KPPN Khusus Investasi

My SK My Adventure

Mutasi adalah perpindahan tugas dan atau lokasi dalam satu Instansi Pusat, antar Instansi Pusat, satu Instansi Daerah, antar Instansi Daerah, antar Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dan ke Perwakilan Negara Indonesia di luar negeri serta atas permintaan sendiri (Peraturan Kepala BKN Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pelaksanaan Mutasi). Proses ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan efektivitas organisasi serta memberikan kesempatan bagi PNS untuk mengembangkan karir.

Bagi sebagian insan perbendaharaan, SK Mutasi adalah SK dimulainya petualangan, petualangan dengan biaya negara karena dapat biaya perjalanan dinas pindah. Kalau saya dan isteri serta anak-anak menyikapinya dengan enjoy saja dan anggap kalau kami sedang berpetualang bersama dengan biaya dan fasilitas negara.

Flash back ke belakang, pengalaman sejak bekerja tahun 1992 sampai saat ini saya sudah mutasi 9 kali, waow… pertama Jakarta-Parepare, Parepare-Jakarta, Jakarta-Pangkalpinang, Pangkalpinang-Jogja, Jogja-Serang, Serang-Jakarta, Jakarta-Lampung, Lampung-Batam, dan Batam-Jakarta.

Petualangan dimulai tahun 2000 saat mutasi  dari Jakarta ke Parepare, bayangkan pare aja pahit apalagi Parepare bro, he…he…he… begitu temen-temen “membully” saya. Entah kenapa begitu membaca SK rasanya mak jleb gitu, tubuh saya langsung merasa capek, mata berkunang-kunang, lemas, jantung deg-degan (kek tanda-tanda lapar gitu).

Terbayang harus ninggalin Jakarta setelah 8 tahun lamanya sejak SK penempatan pertama, berpisah dengan kerabat dan sahabat terbaik, bakal calon isteri, lingkungan kerja yang sudah nyaman. Tetiba seakan-akan tampak Parepare, kota kecil di Sulawesi Selatan yang berjarak kurang lebih 155 KM dari Makassar, harus menyesuaikan dengan suasana kerja baru dengan fasilitas yang jauh berbeda dibandingkan dengan kantor pusat, adaptasi dengan budaya setempat, dan sebagainya.

Akhirnya dengan segala perasaan yang berkecamuk di dada, berangkatlah saya ke Parepare kota kelahiran mantan Presiden Indonesia ketiga B.J. Habibie. Ternyata apa yang dibayangkan benar terjadi, begitu tiba di Parepare HP tidak ada sinyal, tidak ada BCA (waktu itu ATM saya cuma BCA, begitu mau bayar hotel setelah 3 hari nginep nggak ada uang cash), ruang kerja tidak ber AC, kota sepi, tidak ada mall, tidak ada bioskop, tidak ada ini tidak ada itu.

Sempat terpikir untuk resign dari PNS, tapi setelah mempertimbangkan segala sesuatunya akhirnya bismillah memilih untuk tetap bertahan dan berusaha menjalani taqdir ini. Dan yang membuat saya pada akhirnya bisa bertahan dan menikmati petualangan ini adalah setelah menikah, menikah menjadikan segala sesuatunya berubah, my world so colourful like never before, makanya bagi sobat intress yang belum nikah buruan, he…he…he…

Selama kurang lebih lima tahun di Parepare banyak pengalaman petualangan yang tak terlupakan, kecelakaan sepeda motor saat touring ke Bosowa (Bone-Soppeng-Wajo), terjaring Operasi Zebra gegara nggak nyadar SIM sudah kadaluarsa ketika touring ke Sulawesi Barat (Majene-Mamuju). Menempuh perjalanan Parepare-Enrekkang-Tator (Tana Toraja) dengan TwinCam Ex-Saloon melewati jalan naik turun dan berliku, berbatuan serta rusak, sampai knalpot lepas. Betapa kagetnya ternyata waktu itu isteri sudah positif hamil anak pertama, alhamdulillah semuanya baik-baik saja. Thanks God…

Petualangan yang tak kalah menarik adalah ketika menjadi pembina rohani di sebuah Lembaga Pemasyarakatan Anak (ngajarin baca Qur’an, wudhu, sholat, public speaking), mengisi kultum tarawih di beberapa masjid saat bulan Ramadhan, menjadi narasumber kegiatan pembekalan pengurus OSIS, Pesantren Kilat Ramadhan di SMP, SMA, Universitas yang ada di kota Parepare, khutbah Jum’at, iedul fitri, iedul adha, mengisi pengajian ibu-ibu PKK di kelurahan, dan sebagainya. Sungguh tak terbayangkan sebelumnya…

Oktober 2004 Kementerian Keuangan reorganisasi, terbentuknya Direktorat Jenderal Perbendaharaan  membuka jalan bagi saya diperbantukan ke Sekretariat Direktorat Jenderal Perbendaharaan selama enam bulan untuk menata SDM karena squad sebelumnya sebagian di-SK-kan ke Direktorat Jenderal Anggaran.

Setelah lebih kurang enam bulan saya kembali ke Parepare, tidak lama kemudian terbit SK Mutasi ke Sekretariat Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai Koordinator Pelaksana di Sub Bagian Mutasi Bagian Kepegawaian, setahun berikutnya saya mutasi ke Bagian Organisasi dan Tata Laksana.  Dua tahun di Sekretariat inilah yang mengantarkan saya berpetualang hampir ke seluruh wilayah Indonesia dengan Surat Tugas, dinas ke Aceh, Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Ternate, NTT, Ambon, hingga Papua.

Alhamdulillah saya meninggalkan KPKN Parepare dalam kondisi kantor yang sudah lebih baik, juara I KPKN Percontohan tingkat Direktorat Jenderal Anggaran, kemudian maju tingkat kementerian sehingga dapat tambahan dana untuk renovasi besar-besaran, termasuk ruangan yang ber AC.

Agustus tahun 2008 bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-63 saya mendapat promosi sebagai Kepala Seksi Pelaksanaan Anggaran IA di Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung, disinilah anak ketiga saya lahir.

Di Babel kami mendapat bonus dengan banyaknya pantai yang bagus, dan tempat bersejarah. Hampir setiap minggu kami bisa wisata ke pantai dengan budget minimalis, termasuk menyeberang pulau Belitung ke Tanjung Pandan tempat syuting film Laskar Pelangi yang waktu itu box office dan menjadi film Indonesia terbaik. Blessing in disguise sering main ke pantai, anak pertama saya sembuh dari asma, alhamdulillah…

Lokasi bersejarah yang sempat kami kunjungi adalah Pesanggrahan Muntok, tempat pengasingan Bung Karno, Haji Agus Salim, Mr. Moch Roem, dan Mr. Ali Sastro Amijoyo pada tahun 1949, dan sebelumnya Bung Hatta tahun 1948. Kota Muntok berjarak 136,8 KM dari Pangkalpinang dengan waktu tempuh 2 jam 41 menit.

Senin, 25 Oktober 2010 saya dilantik sebagai Kepala Seksi PA B Bidang PA Kanwil DJPb Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Keesokan harinya tepat setelah saya dilantik terjadilah bencana meletusnya gunung merapi yang sangat menghebohkan, “kami disambut dengan hangat”, letusan merapi tahun itu dapat dikatakan terburuk sejak 1870 karena saat itu sebanyak 32 desa dengan jumlah penduduk lebih dari 70.000 jiwa direkomendasikan harus mengungsi karena berada dalam zona berbahaya.

Saat itu Gunung Merapi dalam kondisi krisis ditandai dengan letusan ekplosif yang jarak luncur awan panas terjauhnya mencapi 11,5 KM. Mbah Maridjan juru kunci gunung merapi yang selama ini dianggap roso dan sakti tewas dalam bencana tersebut.

Akibat erupsi Jogja saat itu tampak seperti kota mati, sepi, debu dimana-mana. Waktu itu saya masih tinggal sementara di mess bersama Kepala Bagian Umum, dan suatu hari pernah mess dijadikan tempat mengungsi akibat lahar dingin yang menyebabkan kali code meluap, sehingga penduduk terdampak mengungsi ke mess.

Setelah kurang lebih empat tahun di Jogja, saya mutasi ke KPPN Serang Banten, tiga tahun “berguru” di Banten kemudian kembali ke Jakarta, dua tahun saya bertugas di Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta, kali ini harus mutasi lagi keluar Jawa. Alhamdulillah masih dekat Kanwil DJPb Provinsi Lampung.

Dinas di Lampung adalah petualangan pertama bagi saya tanpa didampingi keluarga, saya harus pergi pulang Bandar Lampung - Jakarta tiap pekan, yang tentu butuh perjuangan tersendiri, anak isteri juga harus mulai belajar mandiri  tanpa didampingi ayah/suami.

Petualangan berat dimulai sejak pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia tahun 2020,  dimulai dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar, kemudian Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Jawa-Bali, lalu diganti lagi menjadi PPKM Mikro yang berulang kali diperpanjang.

Medio Juni 2021 Presiden Jokowi memutuskan untuk mengambil pengetatan PPKM Mikro, namun kasus Covid-19 terus naik. Selanjutnya Presiden menetapkan PPKM Darurat di Jawa-Bali, dan di luar Jawa-Bali. Kemudian diperpanjang dengan istilah baru PPKM Level 4, 3, 2, dan 1 di Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali.

Saat itu diterapkan larangan melakukan perjalanan keluar wilayah, tidak ada transportasi umum, penerbangan, angkutan darat, yang tersisa hanyalah kapal penyeberangan Bakauheni-Merak, dan tentu saja kendaraan pribadi itupun dengan persyaratan dan penjagaan disetiap perbatasan wilayah yang ketat, harus ada Surat Tugas, hasil rapid test antigen yang saat itu masih sangat terbatas, kalaupun ada dengan harga yang masih mahal.

Banyak temen-teman yang tidak bisa mudik, membersamai keluarganya saat hari raya iedul fitri. Sampai pada akhirnya Covid-19 dinyatakan hilang tetapi kita harus tetap waspada dengan memperhatikan protokol kesehatan.

Tak ada angin tak ada hujan, tetiba ditengah-tengah perasaan yang begitu menyenangkan, karena kehidupan sudah mulai berangsur normal, kembali saya dikejutkan dengan SK Mutasi pejabat eselon IV keenam, kali ini saya mutasi ke KPPN Batam. Seru juga berpetualang di Batam, sayang sekali baru setahun saya harus mutasi (lagi) kembali ke Jakarta, di KPPN Khusus Investasi, sungguh  diluar dugaan, diluar kebiasaan, entah untuk berapa lama, who knows, itulah mutasi…

Ada tiga taqdir atau ketetapan yang sebagai manusia kita tidak akan pernah bisa mengetahui dan menghindari, pertama yaitu umur, kedua jodoh, dan ketiga adalah rejeki, khusus untuk sobat intress ada tambahan satu lagi yaitu mutasi, kita tidak pernah tahu kapan dan kemana kita akan mutasi sampai menerima SK.

Tidak ada sesuatu yang kebetulan didunia ini, jangankan mutasi, daun kering yang jatuh dari pohonnya saja tercatat disisi Allah, keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kitalah, sehingga kita menyebut itu sebagai sesuatu kebetulan.

Di tulis oleh : Evan Himawan

Peta Situs   |  Email Kemenkeu   |   FAQ   |   Prasyarat   |   Hubungi Kami

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

IKUTI KAMI

 

PENGADUAN

 

Search