Kediri

Percaya

Orang harus belajar memercayai, sebelum bisa dipercaya

-Jenderal Lin: The Great Wall-

 

Salah satu hal yang diperlukan dalam bebrayan sesama manusia adalah kepercayaan. Manusia mulia yang menebarkan kebaikan mendapat gelar al-amin, yang sangat dipercaya, karena beliau juga memercayai orang lain, para sahabatnya, bahwa mereka semua juga dapat berbuat kebaikan yang sama, sebagai bentuk mewujudkan kemaslahatan bagi semua makhluk Tuhan.

Bangunan kepercayaan yang diberikan masyarakat jazirah Arab waktu itu, tidak secara instan begitu saja tersemat di dada, sejak lahir ceprot di dunia, beliau sudah menunjukkan kejujuran dan ketulusan yang tak ada bandingnya, hingga bahkan para pembencinyapun masih lebih senang menitipkan sesuatu kepada beliau daripada kepada orang lain.

Dalam menyebarkan kebaikan dan kedamaian, Sang Nabi juga mengutus sahabat-sahabat tepercaya, yang saling memercayai, baik sesama sahabat, sahabat kepada junjungannya dan demikian sebaliknya. Maka berangkatlah Abdullah bin Hudzafah r.a untuk menemui Raja Persia, Salith bin Amr r.a menemui Haudzah bin Ali, raja Yamamah. Ala bin Hadhrami r.a menemui al Mundzir bin Sawa, Amr bin Ash menemui Jaifar dan Abbad, dua putra al Julanda yang menjadi raja di Oman (dekat Bahrain), Dihyah al Kabli r.a menemui Qaishar, raja Romawi. Syuja bin Wahb al Asadi r.a menemui Mundzir bin Harits bin Abi Syimar al Ghassani, Amr bin Umayyah adh Dhamri r.a menemui Raja Najasyi (republika.co.id). Karena kepercayaan menumbuhkan keyakinan, hingga kebaikan itu menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Ketika ada tugas ke ibu kota, kita dapat memilih moda transportasi apa saja untuk menempuh perjalanan sekian ratus kilometer hingga mencapai tempat yang dituju sesuai surat tugas. Yang suka dengan pemandangan dari atas awan dapat menggunakan moda transportasi pesawat, dan inipun dengan alasan dan pilihan masing-masing. Mungkin karena memilih agar segera tiba di tempat tujuan, meski waktu tunggu di bandara malahan lebih panjang dari waktu tempuhnya.

Yang memilih memandang kegelapan sambil merenung dan menghayati kehidupan, silakan menggunakan moda transprotasi kereta api yang kebanyakan berjalan pada waktu ketika mentari telah tenggelam dipeluk malam, sembari mengamati penumpang tetangga yang terkantuk-kantuk di tengah bising suara kereta menindas besi, melewati jembatan dan melintas terowongan.

Atau menikmati suasana perkampungan, desa dan kota tempat bus antar kota melintas, melewati pasar yang memberitahu kita bahwa ekonomi sedang tumbuh, melihat petani pergi ke sawah, pegawai berangkat ke kantor, anak-anak ceria bersekolah, pedagang ayam dengan obrok bambu di boncengan motornya, terlihat dua ekor ayam sedang baku cucuk memperebutkan entah atau sedang bercengkerama, penjual bakso yang tengah mendorong gerobaknya (masih adakah) sambil memukul penanda yang terbuat dari sepotong bambu ori yang semakin mengilap permukaannya akibat sering dihantam, mengabarkan bahwa yang lewat sedang menawarkan baksonya, thik thok thik thok (yang diartikan para bocah mbeling sebagai pathi thok pathi thok), penarik becak yang sedang terkantuk-kantuk di atas becaknya, yang menandakan semua baik-baik saja.

Kita yakin akan sampai ke tempat tujuan karena percaya pada pilot, masinis atau sopir yang dengan kesetiaan tiada tara mengantar kita hingga ke tempat tujuan. Demikian dengan pilot, masinis dan sopir, dengan keyakinannya sendiri bahwa para penumpang telah menyelesaikan kewajibannya, membayar biaya sekian, memenuhi persyaratan ini itu. Terjadi pertukaran kepercayaan antara penumpang dengan pilot, masinis dan sopir hingga yakin bahwa masing-masing tidak akan mblenjani janji kesepakatan.

Hubungan dua orang, lelaki dan perempuan, hingga menjadi sepasang suami istri sampai ajal menjemput dan berlanjut serta dipertemukan lagi di alam akhirat, dibangun berdasarkan kepercayaan yang menumbuhkan keyakinan bahwa masing-masing akan saling menjaga. Istri yang sangat memercayai suaminya memiliki keyakinan bahwa si lelaki akan bekerja sekuat tenaga untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami, seorang kepala keluarga. Demikian pula dengan suami yang juga sangat memercayai istrinya, meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala jerih payahnya akan dimanfaatkan istrinya untuk keperluan melanjutkan keberlangsungan keluarga.

Meski banyak hal yang perlu dipercakapkan dalam sebuah keluarga, namun kepercayaan suami istri yang menumbuhkan keyakinan masing-masing menjadi pondasi kekuatan sebuah rumah tangga. Dan jalinan suami istri ini dapat diperluas dalam kehidupan sehari-hari, hubungan pemimpin dengan rakyatnya, manusia dengan alam, antar tetangga, saudara, teman, sahabat dan hubungan kekerabatan lain yang mungkin saja terjalin mengingat sebagai manusia tak bisa hidup sendiri, makanya …Hawa tercipta di dunia untuk menemani sang Adam…(dewa 19).

Dan kepercayaan hakiki yang mestinya harus ada di dalam setiap dada manusia, hanyalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita percaya bahwa Tuhan menghadirkan kita di dunia tidak dilepaskan begitu saja, tanpa dibekali sesuatu yang mampu menopang hidup di bumi yang sangat asing dan berbeda bagi kita penduduk surga.

Kepercayaan pula yang membuat manusia mau bekerja dan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Seorang pedagang jadah bakar yang mangkal di depan kantor bank BRI di jalan Brawijaya, percaya yang berujung pada keyakinan bahwa Tuhan akan memberinya pembeli dan menjadi pelanggan setianya, karena ia telah memanfaatkan anugerah Tuhan semaksimal mungkin dengan memasak jajanan jadahnya sedemikian hingga akan terasa enak di lidah pembeli dan membuat ketagihan siapa saja yang telah mengicipnya.

Pengendara ojek tak tahu kapan ada penumpang yang akan memesan kendaraannya serta masuk dalam aplikasi ojolnya, yang ia punya hanya kepercayaan pada keadilan Tuhan hingga ia yakin bahwa hari ini akan mendapat penumpang yang akan membagikan rezekinya yang telah ditebar Tuhan hingga siapapun bebas memungutnya dengan hal-hal baik untuk memperolehnya.

Karena masa depan seperti sepiring tempe, tak ada yang tahu, maka kepercayaan yang membuahkan keyakinan penting adanya. -YDX-

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

IKUTI KAMI

Search