"APBN bukan sekadar lembaran angka dan tabel. Ia adalah cermin kebijakan, pelindung daya beli, dan penghela pembangunan. Di tengah dunia yang tak menentu, APBN KiTa hadir menjaga harapan."
Dunia yang Berubah, Ketidakpastian yang Menetap
Dunia sedang tidak baik-baik saja. Tahun 2025 dibuka dengan bayang-bayang resesi global yang masih menggantung, inflasi yang enggan mereda, serta ketegangan geopolitik yang terus membesar. Perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan masih mengganggu harga energi dan pangan dunia. Di sisi lain, konflik di Timur Tengah kembali memanas dan memengaruhi stabilitas pasokan global, khususnya di jalur perdagangan strategis seperti Laut Merah.
Tak berhenti di situ, perubahan iklim juga menjadi tantangan nyata yang mengganggu ketahanan pangan dan menekan ekonomi global, khususnya negara berkembang. Kombinasi krisis lingkungan dan geopolitik ini melahirkan gelombang baru ketidakpastian. Di saat yang sama, suku bunga global masih berada di level tinggi, membuat pembiayaan semakin mahal dan aliran modal keluar dari negara berkembang.
Dalam kondisi ini, tak sedikit negara tergelincir dalam ketimpangan kebijakan. Sebagian bersandar pada penghematan ekstrem, sebagian lainnya terjebak dalam pembiayaan agresif yang tak berkelanjutan. Indonesia---dengan APBN sebagai senjata utamanya---memilih jalan tengah: lincah, terukur, dan berpihak pada rakyat.
APBN KiTa: Dari Stabilitas Menuju Perlindungan Sosial
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) bukan hanya alat akuntansi pemerintah, melainkan instrumen penting untuk menstabilkan ekonomi, menjaga keseimbangan sosial, serta mendorong pembangunan berkelanjutan. Dalam laporan APBN KiTa (Kinerja dan Fakta) yang dirilis oleh Kementerian Keuangan melalui website www.kemenkeu.go.id, publik dapat mengakses langsung bagaimana anggaran negara dikelola untuk menyesuaikan diri terhadap dinamika eksternal.
Salah satu peran utama APBN adalah sebagai instrumen counter-cyclical, yaitu berfungsi menstabilkan ekonomi saat dunia sedang terguncang. Ketika inflasi menggerus daya beli masyarakat, APBN hadir lewat belanja sosial: subsidi energi, bantuan langsung tunai (BLT), program sembako, hingga Program Keluarga Harapan (PKH). Ketika sektor swasta menahan investasi karena ketidakpastian global, APBN mengambil peran dengan mendorong proyek infrastruktur, digitalisasi, dan belanja modal.
Kekuatan APBN juga tampak dalam transfer ke daerah dan dana desa. Pemerintah pusat tak hanya mengatur belanja di level nasional, tetapi juga mendorong pemerataan fiskal ke pelosok, agar geliat ekonomi tidak hanya terasa di kota-kota besar, tapi juga menyentuh desa terpencil.
Menyandingkan Badai Global dengan Kepiawaian Domestik
Di tengah gempuran eksternal, Indonesia menunjukkan daya tahan ekonomi yang patut diapresiasi. Pertumbuhan ekonomi nasional masih stabil di kisaran 5 persen, inflasi relatif terjaga, dan angka kemiskinan terus menurun. Ini bukan semata hasil dari daya tahan pasar, tetapi buah dari strategi fiskal yang adaptif dan inklusif.
Pemerintah mengelola APBN dengan prinsip kehati-hatian namun tetap fleksibel. Ketika harga komoditas naik, pemerintah memanfaatkan windfall untuk memperkuat ketahanan fiskal. Ketika tekanan fiskal muncul dari sisi belanja sosial dan energi, pemerintah merespons dengan pengendalian subsidi yang lebih tepat sasaran, serta mendorong efisiensi melalui digitalisasi anggaran.
Salah satu keberhasilan besar adalah transformasi digital sistem perbendaharaan dan pelaporan, seperti SPAN dan Sakti, yang mempercepat aliran dana dan meningkatkan transparansi. Di tengah era disrupsi digital, APBN bukan hanya disusun, tetapi juga dikelola secara real-time, berbasis data dan kinerja.
APBN dan Masa Depan Pembangunan: Dari Energi Hijau hingga SDM Unggul
Lebih dari sekadar menjaga konsumsi, APBN juga berperan dalam menyiapkan Indonesia menyongsong masa depan. Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk mendanai transisi energi, program Net Zero Emission, dan pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Ini merupakan bagian dari upaya menjawab tantangan perubahan iklim dan melepaskan ketergantungan dari energi fosil.
Tak hanya itu, porsi belanja untuk pendidikan dan kesehatan terus ditingkatkan. Pendidikan vokasi, beasiswa LPDP, hingga program bantuan pendidikan tinggi merupakan investasi jangka panjang agar Indonesia tidak hanya bertahan dalam krisis, tetapi juga mampu bersaing secara global di masa depan.
Sektor kesehatan pun diperkuat pasca pandemi, melalui anggaran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pengadaan vaksin, serta pembangunan layanan primer yang lebih merata. APBN diarahkan bukan hanya untuk mengobati, tetapi mencegah dan memperkuat sistem ketahanan kesehatan nasional.
Rakyat dan Literasi Anggaran: Mengubah APBN Jadi Isu Publik
Sayangnya, pemahaman publik terhadap APBN masih kurang dan masih sering dianggap "urusan orang pusat". Padahal, APBN adalah milik bersama. Dari subsidi listrik di rumah, beras murah di warung, hingga infrastruktur jalan di desa---semuanya dibayar oleh APBN. Oleh karena itu, literasi fiskal penting agar rakyat tahu dari mana uang negara berasal, untuk apa dibelanjakan, dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.
Inisiatif Kementerian Keuangan melalui APBN KiTa patut diapresiasi. Laporan itu bukan hanya transparan, tapi juga komunikatif. Namun tantangan ke depan adalah memperluas kanal literasi ini, melalui sekolah, media, dan platform digital, agar semakin banyak masyarakat memahami bahwa APBN bukan hanya tentang angka, tetapi juga tentang hak, harapan, dan masa depan.
Harapan yang Dijaga, Masa Depan yang Dipertaruhkan
APBN KiTa adalah narasi harapan di tengah ketidakpastian global. Ia adalah instrumen yang menjaga agar negara tidak patah saat dunia terguncang. Melalui kebijakan fiskal yang lincah, pemerintah mampu merespons tekanan global tanpa mengorbankan perlindungan sosial dan keberlanjutan pembangunan.
Namun tugas belum selesai. Gelombang baru bisa datang kapan saja: krisis iklim, konflik baru, atau gejolak pasar keuangan global. Maka, APBN harus terus diperkuat---bukan hanya dari sisi pendapatan dan belanja, tapi juga dari sisi kepercayaan rakyat.
Karena sesungguhnya, APBN yang kuat adalah APBN yang dipercaya rakyatnya. Dan kepercayaan itu tumbuh dari pemahaman, partisipasi, dan transparansi.
Di tengah badai global yang terus bergulung, Indonesia tetap melangkah. Dan di bawah naungan APBN KiTa, asa tetap terjaga.
Disclaimer : Tulisan diatas adalah pendapat pribadi dan tidak mewakili pendapat organisasi