Jl.Kopral Sayom No. 26 Klaten

Berita

Seputar Kanwil DJPb

KEGIATAN PEMBINAAN MENTAL : ”Tarhib Ramadhan ”

KPPN Klaten mengadakan Kegitan pembinaan mental bertema ”Tarhib Ramadhan ”. Kegiatan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 6 Maret 2024 pukul 08.00 s.d. 09.00 di Ruang Relaksasi KPPN Klaten . Kegiatan bertujuan menyambut bulan suci Ramadhan dan persiapan ibadah puasa dengan penuh suka cita. Kegiatan diikuti oleh para pejabat/pegawai KPPN Klaten dan pegawai PPNPN dan Mahasiswa Magang secara offline.

Kegiatan Pembinaan Mental dibuka oleh Saudari Puput sebagai Pembawa Acara. Dilanjutkan pembacaan Alquran oleh Ustadzah Ati Shofiyani, S.PD.I membawakan surat Al Baqarah ayat 183-185. Dilanjutkan sambutan oleh Bapak Dani Mei Nugroho Kasubbag Umum KPPN Klaten sebagai Ketua Bais KPPN Klaten. 

Sambutan oleh Kasubbag Umum KPPN Klaten sebagai Ketua Bais KPPN Klaten Bapak Dani Mei Nugroho. Kajian kali ini adalah menyambut Ramadhan-Tarhib Ramadhan. Persiapannya yaitu persiapan niat, mental dan ilmu. Untuk itulah diadakan acara ini. Semua peserta diharapkan dapat menyimak dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat menyambut Ramadhan dan berpuasa dengan sebaik baiknya.

Acara Inti yaitu Kajian ”Tarhib Ramadhan ” disampaikan oleh ustadz Suhari Abu Fatih. beliau adalah Pengasuh PPM Alfatih Klaten yang sudah dikenal beralamat di Belangwetan, Kec. Klaten Utara, Kabupaten Klaten.  Beliau memulai dengan Puji Syukur atas nikmat Iman dan Islam. Atas Nikmat pekerjaan yang halal. Atas Nikmat lingkungan yang baik. Dan atas nikmat waktu yang berkualitas. Tak Lupa sholawat dan salam disampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.

Beliau Menyampaikan tanda lingkungan yang baik memfasilitasi tumbuh kembang spiritualitas. Lingkungan yang baik dapat memberikan fasilitas dan dukungan untuk kegiatan spiritual, seperti tempat ibadah, ruang meditasi, atau perpustakaan spiritual. Membuat waktu untuk beraktivitas spiritual, seperti mengaji, menunjukkan prioritas terhadap nilai-nilai keagamaan. Dalam kehidupan yang sibuk, meluangkan waktu secara khusus untuk aktivitas spiritual adalah bentuk komitmen yang kuat. Mengaji tidak harus menunggu waktu luang tetapi meluangkan waktu.

Dimensi rohani atau kehidupan spiritualitas memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk jati diri manusia. Puasa adalah kegiatan rohani, memberi makanan terhadap rohani, Kebalikan dari fisik adalah rohani. Lawan dari fisik adalah rohani. Sholat subuh dan dzikir pagi adalah sarapan (gizi) rohani. Aktivitas rohani tidak disukai oleh jasmani.

Menjalani puasa bisa menjadi tantangan karena melibatkan dimensi rohani atau spiritual yang mungkin menuntut keterlibatan pikiran dan jiwa. Beberapa orang merasa bahwa puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga merupakan peluang untuk meningkatkan kesadaran spiritual.

Tilawah (membaca atau melantunkan Al-Qur'an) satu juz tanpa gangguan dapat dianggap sebagai aktivitas yang mencerminkan kekhusukan spiritual dan konsentrasi batin. Bagi banyak orang yang beriman, membaca Al-Qur'an dengan penuh khusyuk dapat memberikan ketenangan pikiran dan mendalamkan hubungan dengan dimensi rohani.

Jika hati sehat, seseorang tidak akan puas hanya dengan Al-Qur'an, mencerminkan pemahaman akan kehausan spiritual yang tak terpuaskan. Ini dorongan untuk terus meningkatkan kualitas hubungan dengan Allah dan memperdalam pemahaman terhadap ajaran-Nya. Contohnya, melakukan tilawah bersama-sama setelah tarawih menunjukkan pentingnya kebersamaan dalam aktivitas ibadah. Praktik ini dapat memperkuat ikatan sosial dan spiritual di antara komunitas, menciptakan atmosfer yang mendukung pertumbuhan spiritual bersama.

Setan dikatakan senang memisahkan individu dari kelompok atau komunitas. Dalam isolasi, seseorang mungkin lebih rentan terhadap godaan dan tipu daya yang diajukan oleh setan. Kesendirian dapat menciptakan situasi di mana setan dapat lebih mudah memanipulasi pikiran dan perasaan seseorang. Dalam konteks ini, kerja setan dapat menjadi lebih efektif ketika seseorang terisolasi dari dukungan sosial dan kearifan bersama.

Senang menyambut datangnya bulan Ramadhan menunjukkan bahwa Anda memiliki hati yang sehat, apresiasi dan antusiasme yang tinggi terhadap bulan suci dalam agama Islam. Ramadhan dilihat sebagai waktu yang istimewa untuk memperdalam hubungan dengan Allah dan melakukan amal ibadah dengan lebih intensif. Partisipasi dalam jamaah shalat di masjid selama bulan Ramadan dapat dianggap sebagai tanda kesehatan rohani. Shalat berjamaah di masjid menciptakan atmosfer kebersamaan, dan beribadah bersama-sama dengan jamaah dapat memperkukuh rasa keterhubungan dengan komunitas muslim yang lebih luas.

Mengaji atau kegiatan membaca Al-Qur'an diikuti dengan perasaan senang dan kebahagiaan. Ini mencerminkan pengaruh positif yang dimiliki kegiatan spiritual. Juga seperti “mengaji” berpengaruh positip terhadap kesehatan emosional dan mental peserta. Wajah peserta berseri-seri setelah mengaji, menunjukkan bahwa kegiatan rohani seperti mengaji bisa memberikan keberkahan dan kedamaian kepada peserta. Pengalaman kebersamaan dengan ayat-ayat suci dapat menciptakan rasa ketenangan batin.

Puasa Ramadhan juga untuk membatasi diri dari yang halal, bukan yang haram saja. Puasa Ramadhan melibatkan latihan kendali diri dan disiplin. Meskipun makan dan minum adalah kebutuhan dasar yang halal, berpuasa mengajarkan untuk mengontrol nafsu dan keinginan secara keseluruhan. Puasa Ramadhan tidak hanya berfokus pada menjauhi yang haram, tetapi juga bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengembangkan ketaqwaan. Hal ini melibatkan kesadaran akan tindakan, perkataan, dan pikiran, serta memastikan bahwa semua aspek kehidupan sehari-hari berada dalam kerangka kepatuhan kepada Allah.

Puasa dalam Islam memiliki tujuan utama untuk mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan kesadaran spiritual, dan mengendalikan hawa nafsu. Ini mencakup pengendalian diri dalam segala aspek, bukan hanya menahan diri dari makanan dan minuman. Puasa memberikan pelajaran tentang kesabaran dan ketabahan. Dengan menahan diri dari keinginan dan kebiasaan harian, seseorang dapat melatih diri untuk bersikap lebih sabar dan tabah dalam menghadapi berbagai ujian hidup.

Taqwa (yang merupakan tujuan puasa) melibatkan kesadaran yang mendalam tentang keberadaan Allah dan ketaatan kepada-Nya. Ini mencakup penghormatan, kepatuhan, dan kewaspadaan terhadap perintah-perintah Allah. Taqwa mendorong seseorang untuk menjauhi segala bentuk dosa dan pelanggaran terhadap norma-norma moral dan etika Islam.

Rasulullah SAW dengan tegas memberikan pelajaran moral, Jangan makan yang bukan haknya. Sebuah contoh nyata terjadi ketika Rasulullah melihat cucunya hendak makan kurma zakat, beliau segera turun dari mimbar untuk menegur dan mengingatkan tentang pentingnya menjauhi makanan yang bukan haknya, menggambarkan betapa besar perhatian Islam terhadap nilai-nilai keadilan dan etika dalam kehidupan sehari-hari.

Sejarah Islam pada zaman Rasulullah SAW, terdapat praktek di mana utusan yang bertugas mengumpulkan zakat atau sedekah dari masyarakat diberikan sejumlah hadiah atau pemberian sebagai bentuk penghargaan. Namun, penting untuk menegaskan bahwa praktek ini kemudian dilarang dalam Islam karena dapat dianggap sebagai bentuk risywah atau suap. Larangan terhadap pemberian hadiah kepada utusan yang bertugas mengumpulkan zakat atau sedekah. Dilarang memberikan hadiah sebagai insentif atau imbalan kepada mereka yang sedang menjalankan tugas pengumpulan zakat. Hal ini bertujuan untuk memastikan keadilan dan integritas dalam pengumpulan dan distribusi dana zakat.

Semangat ibadah sebagaimana menyambut Ramadhan dan persiapan puasa, dalam Islam memang dianjurkan dilakukan setiap hari, bukan hanya pada bulan Ramadhan. Ketaatan, ibadah, dan persiapan spiritual harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sepanjang tahun, dan bukan hanya saat mendekati bulan Ramadhan.

Pertanyaan Ibu Padmi “ Ketika bulan Ramadhan banyak makanan ruhani. Akan lebih berat ketika banyak tanggungan. Semakin bertambah umur banyak hal yang berkurang. Apakah hal ini merupakan indikasi penurunan iman atau gangguan jin. Telah dicoba selalu ikut arahan Gusti Allah agar lebih khusyuk. Apakah trik untuk mengoreksi diri agar meningkatkan keimanan kita?

Jawaban : Umumnya kenikmatan ibadah tidak bisa bertemu dalam diri yang banyak melakukan maksiat. Muhasabah, maksiat apa yang telah dilakukan. Hukuman terberat maksiat adalah dicabut kenikmatan ibadah. Ibadah jadi hambar. Itu adalah hukuman. Allah menjauhi kita sejauh-jauhnya. Kalau kita tinggalkan maksiat maka kenikmatan akan kembali datang. Allah meninggalkan kita adalah hukuman terberat. Triknya adalah bertaubat dan mohon pada Allah untuk dikembalikan nikmat kita beribadah.

 

Penulis : Sri Sumarni KPPN Klaten dan Ardiana Prasanti STIE YKPN Yogyakarta

Editor  : Sumadi KPPN Klaten

Peta Situs   |  Email Kemenkeu   |   FAQ   |   Prasyarat   |   Hubungi Kami

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Klaten
Jalan Kopral Sayom No 26 klaten 57435
Call Center: 14090
Tel: 0272-3320445 Fax: 0272-3320443

 

 IKUTI KAMI

 

PENGADUAN

 

Search