Bertempat di Aula Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Cilacap, Senin, 19 Agustus 2019 dilaksanakan pelatihan menulis bagi para pegawai dan pejabat KPPN Cilacap. Sebagai bentuk sinergi antar unit vertikal Ditjen Perbendaharaan, pelatihan menulis ini juga diikuti oleh 2 (dua) pegawai KPPN Purwokerto, dan 2 (dua) pegawai KPPN Banjarnegara.
Pelatihan yang mengusung tema “Tuangkan Ide dan Suarakan Informasi Bagi Masyarakat untuk Suksesnya Program Perbendaharaan Menulis” bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pegawai dalam literasi, sejalan dengan program Perbendaharaan Menulis Ditjen Perbendaharaan. Dalam sambutannya, Kepala KPPN Cilacap Joko Supriyanto menyampaikan bahwa dengan diselenggarakannya pelatihan menulis ini diharapkan seluruh pegawai bisa menulis, minimal untuk tugas sehari-hari. “Harapannya pegawai bisa membuat tulisan yang bisa diterima oleh masyarakat luas, di muat media massa,” lanjut Joko.
Selanjutnya, materi tentang kepenulisan disampaikan oleh narasumber yaitu Abdul Aziz Rasjid, seorang wartawan berita merdeka.com dan penulis lepas. Materi awal terkait teknik menulis esai atau opini. Pertama, memahami ruang publikasi. Sebelum menulis, kita harus mengetahui media apa yang akan menjadi sarana penulisan kita. Untuk media koran, tulisan berkisar ±6.500 karakter (850 kata), majalah/jurnal sekitar ±22.500 karakter (3.000 kata), buku minimal 100 halaman, dan media daring lebih fleksibel panjang tulisannya. “Dalam menulis, memadatkan tulisan sesuai kapasitas itu penting, dan jangan lupa untuk kenali siapa pembacanya,” ujar Abdul Aziz. Kedua, disiplin berpikir. Dalam menulis, perlu fokus terhadap ide tulisan, refleksi/interpretasi/argumentasi dari penulis, dan gagasan penulis. Tulisan yang menarik biasanya terdapat paradoks yang berisi pertentangan antara apa yang terjadi dan yang seharusnya. Ketiga, unsur-unsur pendukung argumentasi. Dalam menuangkan argumentasi penulis, diperlukan intuisi, teknis menganalisa (teori), refleksi dan artikulasi. Semakin sering menulis, unsur-unsur tersebut akan semakin terasah.
Abdul Aziz juga menyampaikan perbedaan antara tulisan opini dan jurnalistik. Opini berisi tulisan kreatif yang menonjolkan sisi subyektif dari penulisnya, sedangkan jurnalistik adalah sebaliknya. Jurnalistik menekan sisi subyektif penulis, perlunya verifikasi kenyataan, wawancara dengan pihak terlibat dalam acara yaitu penyelenggara, narasumber, dan jika perlu peserta. Pembuat kesimpulan dari tulisan jurnalistik adalah pembaca. Selain menyampaikan materi kepenulisan, Abdul Aziz juga berbagi pengalaman dalam menulis dari awal terjun ke dunia kepenulisan hingga saat ini berhasil meraih berbagai penghargaan. Sesi selanjutnya adalah diskusi. Para peserta pelatihan menulis sangat antusias bertanya kepada narasumber terkait tips-tips menulis yang baik dan menarik. Pelatihan ditutup dengan penyerahan piagam ucapan terima kasih kepada narasumber dan foto bersama. (FA)