Kediri

Itu ditentukan di dalam hatimu

-pinocchio-

Karena iri, makhluk mulia yang telah ribuan tahun melakukan sujud, beribadah dengan khusyu kepada Tuhan dengan penuh ikhlas berbalik menjadi durjana ingkar terkutuk hingga akhir semesta, karena tidak rela ada makhluk lain yang lebih muda usia diberi kedudukan yang sangat istimewa, bahkan malaikat, makhluk tanpa dosa yang mengisyaratkan bahwa si muda usia ini pekerjaannya hanya saling bunuh membunuh dan menumpahkan darah, harus turut bersujud kepadanya, sebagai tanda kepatuhan kepada Tuhan.

Karena iri, seorang kakak tega memisahkan nyawa dari jasad adiknya, hanya karena sang ayah memberikan jodoh yang lebih cantik kepada adiknya dibanding wanita pilihan ayah yang menjadi calon istrinya. Hingga persembahannya kepada Tuhan tidak membuat senang bahkan ditolak oleh Tuhan, menambah derajat kebencian kepada adiknya, dan nafsu membunuh si kakak dibalas oleh si adik dengan mengatakan aku tidak akan melawan, maka meneteslah darah pertama di bumi.

Karena iri, sekelompok saudara tega mengkhianati amanah yang diberikan untuk menjaga keselamatan sang adik yang sangat dicintai ayahnya, bahkan membuangnya hingga terlunta-lunta menjadi budak hina sebelum pada akhirnya hidup mulia menjadi punggawa kepercayaan raja dan mampu mengatasi bencana yang telah menghiasi mimpi raja, bahkan berbalik menjadi penyelamat kakak-kakaknya yang telah menelantarkannya.

Karena iri, seorang paman bertekad menghabisi nyawa kemenakannya, hanya karena tidak rela sang kemenakan memiliki pengikut setelah diangkat sebagai rasul oleh Tuhan pemilik segala, dan itu tidak ditempuhnya sendirian namun dengan mengajak suku dan kabilah yang lain, dengan dalih sang kemenakan telah meninggalkan agama nenek moyang, melakukan sihir, menghina tuhan-tuhan yang selama ini menjadi sesembahannya, meski mereka semua tahu sang kemenakan selama hidup tidak pernah sekalipun berkata bohong, berbuat culas, bahkan mereka sendiri yang memberinya predikat al-amin.

Karena iri, darah cucu manusia paling mulia seluruh semesta, harus tertumpah di padang Karbala, yang bahkan hewan seliar apapun tak akan berbuat hal sekeji itu, kepala dibuang ke mana dan tubuh disisi bumi yang mana, bahkan kuda yang menyeretnya turut meneteskan air mata. Tak terkira manusia macam apa yang tega menjual dunia dengan dosa tak terkira, bahkan setan dan iblis sudah menyingkir dari menggoda manusia.

Karena iri, Kleting Kuning harus tersaruk-saruk sendirian mencari cinta sejatinya, menghadapi kesewenang-wenangan Yuyukangkang demi menjumpai Raden Panji yang menyamar di rumah mbok Rondo Dadapan, sedangkan Kleting Ijo dan Kleting Abang bersorak gembira menikmati itu semua, meski pada akhirnya Kleting Kuninglah jodoh sejati Raden Panji.

Karena iri, lima bersaudara mesti mengembara lara lapa masuk hutan yang belum terjamah, jalmo moro jalmo mati, kalah dalam arena judi yang telah diatur dengan culas dan keji oleh seratus saudara yang menghendaki kesengsaraan menimpa kelima saudara tuntunan para dewa, hingga semua mesti dituntaskan dalam kancah Bharatayudha, padang Kurusetra banjir darah menyisakan beberapa jiwa para ksatria, sesama saudara saling mengangkat senjata. Iri melahirkan dengki, dengki menumbuhkan benci.

Berapa banyak kisah, legenda, dongeng, cerita yang bahkan kita belum pastikan ketidakbenarannya, menghiasi hari-hari menyisakan sedih dan duka hanya karena rasa iri yang tumbuh di hati. Kebencian seperti api yang memakan kayu bakar pesan Nabi ribuan tahun yang lampau, dan masih tetap relevan hingga akhir zaman. Banyak unsur dan benda di alam yang diciptakan Tuhan dapat diukur, bahkan para ilmuwan sudah menemukan cara untuk menghitung jumlah bintang di langit yang tak terhingga. Beragam ukuran, berat, panjang, lebar, satu cangkir, dua depa, tiga langkah, empat tombak, sepelemparan batu, sepeminuman teh, sejauh mata panah atau sejauh mata memandang. Sedangkan api tak ada ukurannya, api tidak dapat diukur beratnya, tidak pasti panjangnya dan tak bisa ditampung dalam bejana apapun bentuk dan bahannya. Tidak ada kalimat berat api yang membakar sate pak Kuwat lima kilogram, atau panjang api yang menghanguskan ruko di pasar pagi sepanjang lima meter dengan jumlah dua karung. Api hanya dapat diukur derajat panasnya, api kecil (setitik mata las) boleh jadi lebih panas dari api di tungku untuk merebus air.

Bahkan untuk berlindung dari sifat api dalam diri, dari bisikan setan yang biasa bersembunyi yakni iri, dengki dan benci yang bersemayam dalam hati, dan sifat-sifat merusak lainnya, Alloh mengajarkan manusia untuk berlindung dengan tiga sifat-Nya. Rabb sebagai pencipta dan pemelihara, sifat yang penuh kasih dan sayang, mengayomi dan ini sekaligus mengajarkan kepada kita bahwa dalam berinteraksi secara sosial agar mendahulukan sifat kasih dan sayang. Malik sebagai raja yang berhak mengatur hidup manusia, raja yang berkuasa untuk memberi hukuman maupun hadiah, dan terakhir Ilah sebagai sembahan manusia yang harus ditaati dan dipatuhi tanpa bertanya kenapa. Sedangkan untuk berlindung dari kejahatan makhluk-Nya, kejahatan malam, kejahatan tukang sihir dan kejahatan pendengki, Alloh mengajarkan untuk berlindung hanya dengan satu sifat-Nya, Tuhan Yang Menguasai Subuh.

Karena hidup adalah bersabar dan bersyukur, maka iri bisa hilang dengan syukur, benci tereliminasi dengan sabar. Dalam khasanah budaya Jawa ada nasihat orang tua, wong urip kudu mateg aji sarwo ireng, yang berarti iri dengki ora pareng.

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

IKUTI KAMI

Search