Kisah Dana Desa & Dana Alokasi Khusus Fisik Kabupaten Asmat

     Menjalankan tugas negara di tanah Papua itu sangatlah menantang, belum lagi petualangan perjalanannya. Mungkin ini yang dapat aku rasakan ketika ada tugas monitoring dan evaluasi penyaluran dana fisik dan dana desa ke Kota Agats Ibukota Kabupaten Asmat. Bertolak dari Bandara Mopah (Merauke) ke Bandara Ewer (Asmat) dengan berbekal pesawat perintis milik Ibu Susi Pudjiastuti, kita memulai perjalanan ini. Pesawat ini mampu menjadi andalan untuk perjalanan ke daerah-daerah terpencil, dengan kapasitas penumpang yang maksimal hanya 500 kg. Biasanya kita hanya menimbang barang bagasi kita di pesawat besar, disini berat badan kita pun ditimbang untuk memastikan beban penumpang tidak melewati 500 kg. Hal ini sangat merugikan bila salah seorang beratnya lebih dari 100 kg. Mau tidak mau seseorang tersebut tersebut harus dikorbankan. Belum naik pesawat, kita sudah dipaksa untuk menerima jadwal delay pesawat yang seharusnya pukul 10.00 WIT menjadi 12.00 WIT. Lumayan waktu menunggu untuk bermain “Chicken Dinner” selama 2 kali. Setelah menunggu dengan bermain, akhirnya terdengar juga gemuruh suara mesin baling baling pesawat pertanda pesawat kami siap landas dengan 8-9 penumpang di kursi. Asyiknya dalam pesawat ini, kita dapat melihat langsung bagaimana pilot mengemudikan pesawatnya. Ketika dia sedang makan makanan enak dengan lahap, kita hanya bisa melihat saja dengan menguyah roti. Kemudian jangan berharap ada toilet di belakang pesawat, bagi yang ingin buang air kecil atau besar persiapkan membawa batu untuk menahan perjalanan selama 2 jam.

 

     Sesampainya di Ewer yang satu-satunya pulau kecil yang dapat dilapisi aspal tidak berawa-rawa, perjalanan belum berhenti di sini. Jangan membayangkan ada  taksi bandara karena yang dapat kita temukan adalah ojek speedboat. Dari Ewer sampai ke Agats, perlu speedboat kurang lebih 30 menit perjalanan. Kebetulan cuaca dan ombak laut lumayan cerah standar mereka sehingga ojek speedboat ada. Karena bila cuaca dan ombak laut tidak mendukung, bisa bisa kita batal ke Agats. Mesin besar speedboat 85PK meraung kencang. Sekali muat bisa enam orang dengan tarif Rp 100.000 per kepala. Mungkin ratusan kali sudah speedboat ini  meloncat dihantam ombak kencang. Setelah mengalami pengalaman pertama naik speedboat yang katanya ombaknya biasa, padahal bagi kita kencang, kita tiba di Dermaga Ferry Agast. Terlihat papan yang bertuliskan “Selamat Datang di Kota di Atas Papan”. Semua jalan raya, bangunan bahkan lapangan sepak bola di sini di bangun di atas papan. Kita sendiri sama sekali tidak menginjakan kaki di tanah melainkan di atas papan kayu yang menjalar di seluruh penjuru kota. karena berada di tepi sungai dan tanah rawa, jalan dan bangunan di Agats dibuat dengan konstruksi panggung yang terbuat dari bilah-bilah kayu. Selain papan kayu, hal unik lainnya yang kami alami adalah alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat setempat adalah motor listrik. Dipastikan nyaris tidak ada polusi suara dan udara. Tidak ada motor yang berbahan bensin karena bensin sangat langka dan mahal. Mobilpun tidak ada karena kondisi jalan dari bilah kayu tidak akan kuat menahan bobot mobil. Meskipun begitu ada beberapa jalan yang sudah dibuat dari beton dengan tujuan untuk mengurangi penebangan pohon secara liar.

 

     Sesampainya di Agats, kita menuju ke hotel dengan ojek motor listrik. Untuk hotel di Agats sekali lagi jangan membayangkan hotel seperti di kota besar.  Sementara hanya beberapa hotel kelas melati atau mungkin lebih tepat disebut losmen. Meski demikian cukup layak untuk ditempati dan beberapa sudah ada fasilitas AC dan TV. Tetapi dari fasilitas yang ditawarkan hotel, paling terpenting ada kesediaan airnya. Karena di sini ketergantungan air dari air hujan. Sumur yang menjadi sumber air di hotel dibuat untuk menampung air hujan. Jadi misalkan tidak ada hujan seminggu, ya terpaksa harus tayamum dan tidak mandi berhari-hari jadi sangan penting menyiapkan parfum atau bisa mandi dengan menggunakan air galon aqua yang cukup mahal juga harganya. 

 

     Apabila kita rencana lama di kota ini, maka kita harus menyediakan uang tunai sebanyaknya sesuai dengan kebutuhan kita karena ATM di sini hanya dua, ATM BRI dan ATM Papua. Sedangkan lokasi ATM yang berjauhan. Sehingga untuk keperluan sehari-hari atau transaksi keuangan seperti membeli makanan dan minuman, membayar ojek dan lain-lain maka diperlukan uang tunai. Untuk sekali makan dan minum, kita harus mengeluarkan uang Rp 20-30 ribu. Harga yang sama berlaku untuk ongkos naik ojek motor sekali jalan. Suhu udara yang tinggi dan daerah epidemik Malaria kebanyakan Papua menuntut ada mempersiapkan peralatan pribadi seperti obat, baju lengan panjang berbahan katun, topi, kacamata hitam, tabir surya dan lotion anti nyamuk. Dan faktor pengalaman yang membuat kita kesal adalah jaringan internetnya. Bayangkan saja data internet di sini nyaris tidak ada. Telepon secanggih dengan teknologi 6 RAM saja akan bertekuk lutut di Agats. Telepon hanya bisa digunakan untuk telepon, sms dan Whatsapp walau agak lama terkirimnya. Jadi jangan harap kita dapat streaming video Youtube, dan untungnya masih bisa main Cacing secara offline. Tetapi untuk makanan agak aman untuk lidah karena makanan jawa, nasi kuning bakso dan coto makasar masih dapat kita temukan karena di sini sudah ada banyak pendatang yang mengadu nasib di sini. 

     Setelah beristirahat di hotel, esok paginya kita langsung menuju ke salah satu satuan kerja yang ada disana untuk menanyakan perihal pertanggungjawaban TUP mereka yang sudah terlambat. Kemudian beliau menerangkan bahwa pada kantor mereka saat ini sedang kekurangan pegawai yang berkompeten, dan lagi ditambah masalah transportasi yang hanya ada 2 pilihan, dengan menggunakan fery yang membutuhkan 2 hari 2 malam, atau menggunakan pesawat yang hanya 3 kali dalam satu minggu dengan biaya yang lebih mahal tentunya, belum lagi kendala cuaca yang tidak memungkinkan pesawat untuk terbang.

 

     Setelah mengunjungi satker tersebut kita langsung kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak dan mempir ke salah satu warung makan untuk makan siang. Namun, begitu sampai dihotel hujan turun dengan derasnya yang mengakibatkan kita tidak dapat mengunjungi satker yang lain, padahal masih banyak agenda lain yang harus dilakukan di hari kedua, cukup kesal rasanya namun disatu sisi kita juga bersyukur hujan bisa tiba-tiba turun dengan sangat deras mengingat kata penjaga warung sebelumnya bahwa sudah satu minggu hujan tidak turun dan terancam tidak ada persediaan air bersih untuk masyarakat asmat yang sangat mengandalkan air hujan untuk pasokan air bersihnya.

 

     Pada hari kedua kita mendatangi kantor DPMK kabupaten Asmat untuk menanyakan terkait penggunaan Dana Desa pada kabupaten Asmat, setelah berbincang cukup lama dengan kepala DPMK kita dipertemukan dengan salah satu kepala desa yang ada didekat sana dan diajak untuk berkeliling melihat perkembangan  pembangunan desa tersebut. Kami dibuat cukup takjub dengan perkembangan yang dilakukan oleh desa tersebut, dan yang cukup mengejutkan ada salah satu bangunan yang sangat besar yang merupakan museum sejarah yang ada disana tapi sayang pada saat itu museumnya tutup, dan lagi kami juga diperlihatkan pembangunan jalan yang cukup lebar mungkin cukup untuk 4 mobil yang dibangun dengan beton dan dijadikan oleh muda mudi disana untuk mengabiskan waktu senja menikmati matahari tenggelam yang sangat indah.

 

     Setelah itu kita diajak berkeliling lagi untuk melihat bangunan untuk penampung air bersih yang sudah cukup banyak dan tersebar dibeberapa titik untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat sekitar. Sudah cukup lama kita berkeliling dan melihat bagaimana Dana Desa bisa sangat membantu masyarakat sekitar dan untuk memajukan perkembangan desa terpencil, dan akhirnya saat hari sudah mulai petang kita kembali ke penginapan untuk beristirahat setelah lelah berkeliling.

 

     Hari ketiga yang merupakan hari terakhir pun tiba, kita kembali melanjutkan kegiatan kita menuju ke kantor BPKAD pagi harinya untuk menanyakan terkait progress DAK Fisik. Cukup lama kita berbincang mengenai penggunaan DAK Fisik yang ada disana. Setelah selesai kita berencana untuk melanjutkan kegiatan terakhir kita untuk menuju ke Bank menanyakan KUR, namun sayang ditengah perjalanan hujan lebat kembali turun, terpaksa kita kembali ke penginapan sembari menunggu hujan reda. Hujan turun cukup lama sebelum akhirnya pukul 14.00 siang hujan pun reda, namun kita harus segera menuju ke bank sebelum bank tutup, dengan setengah berlari kita menuju ke bank BRI yang lumayan jauh dari penginapan beruntung kita masih sempat untuk menemui pegawai bank yang bertanggung jawab atas KUR. Akhirnya agenda kita di Asmat pun selesai dan kita pun langsung kembali ke hotel untuk bersiap kembali ke merauke esok harinya.

 

     Akhirnya setelah tugas kita selesai, kita bertolak lagi ke Bandara Ewer, dan ternyata drama kita belum selesai. Setibanya kita di bandara hujan turun dan mendung sangat rapat, dan kita mendapat informasi kalau pesawatnya bukan delay seperti waktu kita berangkat tetapi malah tidak jelas. Menurut keterangan petugas, pesawat dari Merauke tidak berangkat karena alasan cuaca. Sehingga kita menunggu lama dan berharap hanya beberapa jam. Tetapi nyatanya sampai beberapa jam tidak ada kepastian, kita putuskan kembali ke Agats dengan menggunakan speedboat, namun tidak seperti saat awal kita datang yang ombaknya cukup tenang, kali ini ombak cukup besar cukup untuk speed boat kita melompat diatas air. Sesampainya di pelabuhan fery di agats kita kembali menginap di hotel sambil menunggu pesawat kami dijadwalkan. Selama sehari menginap, akhirnya kita dihubungi kembali pesawat dari Merauke sudah terbang dan kita disuruh bersiap-siap di Bandara. Walaupun capek dan lelah, bagi kita ini adalah pengalaman yang berharga. Dan tidak sabar untuk menjalani pengalaman berikutnya.

Peta Situs   |  Email Kemenkeu   |   FAQ   |   Prasyarat   |   Hubungi Kami

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

SALURAN PENGADUAN

IKUTI KAMI

Search