Let's cherish every moment we have been given
The time is passing by
-Kool & the Gang-
Pada mulanya adalah waktu…
Ditemukan bukti bahwa manusia mulai menggunakan jam sejak 3500 tahun yang lalu, demikan vitalnya waktu bagi kehidupan manusia hingga tercetus untuk me-reka penentu waktu yang pada akhirnya disepakati bernama jam. Bahkan Tuhan dengan kekuasaan-Nya yang mutlak, hanya dengan kun maka terciptalah segala sesuatu di alam semesta, tetap memberikan proses selama enam masa hingga terwujud dan terus berkembang tak terhingga sampai sekarang.
Bila waktu begitu penting, apa artinya masa lalu, sekarang dan yang akan datang, karena ketika kita menyatakan sekarang, saat itu sudah menjadi masa lalu. Demikian juga ketika kita menetapkan untuk esok, yang akan datang, maka setibanya batas esok telah menjadi sekarang dan sejenak beralih ke masa silam. Begitu relatifnya waktu (Albert Einstein) ada saat ketika waktu terasa sangat cepat, namun di lain sisi waktu berjalan sangat lambat.
Waktu utama dalam kehidupan manusia adalah kelahiran dan kematian yang senantiasa beriringan sepanjang zaman. Saat kelahiran dikenang dengan pesta ulang tahun, potong tumpeng diiringi doa dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang, atau mengikuti tradisi Yunani kuno yang menyajikan kue dan lilin.
Selain ulang tahun diri sendiri maupun kerabat dekat, peringatan ulang tahun juga kita laksanakan untuk tokoh, panutan maupun sosok yang kita hormati dan cintai. Dalam khasanah budaya Islam peringatan maulid Nabi yang dirayakan kaum muslim diseluruh penjuru bumi dengan berbagai macam acara dan kegiatan yang bertujuan mengingat kembali perjuangan Kanjeng Nabi dalam menyempurnakan akhlak manusia, serta menambah kecintaan untuk memperoleh syafaat dunia akhirat.
Demikian juga di dalam tradisi Kristiani ada peringatan Natal yang merupakan hari lahir Yesus Kristus-Nabi Isa A.S- juga sebagai perwujudan cinta dan kasih umat Nasrani kepada sosok yang memberinya jalan terang. Di dalam iman Buddha juga terdapat hari raya Waisak yang sekaligus memperingati tiga peristiwa, yakni lahirnya Pangeran Siddharta, pencapaian Pangeran Siddharta menjadi Buddha, dan wafatnya Buddha Gautama (Pangeran Siddharta).
Bahkan menjadi kelaziman, dalam suatu organisasi memperingati hari-hari penting dan waktu-waktu penentu suatu peristiwa dengan kegiatan penuh semarak, mulai upacara, pertandingan olah raga, donor darah, renungan malam hingga santunan kepada yang kurang mampu. Tak lupa setiap 17 Agustus kita memperingati kemerdekaan negara Republik Indonesia, menjadi tanda dan awal bangsa Indonesia lahir sebagai bangsa dan negara merdeka.
Di dalam kematianpun terdapat waktu untuk mengingat kepada leluhur yang telah meninggal, terutama dalam khasanah Islam di Jawa, mulai dari 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, setahun (pendhak) hingga 1000 hari. Semua diperingati dengan penuh suka cita, berkirim doa dan harapan kepada Alloh Tuhan yang memberi segalanya kepada manusia.
Begitu penting dan mengikatnya waktu terhadap kehidupan manusia, bahkan Tuhan-pun bersumpah demi ashar, demi duha, demi fajar, demi subuh, dan Tuhan menetapkan waktu-waktu tertentu bagi manusia untuk beribadah kepada-Nya. Lima waktu utama untuk ibadah salat umat Islam mulai subuh, zuhur, asar, magrib dan isya. Demikian juga dengan ibadah dalam iman Kristiani, Hindu dan Buddha memiliki waktu sendiri-sendiri. Terima kasih tak terhingga kepada penemu jam yang dengan rekayasanya memudahkan kita untuk mendekat kepada Tuhan sesuai waktu yang ditentukan. Betapa riuhnya bila tak ada jam, kita akan berdebat berkepanjangan menentukan fajar yang berbentuk cahaya putih agak terang dan menyebar di ufuk timur sebagai penanda salat subuh.
Karena sejatinya kita adalah makhluk penghuni surga, kita adalah pendatang di bumi, kita adalah alien di bumi, yang tak kuasa mengulang waktu, maka bumi adalah tempat kita mendulang amal sebagai bekal untuk kembali ke tanah kelahiran manusia.
Maha tak terkira Alloh yang menciptakan manusia untuk hidup di bumi dengan waktu yang terbatas, untuk mencari bekal hidup di waktu yang tak terhingga, kekal abadi selamanya-kholidina fiiha abada.
Apabila manusia modern menyatakan waktu adalah uang, sebalikan Kanjeng Nabi berpesan, siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).
Karena hidup bukan sekadar untuk menjadi yang terbaik, maka berbuat baik, berbuat baik dan berbuat baik. Kebenaran letaknya ada di hati dan outputnya adalah kebaikan, maslahat, kebijaksanaan, kejujuran, amanah, perdamaian, tepo seliro, biso rumongso, dan hal-hal yang membuat orang lain nyaman, aman dan percaya dengan keberadaan kita.
Seperti warung, kebenaran letaknya ada di dapur, outputnya adalah pecel tumpang jalan Doho, sup iga bakar Wilis, sate Balowerti, krengsengan bu Hardjo, soto mantenan, rawon Mayor Bismo, lodho ayam Sambi, bakso Barokah dan semua masakan yang tak perlu kita tahu dimasak dengan kompor merk apa, pancinya aluminium atau besi dan sederet kebenaran lain untuk menghasilkan masakan yang legit di lidah.
Karena masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, yang akan menentukan di mana kelak kita ditempatkan, saat tak ada lagi batasan ruang dan waktu, saat manusia menuai apa yang ditanam di dunia.
Akan tiba masa
tak ada suara dari mulut kita
Berkata tangan kita
tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
kemana saja dia melangkahnya
(Chrisye).