Guru
Hormati gurumu sayangi teman
Itulah tandanya kau murid budiman
-saridjah niung: pergi belajar-
Selesai menciptakan manusia pertama yang bernama Adam, Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar” (Q.S. Al-Baqarah: 31), Allah adalah Guru bagi manusia dan alam semesta, meski kebanyakan manusia menjadi pendurhaka dan tidak mempercayai ada-Nya, bahkan manusia pertama yang ingkar adalah anak Nabi Adam. Sungguh suatu ironi, Nabi Adam adalah manusia yang bercakap-cakap secara langsung dengan Tuhan, namun anaknya menjadi manusia yang mengingkarinya.
Setelah tahu bahwa korbannya ditolak Allah, Qabil yang tidak terima dengan keputusan Allah melampiaskan iri dan dengkinya dengan memisahkan nyawa Habil dari raganya, dan inilah darah pertama yang tertumpah di atas bumi. Sejenak Qabil kebingungan apa yang harus dilakukan dengan tubuh adiknya yang telah menjadi mayat, kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya (Q.S. Al-Maidah: 31), burung Gagak adalah guru bagi manusia. Penelitian ilmuwan Bernd Heinrich dari Universitas Vermont Kanada dan Thomas Bugnyar dari Universitas St Andrews Skotlandia menunjukan kemampuan mental luar biasa para gagak, yang menjadikannya salah satu hewan cerdas di muka bumi (umma.id).
Kanjeng Nabi SAW diutus ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlak ummatnya, mengajarkan kebenaran, membedakan yang baik dan buruk, haq dan bathil, mengutamakan tetangga, menghormati tamu, mencintai sesama dan segala hal agar Allah rida dengan kita. Nabi adalah guru bagi seluruh manusia. Begitu mulia kedudukan seorang guru di mata Tuhan sejalan dengan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi, bacalah (Q.S. Al-Alaq:1) memerlukan keberadaan guru untuk mengajar membaca.
Ibu mendidik anak-anaknya dalam menghadapi kehidupan, mengajarkan hal-hal kebaikan sejak masih dalam kandungan hingga anak dewasa, bahkan selama hidupnya ibu adalah seorang ibu dan anak tetap menjadi anak. Ibu menuntun anak-anaknya mengucapkan kata-kata baik, persis seperti Tuhan mengajarkan Adam nama-nama. Menasihati tentang sopan santun, tata krama dan tepa seliro bagaimana berinterkasi dengan sesama teman, dengan orang yang lebih tua, terhadap yang lebih muda. Membimbing dengan tekun saat anak-anaknya pertama kali mengenal huruf dan aksara, mengucapkan dan mengejanya. Ibu mengejawantahkan pesan Nabi dalam kehidupan sehari-hari, didiklah anakmu dari buaian hingga liang lahat (meski bukan hadits yang sahih sanadnya). Ibu adalah guru bagi anak-anaknya.
Padi (tumbuhan) mencontohkan kepada manusia yang telah menanamnya, untuk semakin merunduk saat bertambah isinya, saat bertambah ilmunya, saat bertambah hartanya, saat bertambah tinggi pangkat dan derajatnya, tidak menjadi sombong, tidak bertambah angkuh, tidak menyepelekan yang lain. Memberikan buahnya (gabah) sebagai bahan makanan manusia, kulitnya (bran) untuk media penyimpan es agar tidak mudah mencair, bekatulnya menjadi bahan pakan ayam, dan batangnya (damen) sebagai pakan ternak (sapi), tak ada yang terbuang percuma. Padi (tumbuhan) adalah guru bagi manusia.
KPPN Kediri memandu satuan kerja mitra dalam melaksanakan proses pelaksanaan anggaran yang baik dan berkualitas, dari awal hingga akhir tahun berkenaan, bahkan langkah-langkah strategis dalam menghadapi tahun berikutnya telah disosialisasikan agar satuan kerja dapat merencanakan kegiatannya dengan efektif, tidak menumpuk tagihan di akhir tahun, membuat Rencana Penarikan Dana secara matang, menetapkan jumlah Uang Persediaan agar dapat di-SPM GU-kan tepat waktu, perikatan pengadaan barang dan jasa tidak terlambat, pembayaran belanja pegawai pada awal bulan dan penyesuaian anggaran atas kegiatan yang menjadi kebutuhan satuan kerja dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. KPPN Kediri adalah guru bagi satuan kerja mitranya.
Alih-alih untuk sekadar menjadi pintar, guru mendidik muridnya untuk menjadi manusia seutuhnya, karena untuk menjadi pintar secara wadag, dengan kemajuan teknologi dan informasi saat ini, dapat diperoleh dari mana saja di dunia maya. Silakan bertanya tentang bagaimana menjadi baik, google akan memberitahukan pengetahuan dan ilmunya. Silakan mengonfirmasi bagaimana atau kemana arah dan jalan menuju kemaksiatan, google akan menunjukannya, lengkap dengan peta dan gambar serta nama-namanya. Tidak peduli akan memilih jalan kebaikan atau kemaksiatan.
Seorang guru tidak akan mendidik murid-muridnya menjadi manusia yang tidak bermanfaat, seorang guru tidak akan menasihati murid-muridnya bertindak sesuka hati yang tidak mempedulikan bahwa ada manusia lain, ada makhluk lain di muka bumi yang harus juga dihormati. Seorang guru akan senantiasa menjaga murid-muridnya dari hal-hal yang merugikan dunia dan akhirat, seorang guru akan senantiasa memelihara murid-muridnya dari ketidakbaikan dan ketidakmaslahatan. Karena guru untuk digugu dan ditiru, meski terkadang segala niat baik itu disalahpahami dan dapat menjadikan guru sebagai tersangka tindak kekerasan kepada murid-muridnya.
Tahun 1994 melalui Kepres Nomor 78, atas jasa dan perjuangan para guru di tanah air, pemerintah menetapkan tanggal berdirinya PGRI sebagai Hari Guru Nasional. Momen ini berawal dari Kongres Guru Indonesia di Surakarta, tanggal 23-25 November 1945, terbentuk organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia.
30 tahun sebelumnya, pada 1912 guru-guru pribumi pada zaman penjajahan Belanda mendirikan Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB), sebuah organisasi yang bersifat unitaristik, tanpa memandang perbedaan ijazah, tempat kerja, kedudukan, agama, suku, golongan, gender, dan asal usul, independen, berlandaskan pada kemandirian dan kemitrasejajaran. PGHB memperjuangkan anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda, pada perbaikan nasib serta kesamaan hak dan posisi dengan Belanda.
Tahun 1932, tigapuluh dua organisasi guru yang berbeda-beda latar belakang, paham dan golongan sepakat bersatu mengubah nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI), penggunaan kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan dan perjuangan PGI bukan lagi sekadar nasib guru, melainkan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan (kompas.com).
Manusia berguru pada alam, manusia berguru pada binatang, manusia berguru pada manusia, ibu adalah guru bagi anak-anaknya, guru dan dosen adalah guru bagi murid dan mahasiswanya, kiai adalah guru bagi santrinya, pemimpin menjadi guru bagi yang dipimpinnya, kawan menjadi guru bagi temannya, dan kita semua adalah guru.
Selamat Hari Guru Nasional.