Lima
Serasa pagi tersenyum mesra
Bertiup bayu membangkit sukma
-Chrisye: sabda alam-
Lagu Hari Merdeka yang digubah oleh Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar atau yang lebih dikenal dengan nama H. Mutahar, mengentak rancak diiringi..burung-burungpun memberikan salam dalam kesejukan dan indahnya pagi…(Chrisye: Pagi), lapangan voli di halaman parkir telah terbagi menjadi lima lajur dengan batas tali rafia yang membujur dari utara ke selatan, dan di ujungnya tertata kursi besi lipat hitam seolah menjaga dan bersiap untuk segala sesuatunya.
Semua telah menata diri dalam barisan yang diatur sesuai urutan umur (tak terasa…), dengan angka terbesar berdiri paling depan, dan di ujung belakang berdiri personel dengan angka terkecil. Tidak berhenti sampai di situ, untuk membentuk kelompok, lima urutan pertama dijadikan sebagai titik awal dan membentuk lima baris yang berarti menjadi lima kelompok sesuai urutan menyamping ke kiri dan seterusnya hingga angka terkecil menjadi pamungkas.
Penamaan kelompok telah diputuskan sesuai dengan lima nilai-nilai Kementerian Keuangan, Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan dan Kesempurnaan, masing-masing telah diserahi lima tugas lomba, yang harus diselesaikan oleh kelima kelompok, dengan diawasi oleh juri profesional.
Makan pisang, peserta terdiri dari tiga orang, satu orang makan pisang, satu menyuapin dan satu orang mengarahkan, karena kedua peserta ditutup mata sehingga harus ada yang menuntun dengan ucapan tanpa boleh menyentuhnya. Si pemakan duduk di kursi hitam di ujung selatan, si penyuap bersiap dari ujung utara, dan si penuntun di pinggir lapangan.
Keseruan dimulai ketika juri meneriakkan kata mulai, si penyuap mulai berjalan dengan meraba disertai teriakan penuntun dari pinggir lapangan, sedangkan penonton menambah kemeriahan dengan tepukan dan setiba di tempat pemakan, penyuap dengan arahan penuntun harus tepat menujukan pisang ke mulut pemakan, jangan sampai tertuju ke hidung, mata atau bahkan tak mengarah ke mana-mana, dan pada akhirnya yang pertama menghabiskan pisanglah yang berhak menyandang nomor satu, namun teknik menyuapin dan memakan pisang yang menimbulkan mimik jenaka di wajah pesertalah yang membuat semesta tertawa.
Giring bola dengan wajah ditutup kertas karton berbentuk kerucut (conthong, cone), yang menyisakan satu lubang kecil di ujungnya. Bukan perkara mudah dengan lubang sekecil itu, peserta harus menggiring bola dari ujung utara ke ujung selatan dalam lajur tanpa boleh melewati garis. Pada awalnya bola masih terlihat di depan mata, namun seiring waktu, bola semakin melenceng akibat tendangan yang terlalu keras, dan pandangan mata selebar lubang kecil itu tak mampu mengantisipasi keberadaan bola. Tentu podium pertama untuk peserta yang berhasil menggiring bola pada garis finish mendahului yang lain.
Kecepatan mengenakan pakaian sambil berjalan dengan kedua kaki mengapit balon, tak semudah yang dibayangkan, mengingat balon yang diapit kaki tidak boleh lepas atau meletus, sehingga selain hati-hati juga harus cermat, karena baju yang akan dipakai masih terlipat rapi dan harus mencapai garis finish di seberang lapangan dengan baju terkancing semua. Tertatih-tatih, ekah-ekeh, karena kaki terganjal balon, sambil tetap fokus dengan kancing-kancing baju sejumlah enam dan secepat mungkin tiba di ujung, betapa menggemaskan.
Balap sarung (bukan karung), dua orang masuk dalam satu sarung dan lari dari ujung utara lapangan menuju selatan, dilanjutkan dengan sepasang lagi yang lari dari selatan menuju ujung utara lapangan. Menyamakan langkah agar tidak kesrimpet atau menginjak kaki kawan yang dapat mengakibatkan terguling mencium tanah, tidak segampang yang kita bayangkan. Sorak sorai penonton dari pinggir arena semakin menambah semarak suasana, dan tak terasa mentari semakin tinggi, meninggalkan bayang-bayang yang semakin pendek.
Tersisa satu pertandingan utama, semua anggota kelompok diwajibkan untuk turut serta dalam lempar dawet estafet. Bukan sejatinya dawet, minuman khas yang terbuat dari tepung dan berbentuk seperti cacing sepanjang jari orang dewasa, dengan santan dan juruh dari gula merah, yang saat ini sudah bertambah isinya seiring inovasi dari para peramu dawet, namun lebih kepada esensinya, air yang dicampur dengan tepung sehingga menghasilkan campuran yang agak sedikit kental dan lengket.
Masing-masing telah berbaris sepanjang lajur tali rafia di lapangan voli, di depan peserta pertama telah tersedia satu keranjang berisi 35 dawet dalam kantung plastik, dan jeda sekira satu meter ke belakang peserta berikutnya yang nanti akan menangkap lemparan, untuk selanjutnya dilempar ke peserta berikutnya dan seterusnya hingga peserta terakhir yang akan memasukkan ke dalam timba yang nantinya akan dihitung berapa kantung dawet yang masih layak, siapa pengumpul terbanyak yang akan menapak podium utama.
Namun apa lacur, selesai penghitungan terjadi huru hara yang berujung pada pertempuran lempar dawet, tak ada yang tersisa, semua basah, dan tidak hanya sekadar lempar, masing-masing mulai mencari kesempatan untuk bisa membasahi kawan yang ada, dan alampun tak henti tertawa.
Tetap dalam koridor menjaga organisasi, semua tak lepas dari kelima nilai- nilai Kementerian Keuangan yang telah menjadi bagian hidup sehari-hari. Integritas yang senantiasa terjaga, tak ada satupun peserta dalam lomba makan pisang yang mengintip dari balik tutup mata agar dapat memberikan pisang tepat di mulut peserta pemakan.
Kerja sama dan sinergi yang pas, pada saat pasangan lomba balap sarung menyamakan langkah dan gerak menuju ke garis akhir, karena bila tidak pas yang akan tersisa hanya angan.
Demikian juga dengan menggiring bola dan mengenakan pakaian, meski sendiri harus tetap profesional, bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugasnya.
Dan terakhir estafet lempar dawet, menjadi ajang unjuk integritas, dawet mesti dilempar bukan dihaturkan, dan secara profesional masing-masing peserta sudah tahu tugas dan kewajibannya, serta antar peserta harus menjaga sinergi, siapa melempar siapa menangkap, siapa mengambil dari keranjang, siapa memasukkan ke wadah akhir.
Juga saling melayani, sebelum penangkap siap, pelempar tidak boleh kesusu melepaskan dawetnya, hingga kesempurnaan tercapai ketika satu kantung plastik dawet telah masuk ke penampungan dalam kondisi utuh, tidak pecah, tidak berkurang isinya.
Hadiah telah dibagikan, pose terbaik telah didokumentasikan, wangi daging kambing guling berpadu dengan kuah gule menguar seantero halaman, sarapan telah ditandaskan, dan semua merayakan ulang tahun kemerdekan negara tercinta ke-79 meski dengan cara yang sederhana sebagai wujud syukur atas berkat rahmat Allah yang Mahakuasa.
…seandainya suasana pagi ini kan sepanjang hari betapa bahagia…