Kediri

Kenormalan Baru

Imagine there's no heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us, only sky

-John Lennon: Imagine-

 

Kenormalan baru dialami Nabi Adam saat terusir dari sorga dan turun ke bumi karena tergoda rayuan iblis yang tidak rela makhluk baru bernama manusia digadang-gadang menjadi khalifah di dunia, sedangkan iblis yang telah ribuan tahun beribadah dengan tekun harus bersujud kepada pendatang baru ini. Di bumi, Nabi Adam harus memulai segala sesuatunya dengan sangat berbeda dari saat berada di sorga. Ketika masih di sorga hanya membatin dan berkeinginan semua sudah tersedia sekejapan mata, tanpa bersusah payah untuk melakukan usaha dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dan saat menghadapi kenormalan baru hidup di dunia yang dilakukan Nabi Adam adalah Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.

Kenormalan baru ditempuh Nabi Ibrahim saat mencari petilasan nenek moyangnya yakni Nabi Adam, dari Mesopotamia hingga sampai ke negeri Makkah yang diberkati, maka sebagai pengingat hal itu Nabi Ibrahim dengan dibantu putranya, Nabi Ismail, mendirikan Ka’bah agar manusia tidak lupa asal-usulnya. Menjalani kenormalan baru di Makkah dan sebagai rasa syukur serta tunduk pada Allah, Nabi Ibrahim bermunajat Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

Nabi Yunus memasuki kenormalan baru saat berada dalam perut ikan, karena melarikan diri dari misi suci kepada kaumnya, sebuah langkah kekasih Allah yang langsung mendapat teguran dan sebagai pengingat bahwa yang dilakukan adalah kekeliruan. Dalam kondisi gelap gulita dan kepengapan yang luar biasa serta kebingungan tidak tahu harus bagaimana, Nabi Yunus-pun menyesali perbuatannya Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.

Setelah melalui perjalanan panjang dan berliku, Nabi Muhammad SAW menyigi kenormalan baru ketika tiba di Madinah dan disambut dengan penuh kegembiraan oleh segenap penduduk Madinah, baik yang telah berislam maupun yang masih berkeyakinan dalam iman lama mereka.

Tiga hal krusial yang dilakukan Kanjeng Nabi sesampai di Madinah adalah membangun masjid dan menjadikannya sebagai pusat segala kegiatan, mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshar, serta membangun persaudaraan dengan kaum lain yang menghuni Madinah hingga tercetus Piagam Madinah yang menjadi konstitusi pertama dalam membangun masyarakat yang bhineka berdasarkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan bersama.

28 Oktober 1928 seratus tahun setelah Perang Jawa, pemuda Indonesia yang resah dengan perjuangan bangsa Indonesia yang masih bersifat sporadis, sendiri-sendiri, belum bersatu sehingga mudah dipatahkan oleh penjajah Belanda, dengan keberanian yang luar biasa, di tengah ketatnya pengawasan dan intimidasi penjajah Belanda, setelah mendengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya, para pemuda yang berasal dari berbagai suku, etnik dan agama mengaku bertumpah darah yang satu tanah Indonesia, berbangsa yang satu bangsa Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia merintis kenormalan baru bahwa kita adalah Satu.

17 Agustus 1945 bangsa Indonesia kembali mengarungi kenormalan baru, sesaat setelah Bung Karno dan Bung Hatta, dengan sisa-sisa malaria yang masih menggigilkan raga, memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Kenormalan baru dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka, dari bangsa yang beratus tahun di bawah perintah bangsa lain, menjadi bangsa yang berdikari, dari bangsa yang harus mengikuti kemauan bangsa lain menjadi bangsa yang mampu menentukan nasib sendiri. Menjejaki kenormalan baru ini pendiri republik mencantumkan kalimat yang menandakan bahwa kita adalah bangsa yang ber-Tuhan. Sila pertama Pancasila-Ketuhanan Yang Maha Esa dan Pembukaan UUD 1945 yang menegaskan atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

30 Oktober 1946 setahun setelah proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia gamang dengan beredarnya uang Belanda dan uang Jepang, ditambah kembalinya NICA (Netherlands Indies Civil Administration atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) juga mengedarkan mata uang NICA, pemerintah Indonesia di sela konflik kepentingan tiga kekuasaan yang masih belum rela atas kemerdekaan Indonesia, mengambil langkah berani menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI). Pak Sjaf (Sjafruddin Prawiranegara) selaku Menteri Keuangan saat itu berpesan kepada rakyat Indonesia, berhematlah sehemat-hematnya, jangan membeli apabila tak perlu sekali, tanyalah kepada tetangga, apakah dia tidak kekurangan sesuatu apa dan apabila kita mempunyai persediaan makanan buat lebih dari lima hari, berikanlah kelebihan itu kepada tetangga yang membutuhkan (M Fuad Nasar 2021).

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Negara Kesatuan Republik Indonesia mengeluarkan Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai…merupakan bukti bahwa kenormalan baru menggunakan mata uang sendiri bukan semata-mata kerja kita, namun ada rahmat Tuhan di sana. Kalimat tersebut juga mengingatkan agar dalam bertransaksi mengutamakan yang halal dan baik, tidak bertransaki dalam ketidakbaikan, kemudaratan, kemungkaran dan transaksi yang membuat Tuhan tidak senang.

Kenormalan baru yang pasti ditemui setiap insan yang bernyawa yang bernama manusia adalah alam kubur dan alam akhirat, dimana tak berlaku lagi jumlah rupiah yang kita tumpuk untuk memenuhi kesenangan dan keinginan hidup di dunia, tak berguna lagi harta yang tak habis hingga tujuh turunan, tak akan menolong jabatan yang pernah kita emban di dunia, yang ada hanya syafaat Kanjeng Nabi dan rahmat Tuhan yang tak terhingga.

Kenormalan baru adalah kondisi ruhani bukan jasmani, ruang jiwa bukan duniawi, mengkayakan hati bukan sekadar materi.

Selamat Hari Oeang Republik Indonesia ke-76

Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-94

Selamat meniti kenormalan baru.

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

IKUTI KAMI

Search