Kediri

Ujian

 

Ayo mbak terus berjuang

-amilia zakiyyah: erna purwati-

 

Karena hidup adalah ujian dan cobaan, maka tak ada orang hidup tanpa mengalami suatu ujian. Betapa aneh Allah yang maha tak terkira, semakin dekat seseorang dengan-Nya semakin berat tingkat ujian yang diterimanya, para Nabi, auliya dan para kekasih-Nya, dari mulai manusia pertama hingga rasul akhir zaman.

Betapa sangat sedih hati orang tua yang menyaksikan anaknya tega mengambil nyawa anaknya yang lain, hanya karena perjodohan yang tidak sesuai keinginan. Sedangkan dia adalah manusia pertama penghuni sorga yang langsung berdialog dengan Tuhan.

Sangat menyesak suasana hati seorang ayah yang menyaksikan anaknya memilih untuk turut bersama orang-orang yang mendapat bala Tuhan, daripada memilih keselamatan naik perahu bersama kaum yang mengikuti jejak sang bapak.

Tak terkira hancur hati seorang bapak menerima perintah dari Tuhan untuk menyembelih anak yang ditunggu-tunggu kelahirannya selama bertahun-tahun, dalam kondisi masa balita sedang lucu, menggemaskan, ngangeni, sedangkan dia adalah khalilullah, kekasih Allah.

Sungguh dilematis perasaan seorang kakek saat mengampuni musuhnya, karena ia tahu kelak cucu orang inilah yang akan menghabisi cucunya di padang Karbala, padalah beliau adalah Al-Mubasyir, pemberi kabar gembira.

Kekayaan adalah ujian kemiskianan adalah ujian, kelebihan adalah ujian kekurangan adalah ujian, sakit adalah ujian sehat adalah ujian, kesempatan adalah ujian dan kesempitan juga ujian. Ujian kehidupan bukan sekadar agar lulus seperti anak sekolah yang naik kelas, untuk mendapatkan nilai yang bagus. Lebih dari itu, ujian mendewasakan seseorang, ujian adalah keberbudayaan kita dalam menapak kehidupan. Ujian menunjukan seberapa kuat kita melangkah dan seberapa jauh kita mampu menempuhnya.

Dari tanggal 31 Oktober 2022 sampai dengan 3 November 2022 seluruh pegawai lingkup Direktorat Jenderal Perbendaharaan mengikuti ujian tahunan hard competency, tak terkecuali pegawai KPPN Kediri. Bertujuan menyegarkan kembali dan menguji tingkat pemahaman pegawai terhadap pelaksanaan tugas sehari-hari, yang tak lepas dari peraturan perundang-undangan serta SOP yang wajib dipatuhi oleh setiap pegawai agar proses bisnis pekerjaan yang dilakukan senantiasa berjalan on the track.

Ada satu titik tumpu yang harus dilalui setiap pegawai agar dapat dinyatakan lulus ujian tahunan, nilai minimal 78 dengan jumlah soal 50 yang harus dijawab dengan benar. Tersedia lima kali kesempatan bagi yang belum memenuhi target nilai yang ditetapkan, sehingga memberi peluang kepada pegawai untuk memperbaiki hasil ujiannya.

Tak terkira riuh suasana saat ada yang memperoleh nilai dengan sangat memuaskan, memacu yang lain untuk dapat memperoleh nilai yang sama atau lebih. Nilai tidak sekadar nilai, lebih dari itu adalah cara menunjukan keberadaan kita, cara kita berbicara, cara menyampaikan kehadiran kita diantara yang ada.

Budaya setia kawan, memberi semangat dan saling berbagi sangat terlihat dengan jelas di sini. Tidak meninggalkan kawan yang masih mengerjakan soal ujian dengan begitu saja, berbagi ilmu dan kecakapan agar tak ada sahabat yang tidak mampu menjawab soal yang ada. Tak ketinggalan saling memberi semangat saat yang lain masih mencoba lagi untuk memperbaiki nilai yang didapatnya. Begitulah seorang sahabat, tertawa paling keras saat ada yang terjatuh, namun dia pula yang pertama kali menolong untuk bangkit.

Maka yang ada hanya nilai-nilai kekeluargaan, kebersamaan dan kepedulian, rasa senasib sepenanggungan, empati dan simpati. Hal ini sangat baik sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, ditambah dalam memasuki akhir tahun yang sudah menjelang. Kenaikan volume pekerjaan yang akan terjadi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya perlu diantisipasi lewat hal-hal semacam ini, sehingga pada saatnya tiba tak ada kekagetan untuk menyelesaikannya.

Itu semua mengingatkan bahwa hidup tidak lurus-lurus saja, ada naik turun dan belokannya, semua tergantung cara kita menyikapinya.

Dalam budaya Islam ujian dan cobaan senantiasa mengiringi hidup setiap insan, karena itu Allah memberi kunci, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir (Al-Baqarah: 286).

Bentuk cinta dan kasih sayang Tuhan kepada hamba-hamba-Nya, bahkan sebelum melakukan kesalahan sudah diajarkan untuk memohon dan mengemis rahmat-Nya, menandakan Tuhan tidak membiarkan begitu saja hamba-Nya menjalani hidup di dunia. Semua diberikan bekal sebagai langkah awal untuk kembali ke kampung sejati, kembali ke asal mula manusia, maka Tuhan memantaskan hamba-Nya untuk menempuh itu semua.

Tuhan maha tahu manusia tempat salah dan khilaf, yang sangat mungkin tidak disadari oleh manusia itu sendiri, maka diberilah manusia jimat agar Allah senantiasa meluaskan ampunannya, bahkan sebelum kita menyadari telah melakukan kesalahan.

Karena segala sesuatu adalah rahmat, barakah, kebaikan, hikmah, pendidikan dan maslahat yang senantiasa mengiringi kita dalam kehidupan.

Kau jaga putaran cinta itu dengan kemurahan

Terima kasih Kau kasih juga aku rasa berperan

Ialah menjalani hidup pasrah bongkokan

-emha ainun nadjib: pasrah bongkokan (rahman rahim cinta)-

 

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

IKUTI KAMI

Search