Mataram

Berita

Seputar KPPN Mataram

Ancaman Tsunami yang Mencekam

Ancaman Tsunami yang Mencekam

Oleh : Totok Iman Santoso, Kepala Seksi MSKI KPPN Mataram


Hari Rabu, tanggal 11 April 2012. Sekilas semua aktivitas kantor berjalan dengan normal pada hari itu. Dimulai dengan doa pagi dan briefing yang dipimpin langsung oleh Kepala Kantor, semua pejabat dan pegawai menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik sepanjang hari itu. Pekerjaan saya di Sub Bagian Umum berjalan cukup lancar. Laporan-laporan bulanan yang harus dikerjakan akhirnya sudah selesai menjelang pukul 15.30 WIB. Tinggal menunggu waktu untuk masuk Sholat Ashar.

  “Bagaimana Nas, masih ada laporan-laporan yang harus diselesaikan? tanya saya kepada Annas salah seorang staf andalan saya di Sub Bagian Umum  yang merangkap bendahara pengeluaran KPPN Painan.

“Alhamdulillah pekerjaan sudah selesai semua, Pak. Tinggal dikirim ke Kanwil saja. Nanti setelah Sholat Ashar saya kirim lewat email Pak,” kata Annas.

“Mantap, Kerja yang bagus. Oke, segera kirimkan. Ayo Nas, kita ke mushola… sebentar lagi sudah masuk Ashar,” jawab saya membalasnya.

“Baik, Pak. Saya akan menyusul… mau beresin berkas-berkas sebentar.” Seru Annas

“Siiip”, balas saya sembari mengacungkan jempol dan melangkahkan kaki menuju mushola Kantor.  

Baru beberapa meter saya melangkah menuju pintu belakang, tiba-tiba kaki ini tidak stabil berdiri. Seperti bergoyang-goyang. Saya pun melihat keadaan sekitar. Jendela dan pintu kaca juga bergerak sendiri berdentingan. Lampu kantor di ruang tengah juga bergoyang-goyang.

Tanda-tanda gempa. Ya, fenomena yang sering terjadi di daerah ini. Painan, tempat dinas saya saat itu, adalah kota kecil yang berhadapan persis dengan Samudera Hindia pada lepas pantai barat dari pulau Sumatera. Di daerah ini sudah lazim dengan adanya gempa dan yang sangat membekas adalah Gempa Sumatera Barat yang terjadi di tahun 2009. Gempa itu telah meluluhlantakkan banyak bangunan termasuk gedung Kanwil DJPb Provinsi Sumatera Barat yang ambruk tidak dapat dipergunakan lagi dan membuat banyak warga trauma dengan gempa sedahsyat itu.

 

Yudi Subiantoro salah seorang staf di Seksi Pencairan Dana mengecek gempa bumi tersebut di internet sedangkan saya dan teman-teman kantor yang lain mencari berita tentang gempa ini di televi, ternyata itu gempa 8.6 Skala Richter… Angka yang cukup mencengangkan saat mendengarkannya… Walau memang hanya guncangan pelan terasa, tetapi berlangsung cukup lama…, semula gurau canda saat merasakan guncangan itu, tiba-tiba ada seorang pegawai ibu-ibu yang menangis histeris setelah mendapat berita mengenai gempa tersebut dari anaknya yang bekerja di BMKG dan langsung pulang ke Padang, menuju tempat tinggalnya… Suasana seketikanya berubah menjadi mencekam… Kepanikan itu mulai terasa… apalagi diiringi dengan bunyi sirine tanda peringatan “gempa berpotensi memicu tsunami”, Seisi kantor mulai berpencar dengan sendirinya baik itu pegawai KPPN Painan maupun petugas satker yang ada di KPPN, ada yang masih bertahan, ada yang berhamburan keluar gedung. Saya memilih untuk bertahan di kantor bersama sebagian pegawai yang lain karena sebagai Kasubag Umum saya juga harus memastikan keamanan Kantor… Tak lama kemudian, saya pun beranjak keluar melihat situasi dan ingin tahu bagaimana keadaan disekitar Kantor, kepanikan itu terlihat… Orang-orang lalu lalang dengan tas dan bawaannya beserta keluarganya…

Isteri saya yang juga pegawai KPPN Painan terlihat panik, apalagi teringat anak kami Asya yang masih berumur 3 tahun ada di rumah dinas bersama pengasuhnya.

“Ayo mas kita jemput Asya di rumah dinas terus langsung ke tempat evakuasi” teriak isteri saya dengan paniknya.

“Iya sebentar, saya pamit dulu dan lapor situasi Kantor ke Pak Abdullah” sahut saya sambil berlari menuju ruang Kepala Kantor.

Pak Abdullah adalah Kepala Kantor Kami, Beliau baru sekitar enam bulan menjabat, promosi dari Kanwil DJPb Provinsi Lampung.

Dengan terengah-engah saya masuk ke ruang Kepala Kantor dan melaporkan situasi kantor sekalian pamit untuk mengungsi bersama beberapa pegawai KPPN Painan yang masih tinggal.

“Maaf Pak Abdullah, beberapa pegawai sudah mengungsi ke tempat evakuasi, bahkan bu Ita dan bu Eti langsung pulang ke Padang karena kuatir dengan keselamatan sanak keluarganya di sana, dan para petugas satker yang ada di KPPN Painan juga bubar menyelamatkan diri masing-masing Pak” lapor saya.

“Mohon ijin pak, saya beserta teman-teman yang tersisa untuk meninggalkan kantor mengungsi ke tempat evakuasi” seru saya lagi…

“Oke Pak Totok, silahkan mengungsi bersama teman-teman ke tempat evakuasi tsunami sekalian mengamankan mobil dinas (asset Negara), biar saya yang terakhir ada di kantor sekalian menjaga kantor dan asset-aset Negara yang ada di kantor” jawab Pak Abdullah dengan tenangnya.

“Baik, siaaap Pak…” balas saya sembari melangkah untuk meninggalkan kantor.

 Saya merasa senang dan bangga akan sikap Kepala Kantor kami yang tetap tenang dan siap untuk menjadi orang terakhir di kantor (layaknya nahkoda/kapten kapal yang mau tenggelam) meskipun dalam keadaan diliputi suasana tegang dan mencekam akibat ancaman tsunami yang akan menghempaskan kota Painan.

Saya beserta isteri dan beberapa pegawai KPPN Painan yang tersisa dengan mengendarai mobil dinas bergegas ke rumah dinas menjemput anak saya beserta pengasuhnya lalu mengungsi ke tempat evakuasi tsunami dan tak lupa membawa baju serta bekal seadanya yang ada di rumah khususnya susu kaleng anak saya.

Ada beberapa tempat evakuasi tsunami di Painan, salah satunya berjarak sekitar 300 Meter dari komplek rumah dinas, dimana tempat tersebut sangat luas dan ada di atas bukit, dimana sehari-harinya adalah taman bermain anak-anak, lapangan basket serta tempat latihan karate. Disamping itu, ada tempat parkir untuk kendaraan yang posisinya agak di bawah namun aman apabila tsunami menghempas.

Sesampainya di tempat parkir mobil, kami menaiki puluhan anak tangga untuk sampai di taman tempat evakuasi tsunami tersebut. Semakin mendekat ke tempat pengungsian itu, semakin ramai pula keadaan… banyak sekali orang-orang yang mengungsi di tempat itu.. bahkan banyak pula pasien-pasien dan perawat-perawat rumah sakit yang juga mengungsi. Dari tempat tersebut juga bisa dilihat laut yang masih tenang dari kejauhan dan tempat yang tinggi… Sembari berdoa, semoga kami senantiasa dilindungi Allah SWT atas apa yang mungkin akan terjadi…

setelah satu jam berlalu muncullah mobil Pemda dengan speaker TOA berkeliling kota Painan mengumumkan bahwa gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami karena terjadi error pada alat pendeteksi tsunami sehingga sirine tanda bahaya tsunami berbunyi….. para warga diminta kembali ke rumah masing-masing…

Alhamdulillah… kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena terhindar dari bencana alam tsunami, tidak terbayang apabila tsunami benar-benar terjadi… mungkin kami akan selamat karena berada di tempat yang tinggi… akan tetapi tsunami bisa memporakporandakan kota Painan dan Kabupaten Pesisir Selatan yang akan berdampak pada kesulitan sanitasi, air, logistik dan tempat berteduh selama menunggu bantuan dari tim SAR, dan tentunya akan menghancurkan rumah dinas dan KPPN Painan beserta infrastruktur peralatan dan mesin yang digunakan untuk melayani satker.

Kini… Berangsur-angsur perlahan semuanya kembali normal.. Orang-orang kembali ke tempatnya masing-masing… Seperti inilah merasakan kepanikan itu… Painan, Sumatera Barat (suatu kota di pesisir pantai barat Sumatera) dan saya sekeluarga beserta teman-teman turun untuk kembali ke Kantor.

“Ayoo, kita balik kantor…” seru saya sambil menuju tangga turun.

Pada saat perjalanan menuju kantor, kami melihat beberapa pasien rumah sakit dengan memegang botol infus berjalan kaki dengan tertatih tatih menuju rumah sakit karena keterbatasan mobil ambulan untuk mengangkut mereka. Melihat hal tersebut, teman-teman turun dari mobil dan mereka merelakan tempat duduknya di mobil untuk mengantar para pasien tersebut kembali ke rumah sakit.

“Mari Bu.. Pak.. saya antar kembali ke rumah sakit” ajak isteri saya dari atas mobil

“Iya, terimakasih Bu… saya numpang ya sampai rumah sakit” sahut mereka

Ada beberapa pasien yang bisa kami antar dengan mobil dinas KPPN Painan… ada yang sakit liver, demam berdarah dan bahkan ada ibu hamil yang akan melahirkan sempat kami antar kembali ke rumah sakit dan setelah itu saya beserta teman-teman kembali ke Kantor. Sesampainya di Kantor, kami langsung Sholat Ashar berjamaah yang sempat tertunda karena gempa bumi itu dan memanjatkan doa puji syukur kepada Allah SWT karena terhindar dari bencana alam, dan esok hari kami masih bisa beraktifitas seperti biasa… pergi ke kantor untuk melayani stakeholder dalam pencairan dana APBN.  

Dengan kejadian tersebut, ada hikmah pelajaran yang bisa kami dapat, yaitu segala sesuatu yang kita punyai bisa hancur dan habis apabila Allah SWT menghendakinya, di tempat evakuasi… kita semua adalah sama-sama korban bencana alam tanpa melihat kaya, miskin, pejabat atau bukan. Disamping itu, kami bisa mengambil langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menekan resiko yang timbul apabila bencana alam terjadi… khusunya dalam mengamankan asset Negara dan data-data penting lainnya.

Semoga kejadian itu dapat meningkatkan Iman kami kepada Allah SWT, peduli terhadap sesama serta memperkuat Integritas dan dapat mempererat hubungan kerja antar pegawai KPPN Painan.

Terimakasih ya Allah, Engkau hindarkan kami dari bencana tsunami…

Peta Situs   |  Email Kemenkeu   |   FAQ   |   Prasyarat   |   Hubungi Kami

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

IKUTI KAMI

Search