Kulon Progo, 27 Juni 2020
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (DJPb) Provinsi D.I. Yogyakarta menggelar pelatihan pewarnaan dan peracikan warna kepada Kelompok Usaha Bersama (Kube) Batik Lendah di Dusun Pulo, Desa Gulurejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulonprogo, Sabtu (27/6/2020).
Langkah tersebut merupakan kontribusi nyata DJPb dalam rangka mengawal pelaksanaan APBN di DIY. Selain itu, pengembangan usaha batik juga untuk mengembangkan ekonomi masyarakat.
Kepala Kanwil DJPb DIY, Heru Pudyo Nugroho mengatakan Kabupaten Kulon Progo memiliki angka pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2019. Capaian itu didukung oleh keberadaan proyek-proyek strategis nasional, seperti Bandara Yogyakarta Internasional Airport dan Jalur Lintas Selatan. Namun, Kabupaten Kulonprogo ia anggap masih membutuhkan afirmasi, tingkat kemiskinan dan gini rasio masih cukup tinggi.
Untuk mempertahankan momentum ekonomi itu, perlu upaya bersama dan sinergitas dengan memberdayakan pelaku usaha mikro. "Supaya nanti ketika proyek strategis itu berjalan, masyarakat Kulonprogo enggak cuma jadi penonton. Mereka bisa ikut berdaya dan menikmati dengan mensuplai kuliner, penginapan, dan kerajinan batiknya," katanya, Jumat (27/6/2020).
Kepala Kanwil DJPb DIY mengatakan upaya tersebut diwujudkan dengan memberikan fasilitas Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) bagi pelaku usaha mikro yang notabene mengalami kesulitan pengajuan kredit perbankan. Rencananya, akses pembiayaan tersebut akan disalurkan melalui Pegadaian. Ia berharap langkah tersebut mampu memicu ekonomi masyarakat agar lebih bergeliat.
Namun, sebelum melangkah ke sana, Kepala Kanwil DJPb DIY menuturkan masyarakat perlu meningkatkan keterampilan produksi batik. Dengan begitu, batik yang diproduksi punya kualitas dan posisi tawar yang tinggi di antara produk lain. Itulah yang kemudian menjadi latar belakang penyelenggaraan Pelatihan Pewarnaan dan Meracik Warna kepada pelaku usaha batik Lendah. Tak hanya itu, DJPb DIY juga berencana memberikan pelatihan pemasaran kepada pelaku usaha.
"Ada dua seri pelatihan. Yang pertama via daring terkait masalah pembiayaan. Selanjutnya, dalam sebuah sesi sharing, mereka membutuhkan keterampilan memproduksi batik. Maka, kita hubungkan dengan Balai Besar Kerajinan dan Batik untuk mendapatkan pelatihan. Sementara soal pembiayaan, kami hubungkan dengan Pusat Investasi Pemerintah. Nah, untuk hari ini khusus pelatihan pewarnaan, harus offline. Gak mungkin ketemu pelatihnya itu online. Harus langsung," ujarnya.
Pelatih dari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Samsudin mengatakan proses pewarnaan batik memainkan peran penting dalam menentukan kualitas batik. Selain itu juga, perlu didukung oleh jenis bahan, desain, dan tata letak warna.
Khusus pewarnaan, katanya cukup rumit. Pasalnya, penerapan ilmu pewarnaan dan tata warna sangat mengandalkan kebiasaan pengrajin. Wawasan awal yang ia berikan perlu dilatih dan ditekuni terus. Beda hal dengan keterampilan menchanting yang merupakan keterampilan tangan.
"Pewarnaan itu kuncinya pengalaman dan kebiasaan. Ibarat masakan itu komposisinya dan takarannya harus pas. Tata warna itu mengikuti tren. Pengrajin harus siap dengan permintaan konsumen yang terus berkembang. Mereka harus bisa menampilkan warna yang diinginkan," jelasnya di sela-sela pelatihan.
Terpisah, Ketua Paguyuban Sekar Chanthing, Suminten mengaku senang dengan kegiatan pelatihan siang itu. Ia sendiri pun tak sabar untuk segera memproduksi batik. Baginya, bantuan DJPb dapat meningkatkan produksi batiknya selama ini.
Ia mengatakan sebelumnya hanya mampu memproduksi beberapa potong batik saja. Bukan karena tak ada peminat atau kualitas batik Lendah yang rendah. Kenyataannya justru sebaliknya. Pesanan tetap saja datang, mulai dari toko atau pesanan kerabat. Namun ia tak bisa menerima pesanan dalam jumlah besar lantaran tak punya cukup modal untuk menyiapkan banyak bahan baku yang biayanya cukup mahal.
"Dengan ada bantuan ini, harapan saya kualitas batiknya bisa lebih bagus, produksinya bisa lebih banyak. Sehingga kalau ada yang pesan banyak kita juga sudah siap," katanya.