Kediri

Fondasi

diri sejati adalah tiada sehingga ringan sekali

-Emha: kapas dan gravitasi-

Dalam mendirikan suatu bangunan, baik yang menjulang tinggi menancap langit maupun menembus bumi beratus meter ke bawah atau yang sejajar dan datar dengan tanah, semua memerlukan dasar atau fondasi yang kuat, dengan harapan apabila fondasinya kuat, akan mampu menopang beban bangunan hingga dapat bertahan ratusan tahun, tak goyah diterpa badai dan musim yang datang silih berganti. Tak heran bila pembangunan suatu fondasi memakan biaya yang besar dan memerlukan waktu yang lebih lama dibanding bagian-bagian yang lain.

Tuhan sebelum mengangkat manusia Muhammad menjadi seorang utusan, telah meletakkan fondasi yang kuat selama 40 tahun hidup Sang Nabi, bahkan bila dirunut bisa jauh sebelum masa kelahiran. Sejak kecil sudah dijaga dari menjalani hal-hal yang tidak bermanfaat, telah ditanamkan sifat jujur yang bahkan musuh yang sangat membencinya tetap memberinya gelar al amin atau yang dapat dipercaya.

Bunda Khadijah juga sudah menunggu-nunggu dengan gelisah perihal pengangkatan suaminya menjadi utusan Tuhan, beliau sudah mendengar ramalan, desas desus dan isu-isu terkait akan muncul seorang nabi dari bangsa Arab yang meiliki ciri-ciri persis dengan yang dimiliki oleh suami terkasihnya. Dan betapa lega hatinya ketika menyambut lelaki yang telah menjadi suaminya selama 15 tahun pulang tergopoh-gopoh dari tempat biasa beruzlah, bermandi peluh, bukan keringat takut, bukan pula keringat seperti sehabis berlari menuruni bukit, namun ini lebih kepada keringat yang muncul ketika seseorang menerima beban yang bahkan langit dan bumi menolaknya.

Saat itu juga Bunda Khadijah langsung mengimaninya, menjadi pengikut dan pendukung utama atas segala gerak Nabi, tak pantang sejengkalpun menemani dalam kesusahan dan kesulitan yang telah dipastikan akan menghadang di depan, dengan adanya wahyu pertama disampaikan melalui Malaikat Jibril.

Hingga ketika perintah untuk menyampaikan ke khalayak ramai tentang kabar dari langit, beliau mengawali dengan satu pertanyaan yang dijawab dengan tegas oleh penduduk Makkah. Apabila aku katakan bahwa dibalik gunung ini ada pasukan musuh yang akan menyerang Makkah, apakah kalian percaya, dan dijawab dengan serempak oleh para hadirin yang mendengarkan, ya kami percaya.

Namun anehnya ketika diberi kabar dari yang memiliki alam semesta, mereka langsung menuduhnya gila, miring otaknya, tukang sihir dan berbagai tuduhan lain yang mungkin apabila hal tersebut dituduhkan kepada seseorang di era sekarang, pasti akan langsung diamankan oleh polisi, karena dianggap telah menimbulkan kegaduhan dan huru hara yang mengganggu ketertiban, dan para penuduhnya akan ramai- ramai membuat tuntutan agar beliau dihukum penjara.

Caci maki, hinaan, perundungan, penindasan, penistaan, rudo pari pekso, tak menyurutkan langkah Kanjeng Nabi untuk terus mengabarkan kedamaian, keselamatan dan ketentraman di bawah lindungan Tuhan yang memiliki langit dan bumi. Selama 13 tahun beliau menanamkan nilai-nilai dasar kebaikan ke setiap sahabat dan orang-orang yang mengikutinya. Menempanya dengan segala kondisi dan situasi yang apabila kita membayangkan tak akan mungkin mampu menjalaninya.

Dan tibalah masa ketika diperbolehkan untuk berpindah tempat, mencari wilayah yang lebih kondusif dalam misi penyebaran kemaslahatan bagi seluruh alam semesta. Yatsrib sebuah wilayah yang penduduknya sudah melakukan perjanjian dengan Nabi, berjanji akan membela Nabi dengan harta dan nyawanya.

10 tahun Nabi meletakkan dasar dan membangun manusia Madinah hingga menjadi pribadi pilihan yang pada periode selanjutnya berperan menyebar kebaikan ke seluruh penjuru dunia. Bukan masa yang singkat, 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah, seumur satu generasi Kanjeng Nabi meletakkan dasar-dasar keislaman yang membentuk manusia-manusia paripurna, hingga mampu menaklukan Roma dan Persia, dua adikuasa pada zamannya, tak ada yang tak gentar mendengar derap sepatu kedua pasukan dengan wilayah kekuasaan membentang dari timur hingga barat.

Kemerdekaan Indonesia tidak dibangun begitu saja sekejapan mata, jauh sebelum proklamasi dibacakan dwi tunggal Soekarno Hatta, para perintis sudah mendahului dengan meletakkan fondasi bagi persyaratan suatu negara untuk merdeka.

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, para pemuda menyepakati janji dan sumpah untuk bertanah air, berbangsa dan menjunjung bahasa persatuan Indonesia, sebagai titik tolak persatuan bangsa Indonesia.

Tahun 1908 dr Sutomo mendirikan Budi Utomo, sebagai wujud kegelisahan serta keresahan atas kondisi bangsa yang masih dalam jajahan Belanda (sudah di bawah pemerintah Kerajaan Belanda, tidak lagi di bawah VOC). Agar bangsa Indonesia tersadar bahwa Belanda ke Indonesia melakukan penjajahan, yang akibatnya hanya kesengsaraan dan ketidakberdayaan rakyat Indonesia.

Ilham tentang Pancasila ditorehkan Bung Karno di catatannya saat beliau diasingkan di Ende, di bawah kerindangan pohon sukun bercabang lima yang hingga sekarang masih dapat kita jumpai di lapangan Pancasila Ende. Saat itu berita tentang kehendak negara-negara yang masih dalam cengkeraman penjajah untuk merdeka, semakin santer terdengar di kalangan pemuda pergerakan.

Dan bila menilik lebih jauh lagi ke belakang, maka semakin tampak bahwa kehendak untuk merdeka sudah membara di masing-masing wilayah, namun seolah masing-masing pemimpin belum tahu apa yang bisa menyatukan mereka agar serempak dan bersama mengusir penjajah dari bumi Indonesia.

Masing-masing berjuang sendiri-sendiri, belum menyadari bahwa suatu hal penting yang harus ada sebelum mengangkat senjata, ada persyaratan yang harus dipenuhi sebelum mengusir penjajah yang telah ratusan tahun menghina dan melecehkan bangsa Nusantara, ada yang lebih mendesak dari itu semua, yakni persatuan. Namun apa yang bisa menyatukan kelompok-kelompok pejuang yang telah bersemangat dan bertekad untuk membebaskan bumi pertiwi dari kaki durjana yang telah menginjak-injaknya dengan semena-mena.

1 Juni 1945 di depan sidang BPUPKI Bung Karno menyampaikan pidato kebangsaan yang mencetuskan dasar negara Pancasila, dan mampu menyatukan unsur-unsur pejuang pergerakan yang berbeda-beda.

Selamat Hari Lahir Pancasila!

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
KPPN Kediri
Jl. Basuki Rahmat No.4, Balowerti, Kec. Kota Kediri, Kota Kediri, Jawa Timur 64123 
Tel: 0354-682151, 683610 Fax: 0354-682325, 686472

IKUTI KAMI

Search