bersabda, "Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah." (HR Abu Dawud)

      Dalam Islam, marah adalah perbuatan yang dilarang karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin berpendapat, kondisi seseorang yang marah merupakan pintu bagi setan untuk memasuki hati seseorang dan menguasainya.
"Saat setan telah menguasai hati kita melalui pintu amarah, segalanya akan berubah menjadi kacau dan kita kehilangan fungsi pengendalian diri, sepenuhnya dikuasai atas kehendak setan,"

       Peristiwa peristiwa sebagaimana kita dengar hari ini, semisal pembunuhan adalah akibat marah dan dendam yang tak terkendali. Untuk itu kita hindari sifat marah sehingga kita tak terjerumus dalam perangkap syaithan.

 

Senantiasa berbuat kebaikan walaupun kecil

 

       Orang yang bertakwa adalah orang yang senatiasa berbuat kebaikan sebagai Firman Allah swt : Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. (Q.S Adz Dzariyaat: 15-16).

       Diantara amal kebaikan adalah mengikuti sunnah Rasulullah saw walaupun terdengar remeh dan kecil semisal mengikuti Rasulullah bagaimana adab makan dan minum.

     Makan dan minum dianjurkan dengan duduk dan dilarang sambal berdiri sebagaimana Diriwayatkan dalam hadits Imam Muslim nomor 2024 dari Anas radhiyallahu'anhu ia berkata,"Dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri." Kemudian Qotadah berkata bahwa mereka kala itu bertanya kepada Anas, 'Bagaimana dengan makan (sambil berdiri)?' Lalu Anas menjawab, 'Itu lebih parah dan lebih jelek'"

       Makan dan minum dimulai dengan basmallah,  Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah Radhiyallahu'anha:
"Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia mengucapkan Bismillah (menyebut nama Allah Ta'ala). Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah di awal, hendaknya ia mengucapkan: "Bismillahi awwalahu wa aakhirotu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)". (HR. Tirmidzi).

      Makan dan minum dengan tangan kanan, dilarang menggunakan tangan kiri, karena ini perbuatan syaithan. Dari Umar bin Abi Salamah, ia berkata, "Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallhu'alaihi wa sallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah Saw bersabda,"Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah (bacalah "Bismillah"), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada dihadapanmu." Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu, (HR. Bukhari, dalam kitab Al-Ath'imah Bab At-Tasmiyyah 'ala Ath-Tha'am wa Al-Akhlu bi Al-Yamin).

      Diantara kebaikan yang dianjurkan adalah membuang duri dijalan, atau menyingkirkan halangan yang ada di jalan. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari, Kitabul Adzan, Bab Keutamaan Berangkat ke Dzuhur di Awal Waktu. Yaitu hadis yang berasal dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Saw pernah bersabda, “Ketika seorang laki-laki berjalan di satu jalan, dia melihat ranting berduri di jalan, lalu dia menyingkirkannya. Maka Allah bersyukur kepadanya dan mengampuninya.” Dalam riwayat yang lain, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Seorang laki-laki melewati sebuah cabang pohon di badan jalan. Dia berkata, ‘Demi Allah, aku akan menyingkirkan ini dari kaum muslimin agar tidak mengganggu mereka.’ Maka dia dimasukkan Surga.

 

Qiyamullail sebagai ciri orang sholeh

 

       Diantara ciri ciri orang bertakwa /orang sholeh adalah selalu melaksanakan sholat malam atau qiyamullail sebagaimana Firman Allah swt : “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan mata air, mereka mengambil apa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat baik; mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam; dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). (QS. Adz Dzariyat: 15-18)

       Sholat malam dan Qiyamullail adalah waktu bagi seorang hamba yang terbaik paling dekat dengan Allah swt untuk memohon segala kebaikan dunia dan akhirat. Dari Jabir bin ‘Abdillah Ra ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya di malam hari terdapat waktu tertentu, yang bila seorang muslim memohon kepada Allah dari kebaikan dunia dan akhirat pada waktu itu, maka Allah pasti akan memberikan kepadanya, dan hal tersebut ada di setiap malam,” (HR. Muslim)

      Selain Qiyamullai, maka bagi kita juga agar menjaga sholat berjamaah. Sholat berjamaah sangat besar pahalanya, selain berpahala dua puluh tujuh derajat, setiap Langkah kaki kita menuju sholat berjamaah akan menghapus dosa kita, mendapat pahala dan diangkat derajatnya, apalagi mendapatkan shoff pertama, dimana dulu sahabat saling berebut untuk mendapatkan shof pertama sholat berjamaah.

 

Mencari Sahabat yang sholeh

 

      Imam Hasan al Bari memberikan nasehat :”Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat.” (Ma’alimut Tanzil 4/268)

       Bersahabat dengan orang sholeh banyak keuntungannya, diantaranya akan memberi syafaat di akhirat nanti. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang syafaat antara sahabat di hari kiamat, “Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka. Para mukminin inipun MENGELUARKAN BANYAK SAUDARANYA yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya. Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.” Allah berfirman, ”Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar.” Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, ”Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientas…” (HR. Muslim no. 183).

      Kita dianjurkan memilih teman dan sahabat yang baik dan menghindari dari yang jahat karena bagaimanapun akan berpengaruh terhadap diri kita sebagaimana Dalam sebuah hadis, Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan, “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

       Ceramah diakhiri dengan Doa yang dipimpin Ustadz Nanang Usman Salim. Beberapa Kesimpulan dan Ringkasan dari Bintal ini diantaranya :

  1. Definisi Takwa : Berhati hati dalam beramal, memperhatikan dan menghindari larangan Allah swt sebagainan menghindari duri di jalan yang penuh duri.
  2. Fadhilah Takwa disediakan surga seluas langit dan Bumi. Bagi orang orang yang bertakwa maka disediakan surga seluas langit dan bumi, maka bersegeralah meraihnya sebagaimana yang diperintahkan Allah swt dalam Ali Imron ayat 133 : وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ yang artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
  3. Ciri ciri orang yang bertakwa diantaranya : Bersedekah diwaktu lapang maupun sempit, Menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Senantiasa berbuat kebaikan walaupun kecil, Qiyamullail sebagai ciri orang sholeh, dan Mencari Sahabat yang sholeh.

 

Penulis : Sumadi

Peta Situs   |  Email Kemenkeu   |   FAQ   |   Prasyarat   |   Hubungi Kami

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Klaten
Jalan Kopral Sayom No 26 klaten 57435
Call Center: 14090
Tel: 0272-3320445 Fax: 0272-3320443

 

 IKUTI KAMI

 

PENGADUAN

 

Search