Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) adalah indikator yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan selaku BUN untuk mengukur kualitas kinerja pelaksanaan anggaran belanja Kementerian Negara/Lembaga dari sisi kesesuaian terhadap perencanaan, efektivitas pelaksanaan anggaran, efisiensi pelaksanaan anggaran, dan kepatuhan terhadap regulasi.
Dasar Hukum:
- Berdasarkan PMK Nomor 195/PMK.05/2018 tentang Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) mengukur kualitas kinerja belanja dengan menggunakan
- Dalam rangka mewujudkan belanja K/L yang lebih berkualitas, lebih baik (spending better), dan sesuai dengan tata kelola yang baik (good governance), serta memberikan penilaian IKPA yang lebih transparan dan akuntabel, sesuai PER-4/PB/2021 telah ditetapkan Reformulasi IKPA 2021 dengan perubahan bobot sebagai berikut:
Tujuan Pengukuran Kinerja dengan IKPA :
- Kelancaran Pelaksanaan Anggaran (Pembayaran/Realisasi Anggaran, Penyampaian Data Kontrak, Penyelesaian Tagihan, SPM yang Akurat, Kebijakan Dispensasi SPM).
- Mendukung Manajemen Kas (Pengelolaan UP/TUP, Revisi DIPA, Renkas/RPD, Deviasi Halaman III DIPA, Retur SP2D).
- Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan (LKKL/LKPP) (Penyampaian LPJ Bendahara dan Penyelesaian Pagu Minus Belanja)
Langkah-langkah Strategis Peningkatan IKPA :
No |
Indikator |
Langkah Peningkatan |
1 |
Revisi DIPA |
|
2 | Halaman III DIPA |
|
3 | Pengelolaan UP | Untuk meningkatkan nilai capaian pada indikator ini, maka seluruh satker agar memperhatikan periode pengajuan SPM GUP dari SP2D UP/GUP terakhir paling lambat dalam rentang 30 hari kalender sejak SP2D UP/GUP diterbitkan (pengajuan GUP minimal sekali dalam sebulan ke KPPN) dan tidak menambah frekuensi SPM GUP yang terlambat. |
4 | LPJ Bendahara | Satker agar senantiasa meningkatkan ketepatan waktu dalam penyampaian kedisiplinan, ketertiban, dan LPJ sampai dengan tanggal 10 bulan berikutnya, dan memastikan data LPJ telah terverifikasi oleh KPPN pada Aplikasi SPRINT. |
5 | Penyampaian Data Kontrak | Satker agar senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan ketepatan waktu dalam penyampaian data kontrak yakni maksimal 5 hari kerja setelah ditandatangani dan dipastikan verifikasi kebenaran data kontraknya (approval) oleh KPPN |
6 | Penyelesaian Tagihan | Satker agar senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan ketepatan waktu dalam penyelesaian tagihan kontraktual (LS Non-Belanja Pegawai) paling lambat dalam 17 hari kerja setelah BAST ditandatangani sudah diajukan SPM-nya ke KPPN. Selain itu, satker agar teliti, lengkap dan akurat dalam pengisian uraian pada SPM terutama untuk tanggal dan nomor BAST/BAPP. |
7 | Penyerapan Anggaran |
|
8 | Retur SP2D |
|
9 | Perencanaan Kas | Satker agar senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan ketepatan waktu dalam penyampaian Renkas (RPD Harian) untuk transaksi pencairan dana dalam kategori besar (SPM bersih > Rp 5 Miliar) yang memerlukan penyampaian renkas dengan tidak lebih dari 5 hari kerja sejak tanggal APS pada Aplikasi SAS sampai dengan pengajuan SPM ke KPPN. |
10 | Pengembalian/ Kesalahan SPM | Satker agar senantiasa meningkatkan ketelitian dalam memproses dokumen pembayaran dalam SPM terutama kebenaran dan keakuratan data supplier yang telah dicocokkan dengan data yang ada pada OM SPAN maupun data identitas supplier yang terkonfirmasi dengan pihak bank agar SPM yang diajukan tidak tertolak oleh KPPN. |
11 | Pagu Minus | Satker-satker yang memiliki pagu minus agar dapat segera menyelesaikan pagu minus (6 digit akun) dengan mempersiapkan revisi anggaran untuk menutup pagu minus tersebut. |
12 | Dispensasi SPM | Satker agar senantiasa memantau progres penyelesaian kegiatan sesuai rencana, menetapkan mitigasi risiko penyelesaian pekerjaan dan pembayaran, dan menghitung prognosis belanja agar dapat dieksekusi tepat waktu untuk menghindari penumpukkan pencairan anggaran pada akhir tahun |
13 | Konfirmasi Capaian Output |
|
Bobot nilai IKPA :
No |
Indikator |
Bobot TA 2020 |
Bobot TA 2021 |
1 |
Penyerapan Anggaran |
15% |
15% |
2 |
Data Kontrak |
15% |
10% |
3 |
Penyelesaian Tagihan |
12% |
10% |
4 |
Capaian Output |
10% |
17% |
5 |
Pengelolaan UP dan TUP |
8% |
8% |
6 |
Revisi DIPA |
5% |
5% |
7 |
Deviasi Halaman III DIPA |
5% |
5% |
8 |
LPJ Bendahara |
5% |
5% |
9 |
Perencanaan Kas (Renkas) |
5% |
5% |
10 |
Kesalahan SPM |
5% |
5% |
11 |
Retur SP2D |
5% |
5% |
12 |
Pagu Minus |
5% |
5% |
13 |
Dispensasi SPM |
5% |
5% |
TOTAL |
100% |
100% |
Dapat dilihat bahwa bobot Capaian Output memiliki bobot tertinggi yakni 17 dibandingkan indikator lainnya. hal ini menunjukkan besarnya perhatian pemerintah akan output sebagai wujud dari "performance budgeting" . Untuk itu, diharapkan satker lebih memperhatikan capaian output masing-masing dan segera mengupdate pada aplikasi SAS dan mengupload di OMSPAN.