Kantorku Surgaku
: kppn kediri
aku cuma punya
kata rasa asa cita
kupersembahkan kepadamu
seluruhnya
-khs-
Waduk Wonorejo yang terletak di Desa Wonorejo Kec. Pagerwojo, merupakan waduk terbesar se-Asia Tenggara dengan luas 380 ha dan menghasilkan debit air 15.000 m3 per detik yang berasal dari Kali Gondang. Berfungsi sebagai PLTA, penyedia air bersih, irigasi sawah dan ladang serta tempat pariwisata bagi penduduk sekitar maupun luar Tulungagung. Proses pembangunan waduk dimulai pada Juni 1994 dengan biaya dari pinjaman Pemerintah Jepang dan diresmikan oleh Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri pada 21 Juni 2001.
Pagerwojo yang berarti pagar besi, sebuah daerah di pegunungan yang masih bagian dari Gunung Wilis dan bersambung dengan Gunung Klothok di Kediri. Pagar besi diantara dua gunung, “hingga apabila dia telah sampai diantara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembiacaraan, mereka berkata hai Dzulkarnain sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka” (Q.S. 18: 93-94), maka jadilah pagerwojo (pagar besi) yang memisahkan mereka dengan Ya’juj dan Ma’juj hingga Tuhan menakdirkan dinding tersebut runtuh, “dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS An Naml [27]: 88). Dengan bergeraknya gunung, tembok besi yang dibuat Dzulkarnain sedikit demi sedikit retak, runtuh dan membuka celah dan pintu bagi Ya’juj dan Ma’juj untuk keluar.
Selain kisah ribuan tahun yang lewat, Gunung Wilis dan Gunung Klothok juga menyimpan kisah heroik anak bangsa dalam mempertahankan kemerdekaannya. Jenderal Soedirman, yang tidak sudi berunding dengan Belanda yang ingin menancapkan kuku kolonialismenya kembali di Indonesia lewat Agresi Militer, melakukan taktik perang gerilya yang disusun pada Mei 1948. 24 Desember 1948 Jenderal Soedirman menginjakkan kaki di Kediri, menginap di rumah yang saat ini dimiliki dokter bedah tulang, Yoyok Prasetyo, di Jalan M.H. Thamrin 54, Kediri.
Setelah mematangkan strategi, rombongan Jenderal Soedirman meninggalkan Kota Kediri menyeberangi Sungai Brantas menuju Dusun Karangnongko dilanjutkan ke utara dan tiba di Desa Goliman di lereng Gunung Wilis. Tinggal di Goliman dari 27 Desember 1948 hingga 6 Januari 1949. Awal Januari 1949 rombongan pasukan Jenderal Soedirman tiba di Bajulan (Nganjuk). Setelah sembilan hari tinggal di Bajulan, mengingat keberadaannya telah terendus oleh Belanda, Jenderal Soedirman bergerak ke barat melintasi Wilis menuju Ponorogo, Trenggalek hingga Pacitan (Tempo: Seri Tokoh Militer).
Drs. H. Moh. Pairin, M.Pd.I mubalig dari Kementerian Agama Kab. Kediri berpesan kepada seluruh pegawai KPPN Kediri dalam pengajian bulanan bertempat di Musala Al-Maliyah KPPN Kediri, agar menjadikan dan menempatkan jargon kantorku surgaku dalam melaksanakan tugas sehari-hari di kantor. Harapannya setiap pegawai KPPN Kediri senantiasa bekerja dengan niat ibadah, penuh kegembiraan dan mengutamakan nilai-nilai ilahiah.
Sejalan dengan pesan tersebut dan dalam rangka meningkatkan kapasitas pegawai serta membangun budaya organisasi (internalisasi budaya Kementerian Keuangan), tanggal 3 Desember 2022 bertempat di Dendy Sky View Jalan Raya Waduk Wonorejo, Bantengan, Mulyosari Kec. Pagerwojo Kab. Tulungagung, KPPN Kediri melaksanakan kegiatan capacity building periode Triwulan IV Tahun 2022.
Sebuah café dengan konsep kekinian yang sangat instagramable, menyatu dengan hutan pinus, dengan kontur tanah lereng yang naik turun, membuat suasana terasa adem dan sejuk. Sebelah barat terlihat Waduk Wonorejo dengan latar belakang Gunung Wilis, sebuah lokasi tetirah yang pas dan syahdu dalam menikmati senja sambil mengangankan masa depan.
Bangunan utama merupakan bangunan kayu berbentuk segi enam menjulang setinggi tiga tingkat, mengingatkan dengan bangunan utama sirkus atau pasar malam di masa silam. Di ruangan ini pegawai KPPN Kediri bergandengan tangan menikmati keceriaan dengan aneka acara, menghadirkan Lee Min Ho dan Pak Tarno (magician yang tenar dengan slogan tolong dibantu ya prok prok prok).
Pak Nurwedi Tjahjono (sebagai Bapak kita semua) menyampaikan pesan dan nasihat tentang pentingnya budaya Kementerian Keuangan yang merupakan penjabaran dari nilai-nilai Kementerian Keuangan sebagai salah satu sarana membentuk attitude pegawai. Attitude merupakan sikap, perilaku, atau tingkah laku seseorang dalam melakukan interaksi dengan orang lain yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap tersebut (gramedia.com). Selain ketrampilan dan pengetahuan, attitude adalah hal paling penting dalam bekerja. Ketrampilan dan pengetahuan dapat diperoleh melalui pelatihan dan pendidikan, sedangkan attitude adalah sikap yang terbentuk sejak kecil, yang dalam budaya Jawa dinamakan patrap, yakni watak, tingkah laku dalam berinteraksi dengan yang lain, ada nilai kesadaran di dalamnya. Dan ini terpatri di dalam jiwa setiap pegawai yang terwujud pada kaus seragam capacity building, be positive.
Selanjutnya acara dipandu oleh Lee Min Ho dibantu Pak Tarno serta pranata cara Ibu Atik (sebagai menara cahaya KPPN Kediri) dengan tukar menukar kado (hadiah yang sudah dibatasi nilainya minimal Rp25.000,00) menggunakan sistem ban berjalan, serta lemparan bola api. Barangsiapa memegang bola api saat tanda musik/lagu dihentikan oleh artis Lee Min Ho, saat itulah si pemegang mendapat tugas dari sepilihan tugas dalam amplop yang disediakan oleh Ibu Atik. Sebuah hukuman yang tidak membuat jera, bahkan menjadikan atmosfer bertambah ceria dan menular ke semua peserta.
Pada akhirnya semua mendapat hadiah dan tugas dalam amplop yang telah direkatkan di bawah kursi peserta. Meski sekadar berpelukan dengan teman sebelah atau memijit kawan yang lelah, bahkan berbagi gula-gula ke semua sahabat yang ada, membuat rasa bahagia mengalir memenuhi dada. Acara ditutup dengan makan bersama, nasi hangat dengan ayam panggang serta irisan mentimun dan selembar daun kol, tak lupa sejimpit sambal menjadikan siang di awal Desember itu bertambah sumringah.
Bersyukur pada Sang Maha Kuasa, dengan merundukkan kepala hingga menempel di lantai, bersujud, atas limpahan berkah dan rahmat yang tak terhingga, menunjukkan manusia tak punya daya dan kuasa apa-apa, diwujudkan dengan zuhur bersama.
Rumah kaca, sebuah bangunan dengan genteng kaca dan lantai kayu serta rangka baja, tempat berfoto berdua, bertiga, berempat, berlima, berenam hingga bergabung semua, masih dengan tawa dan canda menghias di sela gaya. Gerbang Dendy Sky View, satu titik pengambilan gambar dengan pola segitiga, sekali lagi bahwa hidup berpuncak pada Tuhan, tetap dengan sikap yang penuh makna.
Mengakhiri dengan janji, kita akan jumpa lagi di sini, mengikat kata menjalin rasa, demi masa depan lebih ceria dan penuh sukacita.