Kerikil
mudah-mudahan tak akan pernah terucap lewat mulut kita,
atau terendam di kesadaran kita
maupun tak terasa terahasiakan di bawah sadar kita
ungkapan-ungkapan yang meremehkan manusia
-mbah Nun-
Salah satu wajib haji yang harus dijalankan oleh setiap jemaah adalah melontar jumroh, yakni kegiatan melempar batu kecil/kerikil ke tiga tiang yang melambangkan setan yang telah menggoda Nabi Ibrahim A.S.
Kegiatan ini merupakan implementasi dari kejadian ribuan tahun yang lewat, saat Nabi Ibrahim menerima wahyu untuk menyembelih putra satu-satunya, yang sedang tumbuh menggemaskan, ngangeni dan lucu-lucunya, setelah sekian puluh tahun ditunggu dari sang istri, Bunda Siti Hajar. Tak terkira cemas melanda Sang Nabi memikirkan perintah Tuhan yang harus dilaksanakan, bahkan harus hingga tiga kali mimpi wahyu itu datang untuk segera dilaksanakan.
Meski dengan berat hati, masygul, keengganan sebagai manusia yang harus mengurbankan putranya, namun tetap dijalani dengan keikhlasan yang tak ada bandingnya. Dalam perjalanan menuju tempat untuk melakukan pengurbanan, setan yang senantiasa menggoda manusia untuk mengingkari perintah ilahi, tidak terima begitu saja, melihat tekad Nabi Ibrahim yang lurus dalam menjalankan perintah Tuhan.
Digodalah Sang Nabi dengan kata dan kalimat yang memojokkan, ayah macam apa yang tega membunuh anaknya, hanya karena sebuah mimpi yang merupakan bunga tidur, anak satu-satunya yang sangat dicinta dan disayang, ditunggu kelahirannya selama puluhan tahun, dan sekarang setelah menginjak masa kanak-kanak mesti disembelih, sebagai bukti nyata bahwa Sang Nabi lebih mencintai Tuhannya dari pada apapun, meski anaknya sendiri.
Nabi Ibrahim mengusir sang penggoda yang terus mengikutinya dengan lemparan kerikil, batu-batu kecil seukuran ruas jari, dengan harapan setan pergi dan tidak merecoki lagi perjalanannya. Namun setan pantang menyerah, tak kuasa menggoyahkan iman Nabi Ibrahim, dia berbelok arah ke sisi Nabi Ibrahim, melemparkan ujaran kepada Bunda Siti Hajar, dengan kata dan kalimat yang kurang lebih sama, tetapi lebih kepada hasutan agar menghalang-halangi niat Nabi Ibrahim yang mengajak putranya ke tempat pengurbanan.
Bagaimana mungkin seorang ibu yang telah mengandung selama sembilan bulan, membiarkan anak satu-satunya dijadikan kurban yang tak masuk akal, bahkan mestinya sang bunda menghalangi niat Nabi Ibrahim, mengingat ibu sebagai perempuan lebih mengutamakan perasaannya yang halus, penuh kasih dan cinta kepada anaknya. Usaha inipun gagal total, Sang Bunda bergeming, tak terpengaruh dengan kata manis, bujukan dan hasutan setan yang dibalas dengan lemparan kerikil, dan setanpun beralih ke usaha terakhir untuk menggagalkan niat Nabi Ibrahim memenuhi panggilan Tuhan.
Sang Putra, Ismail kecil, dibujuk rayu dan diiming-iming dengan kesenangan serta mainan dunia dengan harapan sebagai anak kecil akan tertarik dan tergiur, sehingga dapat membelokkan dan memengaruhi niat bapaknya. Namun Ismail kecil bukanlah anak biasa, yang akan mudah terpikat dengan mainan yang hanya bersifat sementera.
Ismail kecil dengan jari-jari mungilnya melempari sang penghasut dengan kerikil, mengusirnya agar menjauh dan tidak menggodanya kembali dengan kata dan kalimat serta janji-janji yang menggiurkan, tak menggoyahkan ketetapan hati untuk tetap mengikuti jejak sang ayah menjadi hamba Tuhan yang mukhlisin, terus berjalan menuju yang sejati.
Melihat keteguhan dan ketetapan keluarga Nabi Ibrahim, setan meninggalkan mereka dengan kedongkolan yang luar biasa, tak biasa ia mendapat perlawanan yang kokoh bahkan dari anak yang belum menginjak dewasa.
Ia teringat ketika mengikat janji dan tawar menawar dengan Tuhan, bahwa akan digodanya manusia hingga banyak yang akan menemani dirinya melewati pintu neraka. Hari itu ia gagal total menghasut satu keluarga untuk menolak perintah Tuhan, satu hal yang menjadi penyesalan di kemudian hari, mengingat Nabi Ibrahim adalah bapak para Nabi, yang menurunkan nabi-nabi setelahnya, bahkan dari Ismail kecil kelak akan menurunkan Nabi akhir zaman, menjadi penerang dunia, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang benderang, dunia dan akhirat.
Pengurbanan keluarga Nabi Ibrahim terbayar lunas saat Ismail kecil ditukar oleh malaikat dengan seekor domba, yang menurut satu riwayat merupakan domba yang dikurbankan oleh Habil putra Nabi Adam, gemuk, besar, sehat. Dan atas petunjuk cucu Nabi Ibrahim yang menjadi Rasul pamungkas, tradisi kurban diteruskan oleh umat Islam setiap tanggal 10 Dzulhijah sebagai Hari Raya Idul Adha atau Idul Qurban.
Hari-hari ini KPPN Kediri sedang giat-giatnya mempersiapkan segala sesuatu dalam menghadapi proses pelaksanaan penilaian zona integritas Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), sebagai kelanjutan predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) yang telah diperoleh di tahun sebelumnya. Perjuangan telah ditorehkan, pengurbanan sudah ditumpahkan, tujuan telah di depan mata. Masing-masing individu pegawai KPPN Kediri telah melangkahkan kaki, menapak dan menyongsong tibanya cahaya WBBM.
Setiap tahap telah dilalui, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, penggalian hikmah dan pelajaran, kelengkapan, penyempurnaan, semuanya ditempuh setapak demi setapak, meninggalkan jejak yang akan dibaca oleh siapa saja, suatu saat, suatu hari nanti, bahwa pernah ada perjuangan di sini.
Perjuangan yang dilandasi dengan keikhlasan sebagaimana telah dicontohkan Nabi Ibrahim dengan mengurbankan yang paling dicinta dan disayang, demi tujuan yang lebih mulia, menyingkirkan segala anasir yang melekat dengan sifat-sifat setan.
Kerikil kesombongan, kerikil keegoisan, kerikil ketidakbaikan, kerikil kemalasan, kerikil keengganan, kerikil ketidaksetiakawanan, kerikil ketidakpedulian, kerikil kepalsuan, kerikil kepuasan sementara, kerikil riya, semuanya telah dibuang, dilempar, dikembalikan ke pemilik segala hasad dan dengki, yang tertinggal hanya kerendahan hati, kepasrahan jiwa, ketundukan dan ketidakberdayaan, bahwa tidak ada kuasa apapun dalam diri, semua berasal dari Sang Maha Kuasa.
Keyakinan yang kuat (karena kepastian adalah milik Tuhan), bahwa Allah Tuhan Yang Maha Memberi tak akan menyia-nyiakan segala jerih upaya dan usaha hamba-Nya, karena rahmat dan berkah Allah tersebar di setiap penjuru bumi, maka pin WBBM akan tersemat di dada KPPN Kediri.