Apakah anda sudah pernah mendengar istilah generasi milineal ? Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar istilah tersebut apalagi yang kerap berseluncur di dunia maya atau internet . Tetapi apabila pertanyaan tersebut diberikan kepada mereka yang lahir diantara tahun 1980 hingga tahun 2000 pastilah akan menjawab “ya” kamilah generasi milineal. Sebagai gambaran singkat, generasi milenial, yang juga punya nama lain generasi Y, adalah kelompok manusia yang lahir di atas tahun 1980-an hingga 2000. Mereka disebut milenial karena satu-satunya generasi yang pernah melewati milenium kedua sejak teori generasi ini diembuskan pertama kali oleh Karl Mannheim pada tahun 1923.
Para pakar juga mendifisinikan generasi Millennial adalah terminologi generasi yang saat ini banyak diperbincangkan oleh banyak kalangan di dunia diberbagai bidang. Apa dan siapa gerangan generasi millennial itu?. Millennials (juga dikenal sebagai Generasi Millenial atau Generasi Y) adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X. Peneliti sosial sering mengelompokkan generasi yang lahir diantara tahun 1980 an sampai 2000 an sebagai generasi millennial. Jadi bisa dikatakan generasi millennial adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia dikisaran 15 – 34 tahun.
Terlepas dari perbedaan tersebut, mereka sepakat jika generasi Y atau generasi mileneal adalah orang-orang yang lahir di generasi internet, yaitu mereka yang telah menikmati keajaiban teknologi usai kelahiran internet. Di Indonesia studi/kajian tentang generasi milineal di Indonesia belum banyak dilakukan padahal populasi penduduk Indonesai yang berusia 15-34 tahun diperkirakan mencapai 34.5% dari total jumlah penduduk Indonesia saat ini. Jika melihat ciri-ciri generasi milineal di Indonesia dapat dikemukakan beberapa ciri-cirinya yaitu :
- Akses informasi
Generasi milineal banyak mendapatkan informasi/berita melalui media sosial seperti fb,IG,twitter dan lain-lain mencapai 35.2% dan jarang generasi ini menonton televisi atau mendengar radio untuk memperoleh informasi. Generasi ini lebih banyak menggunakan smartphone dalam mengakses suatu informasi karena memudahkan dalam mobilitas meskipun juga mereka rata-rata menggunakan internet 3 s.d 5 jam setiap harinya.
- Fesyen dan Kuliner
Generasi milineal banyak menghabiskan uangnyanya dengan mendatangi pusat perbelanjaan atau mall dan berbelanja barang-barang dengan merk terkenal dan untuk kuliner, mereka akan bercengkrama dengan rekan-rekannya di gerai-gerai makan yang telah mengglobal merknya
- Hiburan
Generasi mileneal ini menggemari lagu-lagu pop barat dana banyak mengunduh atau melakukan streaming film barat serta mayoritas melakukan permainan online selama 1 s.d 3 jam setiap harinya. Untuk liburan , mereka lebih banyak berpetualang di dalam negeri dibandingkan ke luar negeri.
Bagaimana dengan Ditjen Perbendaharaan ? Adakah generasi milineal di Ditjen Perbendaharaan ? Sebagai salah satu unit eselon I pada Kementerian Keuangan dengan pegawai terbanyak ke-3 setelah DJP dan DJBC, statistik per tanggal 6 Pebruari 2018 DJPb mempunyai pegawai sebanyak 7.450 orang dengan komposisi 2.512 orang (33.3%) dari generasi baby boomers, 2.472 orang (32.8%) dari generasi X, 2.495 orang (33.1%) dari generasi Y dan yang terakhir 126 orang (1.8%) dari generasi Z. Dengan beragam generasi yang bekerja di Ditjen Perbendaharaan tentunya dibutuhkan seni tersendiri untuk mengelola keberagaman generasi tersebut agar dapat mendukung visi dan misi Ditjen Perbendaharaaan. Hasibuan ( Manajemen sebagai ilmu dan seni, 2000:10) mengemukakan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Di sisi inilah diperlukan ilmu manajemen untuk menjembatani tujuan organisasi dengan sumber daya manusia yang dimiliki DJPb agar semua tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dalam era digital seperti saat ini.
Pada era digital saat ini yang banyak disebut juga sebagai era milineal atau ada yang menjulukinya sebagai era revolusi industri 4.0 dimana tuntutan stakeholder akan inovasi demikian massif, membutuhkan pemikiran-pemikiran yang inovatif dan pemikiran inovatif ini diharapkan lahir dari pegawai-pegawai generasi X dan Y pada Ditjen Perbendaharaan agar organisasi ini dapat eksis. Ditjen Perbendaharaan telah mengawali keinginan tersebut pada beberapa tahun yang lalu saat implementasi SPAN. Dibutuhkan waktu yang lama untuk membumikan SPAN kedalam mindset pegawainya lalu dibumikan kembali ke satkeholdernya. SPAN yang notabene lompatan jauh dalam digitalisasi sistem keuangan memerlukan waktu yang cukup lama hingga akhirnya dapat eksis. Keberhasilan SPAN, menyakinkan kita bahwa aplikasi SAKTI juga dapat diterima dengan baik oleh mitra kerja KPPN, walaupun tidak dapat sekaligus diimplementasikan pada seluruh kementerian/lembaga.
Selain SPAN dan SAKTI, masih banyak tugas dan tantangan kedepan Ditjen Perbendaharaan yang berbasis digital, tantangan tersebut diantaranya : pengembangan MPN G2, rekonsiliasi berbasis web atau e-rekon,penerapan penyampaian SPM secara elektronik atau e-spm dan pengembangan e-office. Dengan banyaknya aplikasi berbasis digital ini, apakah dapat membuat pegawai DJPb dari generasi X dan Y merasa telah terakomodir keinginannya berkecimpung lebih dalam pada teknologi informasi mengingat mereka sudah sedemikian familiarnya dengan internet dan teknologi informasi ? Disinilah tantangan bagian SDM untuk menjembatani hasrat teknologi informasi para pegawai serta dampak yang mungkin ditimbulkan diselaraskan dengan visi dan misi organisasi.
Generasi milineal secara umum banyak mendapatkan informasi melalui media sosial dengan memakai smartphone dan bukan melalui website resmi milik organisasi. Medsos dianggap “gaul” tidak terbentur birokrasi dan cepat diakses tanpa sensor dan dimana saja serta pada kondisi apa saja. DJPb/KPPN dapat memanfaatkan fenomena ini dengan membentuk tim beranggotakan pegawai generasi ini untuk mengelola medsos yang ditujukan mengenalkan DJPb, produk layanan DJPb serta kontribusi DJPb/KPPN dalam pembangunan negeri dengan memakai bahasa yang mudah dimengerti dan bercita rasa kekinian ala anak muda jaman now tetapi tidak meninggalkan kesantunan ala birokrasi.
Meskipun segmen medsos KPPN/DJPb “terbatas” tetapi, medsos yang dikelola dengan baik dan segar bagi kaum milineal akan membawa wajah DJPb/KPPN lebih dikenal semua lapisan masyarakat tidak terbatas satuan kerja dan segmen tertentu saja. Gaya bahasa yang “gaul” dan kekinian akan membuat DJPb lebih dikenal dan diharapkan citra positif organisasi dapat diraih.
Bagi beberapa generasi di DJPb misalnya generasi baby boomers, generasi milineal juga dikenal “tidak kenal tata krama”, tetapi dibalik sikap tersebut, mereka sangat menghargai perbedaan dan kompetisi. Cara yang mungkin dapat ditempuh DJPb agar jiwa berkompetisi mereka tersalurkan adalah dengan sering mengadakan kompetisi inovasi peningkatan kinerja. Dengan mengadakan kompetisi seperti ini ada keuntungan yang dapat diperoleh diantaranya yaitu organisasi dapat memetakan minat, bakat dan kemampuan pegawai dengan biaya yang cukup murah serta mendapatkan produk-produk layanan unggulan terbaru yang semakin memudahkan pekerjaan di DJPb/KPPN.
Sikap lain dari generasi ini adalah suatu pekerjaan akan diukur dengan seberapa keuntungan yang akan mereka dapatkan. Dengan memberikan pekerjaan yang menantang terutama dalam bidang teknologi informasi dan apabila pekerjaan tersebut digunakan dalam proses bisnis, maka berilah pengakuan yang sepadan meskipun tidak berupa pengakuan finansial, akan membuat generasi ini akan semakin merasa dihargai di organisasi ini.
Mengelola generasi Y dan Z ini memang membutuhkan tantangan tersendiri. DJPb dapat memanfaatkan segala potensi yang mereka miliki tetapi tidak tetap dalam koridor norma-norma birokrasi yang berlaku. Berilah kebebasan berkreativitas tetapi tanggungjawab sebagai ASN tetap harus dijaga mengingatkan akan konsekuensi apabila terjadi pelanggaran. Pada akhirnya keberlangsungan suatu organisasi di era revolusi industri 4.0 akan sangat tergantung pada kreativitas mengelola bisnisnya. Modal terbesar organisasi adalah human capital atau sumber daya manusia yang berkualitas serta inovasi yang terus menerus akan membuat organisasi ini akan tetap eksis dan dari generasi X dan Y ini yang akan menjadi penerus DJPb dimasa datang diharapkan inovasi-inovasi baru akan lahir sehingga organisasi ini akan tetap ada selama Negara Kesatuan Republik Indonesia ada.
(tulisan ini merupakan opini pribadi penulis)