Di tengah dinamika global yang kian kompleks dan ketidakpastian ekonomi dunia yang belum sepenuhnya reda, Indonesia memerlukan fondasi kebijakan fiskal yang kokoh, adaptif, dan berpihak pada rakyat. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bukan semata angka-angka dalam dokumen negara, melainkan wajah konkret dari cita-cita pembangunan nasional. Ia adalah instrumen vital untuk menerjemahkan visi-misi pemimpin ke dalam aksi nyata yang menyentuh kehidupan masyarakat sehari-hari. Dalam konteks pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, APBN 2025 diselaraskan dengan delapan program prioritas nasional yang dikenal sebagai Asta Cita.

Dari Dokumen Anggaran ke Alat Perjuangan

APBN kini hadir sebagai alat perjuangan negara dalam mendorong kemandirian, memperkuat sumber daya manusia (SDM), membangun dari desa, serta memastikan keadilan pembangunan bagi seluruh wilayah Indonesia. Dalam perspektif kebijakan fiskal, Asta Cita menjadi bingkai ideologis yang memberikan arah dan prioritas terhadap belanja negara.

Prinsip pro rakyat dan pro pertumbuhan menjadi dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan dalam penyusunan APBN. Pendapatan negara tidak hanya ditopang oleh pajak, tetapi juga dioptimalkan melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), serta pengelolaan aset negara yang lebih produktif. Sementara belanja negara diarahkan tidak sekadar untuk infrastruktur fisik, tapi juga menyentuh dimensi sosial, budaya, hingga pertahanan negara.

Asta Cita dalam APBN: Membumikan Agenda Strategis

Delapan program prioritas Asta Cita 2025 memiliki implikasi kebijakan fiskal yang luas. Sebagai contoh:

  1. Pembangunan dari Desa dan Daerah: Pemerintah menguatkan alokasi Transfer ke Daerah (TKD) yang inklusif dan berbasis kinerja. Dana Desa ditingkatkan efektivitasnya agar pembangunan tidak lagi berpusat di kota, tapi bertumbuh dari pinggiran.
  2. Peningkatan Kualitas SDM: Belanja pendidikan dan kesehatan tetap dijaga dalam porsi yang signifikan, sesuai dengan yang diamanatkan konstitusi. Fokus diarahkan pada pendidikan vokasi, gizi anak, dan kesehatan ibu hamil.
  3. Ketahanan Pangan dan Energi: Subsidi tepat sasaran, investasi pertanian modern, serta penguatan logistik nasional menjadi prioritas belanja. APBN juga mendorong hilirisasi sektor strategis yang menciptakan nilai tambah domestik.
  4. Transformasi Digital dan Kewirausahaan: Insentif fiskal diberikan untuk startup digital, UMKM berbasis teknologi, serta pelatihan talenta digital di berbagai daerah.
  5. Ketahanan Nasional dan Kemandirian Bangsa: Alokasi pertahanan tidak hanya untuk penguatan militer, tapi juga pertahanan sipil, literasi kebangsaan, serta penguatan cadangan pangan strategis.

Melalui berbagai belanja strategis tersebut, APBN menjadi wajah kehadiran negara yang aktif membentuk masa depan bangsa, bukan hanya sebagai penyalur bantuan sosial atau infrastruktur semata.

APBN untuk Semua: Menuju Literasi Fiskal Publik

APBN sejatinya milik rakyat. Maka sudah saatnya APBN dipahami lebih luas, tidak hanya oleh akademisi dan pejabat publik, tetapi juga oleh masyarakat umum---dari petani, guru, ibu rumah tangga, hingga pemuda di desa.

Pemahaman yang baik tentang APBN akan menciptakan kesadaran kritis: bahwa setiap rupiah yang dibelanjakan pemerintah memiliki tujuan dan dampak. Ketika publik mengerti bahwa dana BOS di sekolah, jalan desa yang diaspal, hingga puskesmas yang direnovasi berasal dari belanja negara, maka partisipasi rakyat dalam mengawal anggaran pun akan tumbuh dengan sendirinya.

Dalam konteks Asta Cita, literasi fiskal menjadi salah satu kunci untuk membangun bangsa yang mandiri dan sadar akan arah pembangunannya. Transparansi dan akuntabilitas anggaran harus dibuka lebar-lebar, namun juga dibarengi dengan edukasi publik yang masif, kreatif, dan membumi.

Menuju Indonesia Emas 2045

APBN 2025 bukan hanya soal tahun fiskal, tetapi tonggak penting menuju Indonesia Emas 2045. Momen ini bukan sekadar visi, melainkan target realistis yang menuntut kerja keras, ketepatan strategi, dan keberpihakan pada rakyat.

Melalui Asta Cita, bangsa ini tidak sedang bermimpi kosong, tapi sedang merangkai masa depan dengan lebih sadar arah. Dan APBN menjadi alat vital untuk memastikan mimpi itu punya jalur, punya bahan bakar, dan punya penumpang yang siap ikut serta dalam perjalanan panjang menuju kedaulatan ekonomi, sosial, dan budaya.

Kembali ke Hati Rakyat

Sehebat apapun desain APBN, ujungnya adalah kesejahteraan rakyat. Di sinilah pemerintah diuji: apakah belanja negara mampu mengangkat kualitas hidup warga, menumbuhkan ekonomi desa, memperkuat pendidikan, serta mempersempit kesenjangan antardaerah?

APBN 2025 dengan semangat Asta Cita adalah momentum emas untuk menjawab tantangan itu. Ia harus terus dijaga agar tetap adaptif terhadap perubahan global, sekaligus responsif terhadap jeritan rakyat di pelosok negeri.

Sebab sejatinya, kekuatan fiskal bukan diukur dari defisit atau surplus, tapi dari seberapa jauh ia mampu menjadi jembatan antara cita-cita kemerdekaan dan kenyataan kehidupan rakyat Indonesia hari ini.

 

Disclaimer : Tulisan diatas adalah pendapat pribadi dan tidak mewakili pendapat organisasi

Peta Situs   |  Email Kemenkeu   |   FAQ   |   Prasyarat   |   Hubungi Kami

KPPN Watampone
Jl. K.H. Agus Salim No.7, Macege, Tanete Riattang Barat, Watampone, Sulawesi Selatan 92732

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

IKUTI KAMI

 

PENGADUAN

   

 

Search