Kediri

Sa’i

Pandanglah wajah anak-anak dan istrimu

Tatkala mereka tergeletak tidur di malam hari

Kalau tak membayang padanya kehadiran Tuhanmu

Maka sesungguhnya cinta sejati belum kau alami

-ean: tali di lehermu-

 

Atas saran Bunda Siti Sarah, setelah lama bertahun-tahun belum dikaruniai putra, Nabi Ibrahim mengambil seorang isteri lagi, Bunda Siti Hajar, seorang perempuan dari kalangan rakyat biasa, dan apabila ditinjau dari nama yang disandangnya, Bunda Siti Hajar bukanlah asli dari jazirah Arab, namun lebih condong berasal dari tanah Jawa.

Meski dari rakyat biasa, kecantikan Bunda Siti Hajar membuat Bunda Siti Sarah timbul cemburunya, yang pada akhirnya meminta Nabi Ibrahim untuk melukai Bunda Siti Hajar. Dan Nabi Ibrahim dengan patuh membuat luka di telinga Bunda Siti Hajar untuk selanjutnya dipasang sepasang giwang yang berdampak pada semakin cantiknya pasuryan Bunda Siti Hajar.

Ketika kecemburuan itu semakin memuncak, ditambah lagi dengan kelahiran putra semata wayang, Ismail, Allah mengutus Nabi Ibrahim meninggalkan kampung halaman menuju daerah tak bertuan, yang belum dikenal manusia, wilayah gung liwang liwung, tak ada kehidupan, hanya ada kegersangan dan tanah tandus tak bertepi, namun diberkati.

Tak berapa lama, setiba di Makkah Nabi Ibrahim segera meninggalkan Bunda Siti Hajar dan Ismail kecil, tanpa seorangpun teman maupun sanak saudara, hanya Allah tempat bergantung. Kepasrahan total kepada Tuhan penguasa seluruh alam, meyakinkan Bunda Siti Hajar bahwa tak usah resah, tak usah risau dan tak usah takut.

Saat Ismail kecil menangis karena lapar dan haus, Bunda Siti Hajar, dengan naluri seorang ibu mulai mencari mata air yang dapat digunakan untuk menghentikan tangis putranya. Ditidurkannya sang putra di tanah samping Kakbah yang belum dibangun/ditinggikan oleh Nabi Ibrahim, dan dengan bersegera mencari sumber mata air, dari bukit Safa hingga bukit Marwah, Bunda Siti Hajar berlari bolak balik hingga tujuh kali berharap menemukan mata air yang dapat melepas dahaga putranya.

Meski kaki telah lecet dan pecah-pecah tapaknya karena panas dan tersandung batu, tak didapati satupun sumber air di sekitar kedua bukit, saat itulah Tuhan menunjukkan kemaha kuasa-Nya, bahwa benar Bunda Siti Hajar tak usah takut dan risau, dari kaki kecil Ismail yang meronta memancarlah mata air yang sekarang kita kenal dengan nama zam-zam yang artinya berkumpul, atau ada yang mengartikan dengan melimpah ruah atau banyak. Dan terbukti sebagai mukjizat Nabi Ismail, hingga kini sumur zam-zam tak pernah kering, meski tanah Arab dilanda kemarau panjang.

Kesungguhan Bunda Siti Hajar dalam mencari mata air dengan berlari dari Safa ke Marwah, menjadi salah satu rukun haji/umrah yang senantiasa dilaksanakan oleh jemaah yang melaksanakan haji/umrah di tanah suci Makkah al-Mukaramah yang disebut sa’I, dibalas oleh Tuhan dengan mata air zam-zam, ketenangan dan kedamaian.

Sa’i memberikan makna sikap optimistis dan usaha yang keras serta penuh kesabaran dan tawakkal kepada Allah SWT. Kesungguhan yang dilakukan oleh Bunda Siti Hajar dengan tujuh kali mondar-mandir berjalan antara Safa dan Marwah memberikan makna bahwa hari-hari yang dilewati manusia berjumlah tujuh hari setiap pekan harus diisi dengan usaha dan kerja keras (republika.co.id).

Kesungguhan, kerja keras dan usaha KPPN Kediri dalam memberikan pendampingan kepada satuan kerja, telah dibayar tuntas oleh Tuhan dengan mendapatkan peringkat empat IKPA untuk KPPN seluruh Indonesia, sedangkan khusus KPPN tipe A1 masuk peringkat dua. Ini bukan kesungguhan sehari dua hari, namun usaha sungguh-sungguh yang terus menerus, tidak mengenal hari dan libur.

27 Juli 2023 sebagai apresiasi atas kegigihan, ketekunan serta semangat dari satuan kerja untuk mewujudkan kinerja terbaiknya, KPPN Kediri memberikan Anugerah Satuan Kerja Berprestasi periode Semester I Tahun 2023 di Aula Panjalu KPPN Kediri yang dihadiri oleh Kuasa Pengguna Anggaran satuan kerja yang memperoleh penghargaan.

Bukan perkara nilai satu lebih tinggi dari yang lain, karena dibalik sebuah nilai terekam langkah panjang para pelaku yang berusaha untuk mewujudkan secara nyata nilai tersebut, ada usaha yang dilakukan oleh banyak orang, banyak personil, dan itu hanya sebuah angka. Bukan pula perkara menang dan kalah, karena yang boleh menang dan kalah hanya ketika masing-masing berdiri di sebuah arena, sepak bola, tinju, bulu tangkis, tenis meja, bola voli, lintasan lari, di atas sadel sepeda. Lebih dari itu semua, Tuhan telah memfasilitasi sifat manusia yang senang dengan kompetisi, melalui berlomba dalam kebaikan.

Karena dengan kebaikan akan menghasilkan kemaslahatan bagi yang lain, meski terkadang kebaikan disalahartikan oleh para pengambil keuntungan, namun kebaikan tidak akan ke mana-mana, ia akan senantiasa bersama dengan orang yang mengabdikan hidupnya untuk menebarkan kebaikan itu sendiri.

28 Juli 2023, mengantar bunda NM dan IW setelah 30 tahun lebih menghibahkan hidupnya untuk organisasi, bangsa dan negara, ketelatenan dan keuletan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban pekerjaan, membuahkan hasil pintu purna bhakti yang terbuka lebar, dengan penuh keceriaan serta kegembiraan, karena betapa banyak yang tidak sampai ke titik itu, atau sampai ke titik akhir namun dengan segala hambatan dan kesedihan yang mengganjal.

Saat legenda Totok Kerot dipentaskan dengan dramatis, setiap langkah dan gerak dilakukan sepenuh hati, meski guyon dan bercanda, namun tetap dilaksanakan dengan kesungguhan, ketekunan dan keseriusan, penulis skenario, penata gerak, penata dekorasi, tata suara dan lagu, penyanyi, penata busana, bahkan penonton menepukkan kedua tapak tangan dengan keasyikan tersendiri. Karena memberikan kegembiraan dan tawa kepada yang lain adalah sebuah karunia, dan boleh jadi malaikat yang turut menyaksikan juga menyunggingkan senyum.

Semua adalah upaya untuk memberi lebih arti hidup yang telah dianugerahkan secara gratis kepada setiap insan, tak ada rasa sombong dan angkuh, tak ada adigang adigung adiguno, lebih kepada rasa syukur yang tak terkira ke hadapan Sang Penguasa yang sudah memberi kesempatan dan kemampuan untuk melaksanakan itu semua, karena la haula wala quwwata illa billah.

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

IKUTI KAMI

Search