Bulan April tahun 2025 menandai tonggak bersejarah bagi diplomasi Indonesia dan dunia, seiring dengan peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA). Gedung bersejarah Museum Perbendaharaan yang dulunya menjadi saksi bisu lahirnya Dasasila Bandung kembali berperan sebagai jembatan penghubung masa lalu dengan generasi masa kini melalui serangkaian kegiatan edukatif dan interaktif.
Kolaborasi Bersejarah
Museum Perbendaharaan berkolaborasi dengan Museum Konferensi Asia Afrika (MKAA) dalam rangkaian kegiatan peringatan tujuh dekade momen bersejarah yang mengubah lanskap politik global. Bertempat di Gedung Dwi Warna, lokasi bersejarah tempat berlangsungnya Sidang Komite KAA 1955, kolaborasi ini menghadirkan program "Jika Aku Delegasi KAA" yang berlangsung pada 23-24 April 2025. Gedung Dwi Warna bukan sekadar bangunan bersejarah, tetapi saksi hidup perjuangan diplomasi Indonesia dan negara-negara Asia-Afrika dalam menyuarakan kemerdekaan dan perdamaian dunia.
Menghidupkan Kembali Sejarah Melalui Simulasi
Program "Jika Aku Delegasi KAA" dirancang untuk memberikan pengalaman mendalam kepada peserta tentang proses bersejarah yang terjadi 70 tahun silam. Sebanyak 60 peserta yang terbagi menjadi 2 sesi terpilih berkesempatan untuk merasakan pengalaman unik menjadi delegasi dari 29 negara peserta KAA 1955 serta berperan sebagai Sekretaris Jenderal KAA.
Simulasi Sidang Komite Politik: Merasakan Tensi Diplomasi
Di ruangan bersejarah inilah para peserta melakukan simulasi sidang dengan menggunakan dialog yang bersumber langsung dari dokumen otentik: Proceedings of the Meeting of Heads of Delegation 1955, Risalah Konferensi Asia Afrika 1955, dan Collected Documents of the Asian-African Conference 1983.
Museum Perbendaharaan melakukan penyesuaian untuk memastikan keautentikan simulasi, mulai dari tata letak ruangan, posisi duduk delegasi, hingga prosedur persidangan yang mencerminkan suasana asli tahun 1955.
Simulasi ini memberikan perspektif yang berbeda dari sekadar membaca buku sejarah sehingga para peserta bisa merasakan langsung bagaimana kompleksnya proses negosiasi yang melahirkan Dasasila Bandung.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan pemahaman mendalam tentang proses diplomasi, tetapi juga menumbuhkan apresiasi terhadap pencapaian bersejarah para pendahulu kita. Selama simulasi, para peserta dihadapkan pada dilema dan tantangan diplomatik serupa yang dihadapi oleh delegasi asli, termasuk ketegangan Perang Dingin dan isu-isu dekolonisasi yang mempengaruhi dinamika persidangan.
Menjembatani Masa Lalu dan Masa Depan
Peringatan 70 tahun KAA bukan sekadar nostalgia, tetapi momentum untuk merefleksikan relevansi Semangat Bandung dalam konteks global kontemporer.
Prinsip-prinsip yang tertuang dalam Dasasila Bandung seperti penghormatan terhadap kedaulatan negara, non-intervensi, dan penyelesaian konflik secara damai masih sangat relevan dengan tantangan global saat ini. Melalui program-program interaktif ini, diharapkan dapat memperkenalkan kembali nilai-nilai tersebut kepada generasi baru dengan cara yang lebih bermakna.
Kegiatan peringatan 70 tahun KAA ini menjadi bukti nyata bagaimana sebuah museum dapat menjadi katalisator untuk dialog antargenerasi dan pemahaman sejarah yang lebih mendalam. Dengan menggabungkan riset akademis, pengalaman interaktif, dan narasi yang menarik, Museum Perbendaharaan telah berhasil membawa sejarah keluar dari buku teks dan menghidupkannya kembali untuk generasi masa kini.