Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bukan sekadar kumpulan angka dan tabel belanja tahunan. Ia adalah cerminan dari prioritas nasional, kompas arah pembangunan, dan cermin niat politik negara terhadap masa depan bangsanya. Di tengah era disrupsi global dan kompetisi antarbangsa yang makin sengit, arah belanja negara pada sektor pendidikan menjadi penentu utama: apakah Indonesia ingin menjadi bangsa pembelajar yang siap bersaing, atau tetap tertinggal dalam perang kecerdasan global.
Pendidikan bukan hanya tentang ruang kelas dan buku teks. Ia adalah investasi panjang menuju Sumber Daya Manusia (SDM) unggul dan berdaya saing. Sayangnya, realita pendidikan Indonesia hari ini menunjukkan bahwa pekerjaan rumah kita masih menumpuk. Skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia masih tertahan di papan bawah. Human Capital Index (HCI) Indonesia pun belum beranjak mendekati rata-rata negara ASEAN. Ini bukan sekadar data. Ini alarm keras yang tidak bisa terus diabaikan.
Luka Lama dalam Sistem Pendidikan
Kualitas pendidikan kita menghadapi tantangan struktural dan substansial. Sarana dan prasarana banyak sekolah di pelosok masih belum memadai. Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) menjadi simbol ketimpangan akses dan mutu. Selain itu, rendahnya tingkat partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Perguruan Tinggi menunjukkan bahwa belum semua anak bangsa memperoleh hak dasarnya dalam
Tenaga pendidik yang berkualitas juga menjadi tantangan tersendiri. Jumlah guru ada, tetapi distribusinya timpang, dan kompetensi yang belum merata. Di sisi lain, lulusan pendidikan vokasi yang seharusnya menjadi ujung tombak dunia kerja justru menyumbang angka pengangguran terbuka yang cukup tinggi. Link and match antara pendidikan dan dunia industri masih jauh panggang dari api.
APBN Hadir untuk Menjawab
Menanggapi tantangan tersebut, pemerintah melalui APBN terus mengarahkan kebijakan pendidikan ke arah yang lebih transformatif. Melalui alokasi minimal 20 persen dari APBN untuk sektor pendidikan, negara mengemban mandat konstitusional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, lebih dari itu, setiap rupiah yang digelontorkan dari APBN harus mampu menjawab tantangan riil di lapangan.
Langkah strategis pun dilakukan. Akses pendidikan diperluas melalui program wajib belajar 12 tahun, beasiswa afirmasi, Program Indonesia Pintar (PIP), dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Bahkan pendidikan keagamaan pun tak luput dari perhatian, demi memastikan bahwa nilai-nilai kebangsaan dan keberagaman tertanam sejak dini.
Peningkatan mutu pendidikan juga menjadi agenda utama. Pemerintah membangun sekolah unggulan terintegrasi dan merenovasi sekolah-sekolah yang rusak berat. Sarana-prasarana ditingkatkan terutama di daerah 3T, agar anak-anak di pelosok bisa menikmati hak pendidikan yang setara dengan mereka di perkotaan.
Tak hanya itu, transformasi guru dan tenaga kependidikan terus digencarkan melalui program Guru Penggerak dan pemberian sertifikat pendidik. Guru tidak lagi hanya sebagai pengajar, tetapi sebagai pemimpin pembelajaran yang mampu menumbuhkan karakter, kreativitas, dan kompetensi murid.
Pendidikan Vokasi dan Riset: Jalan ke Masa Depan
Pendidikan vokasi kini digarap lebih serius dengan pendekatan "link and match". Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pusat Keunggulan dan Teaching Industry diperkuat agar lulusan siap langsung diserap pasar kerja. Ini langkah strategis agar pendidikan tak sekadar mencetak ijazah, tapi menghasilkan keterampilan nyata yang relevan.
Investasi APBN juga menyasar pada perguruan tinggi dan dunia riset. Dukungan riset, beasiswa pendidikan tinggi, dan penguatan kapasitas kelembagaan kampus diarahkan untuk mempercepat lahirnya inovasi dalam negeri. Tak kalah penting, pendidikan juga menjadi medan untuk memupuk kesadaran Hak Asasi Manusia, moderasi beragama, serta keberagaman dalam bingkai kebangsaan.
Pemerintah juga mulai menyentuh dimensi kesehatan dalam pendidikan melalui program pemberian makanan bergizi bagi peserta didik. Ini bukan sekadar urusan nutrisi, tetapi juga bagian dari membangun kualitas otak, konsentrasi belajar, dan pertumbuhan fisik yang optimal.
Menuju SDM Unggul, Menuju Indonesia Maju
Dalam era kompetisi global, negara yang unggul adalah negara yang memiliki SDM kompeten, adaptif, dan berintegritas. Maka tidak ada pilihan lain bagi Indonesia selain menempatkan pendidikan sebagai poros utama pembangunan. Dan APBN adalah kendaraan yang mengantarkan visi itu menjadi realita.
Namun, perlu diingat, keberhasilan APBN dalam mendukung pendidikan tidak semata ditentukan oleh besarnya anggaran, melainkan bagaimana anggaran tersebut dirancang, digunakan, dan diawasi. Transparansi, akuntabilitas, dan efektivitas belanja pendidikan harus dijaga agar tak ada satu pun rupiah yang sia-sia.
Sebagai masyarakat, kita juga punya peran. Literasi publik terhadap APBN perlu ditingkatkan. Masyarakat harus tahu, bahwa pajak yang dibayar adalah napas bagi pendidikan anak negeri. Dengan pemahaman yang utuh, kita tak hanya menuntut perbaikan pendidikan, tapi juga ikut menjaga dan mengawalnya.
Dari Anggaran Jadi Aksi
APBN untuk pendidikan bukan sekadar alokasi belanja, tapi deklarasi politik bahwa bangsa ini menaruh harapan besar pada generasi mudanya. Bahwa masa depan Indonesia bukan terletak pada sumber daya alam semata, tetapi pada otak, tangan, dan hati anak-anak negeri.
Mari kawal bersama APBN pendidikan. Karena ketika satu anak mendapat akses pendidikan yang layak, sejatinya satu pintu masa depan bangsa telah terbuka.
Disclaimer : Tulisan diatas adalah pendapat pribadi dan tidak mewakili pendapat organisasi