Jl. Mayjen D.I. Panjaitan No. 24 Banjarmasin

Perubahan iklim bukan lagi sekadar isu global yang terasa jauh dari kehidupan sehari-hari. Kini, dampaknya sudah mengetuk pintu-pintu daerah di seluruh dunia, termasuk Kalimantan Selatan, sebuah provinsi yang kaya akan keindahan dan sumber daya alamnya.

Dari Pegunungan Meratus yang megah hingga hamparan lahan rawa yang luas serta aliran Sungai Barito yang menjadi nadi kehidupan, Kalimantan Selatan menyimpan kekayaan alam luar biasa. Namun, keindahan ini tengah menghadapi ancaman besar yang dapat mengguncang perekonomian, kesejahteraan, bahkan masa depan masyarakatnya. Banjir yang lebih sering dan meluas, kekeringan yang berkepanjangan, dan suhu rata-rata yang terus meningkat adalah potret nyata dari dampak perubahan iklim yang mengintai Kalimantan Selatan. Sektor pertanian, yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi daerah, kini harus beradaptasi dengan curah hujan yang tak menentu dan musim yang sulit diprediksi. Para petani menghadapi tantangan besar, dari kekeringan yang mengancam panen hingga banjir yang merusak infrastruktur dan lahan produktif mereka.

Di sisi lain, perikanan yang menjadi andalan masyarakat pesisir juga menghadapi ujian berat. Kenaikan suhu air laut dan intrusi air asin merusak habitat ikan, mengurangi hasil tangkapan nelayan, dan mengancam keberlanjutan ekosistem pesisir.

Sementara itu, sektor pariwisata, yang menawarkan daya tarik ikonik seperti Pasar Terapung Lok Baintan dan Pegunungan Meratus, kini harus berjuang melawan cuaca ekstrem dan kerusakan ekosistem yang mengurangi kenyamanan wisatawan.

Namun, ancaman besar ini juga membawa peluang untuk berinovasi dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan. Dengan kebijakan yang tepat, Kalimantan Selatan memiliki potensi besar untuk bertransformasi menjadi provinsi yang tangguh terhadap perubahan iklim. Solusi seperti pengembangan energi terbarukan, optimalisasi lahan rawa untuk pertanian berkelanjutan, dan konservasi ekosistem dapat menjadi langkah nyata untuk melindungi alam sekaligus memperkuat perekonomian.

Saatnya Kalimantan Selatan berdiri di garis depan dalam menghadapi perubahan iklim. Dengan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, provinsi ini tidak hanya dapat bertahan dari ancaman, tetapi juga menjadi model pembangunan hijau yang menginspirasi daerah lain. Sebab, melindungi alam bukan sekadar kewajiban, tetapi investasi untuk masa depan generasi yang akan datang.

Dampak Perubahan Iklim pada Perekonomian Kalimantan Selatan

Sektor Pertanian dengan produktivitas yang terancam, Pertanian menjadi salah satu sektor yang paling terdampak perubahan iklim. Dengan kontribusi sebesar 12,8 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor ini menghadapi tantangan besar akibat perubahan pola cuaca. Kekeringan yang sering terjadi memperburuk degradasi lahan, sementara banjir mengakibatkan kerusakan infrastruktur irigasi dan penurunan hasil panen.

Data lima tahun terakhir menunjukkan bahwa peningkatan suhu rata-rata sebesar 1°C dapat menurunkan produksi padi hingga 2,73 ton per hektare per tahun. Selain itu, banjir yang semakin sering terjadi menyebabkan kerugian signifikan, terutama di daerah-daerah seperti Kabupaten Barito Kuala dan Tapin. Solusi seperti pengembangan varietas tanaman tahan iklim, optimalisasi lahan rawa, dan modernisasi irigasi menjadi prioritas yang harus segera diimplementasikan.

Kalimantan Selatan yang dikenal sebagai daerah "1001 Sungai" memiliki perairan yang kaya akan biodiversitas. Namun, kenaikan suhu air laut, intrusi air asin, dan banjir yang merusak infrastruktur kolam ikan mengancam keberlanjutan sektor ini. Di Kabupaten Banjar, kerusakan kolam ikan akibat banjir mencapai lebih dari Rp52 miliar, mencakup ribuan kolam yang tidak lagi dapat digunakan.

Penurunan hasil tangkapan ikan juga diperkirakan mencapai 20-30 persen pada 2050 jika emisi gas rumah kaca tidak terkendali. Upaya konservasi seperti rehabilitasi ekosistem mangrove, pengembangan teknologi budidaya ikan tahan iklim, dan diversifikasi mata pencaharian nelayan menjadi langkah penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus keberlanjutan ekonomi masyarakat pesisir.

Destinasi wisata alam juga tak kalah rapuh juka dihadapkan dengan perubahan iklim, keindahan Pegunungan Meratus, Pasar Terapung Lok Baintan, dan wisata religi seperti Makam Guru Sekumpul menjadikan Kalimantan Selatan sebagai destinasi wisata andalan. Namun, perubahan iklim membawa ancaman nyata terhadap sektor ini. Banjir, tanah longsor, dan kenaikan suhu rata-rata dapat merusak infrastruktur wisata dan mengurangi kenyamanan wisatawan yang berkunjung sehingga berdampak pada persepsi wisatawan akan kenyamanan wisata di Kalimantan Selatan.

Untuk menjaga daya tarik wisata, Kalimantan Selatan perlu berinvestasi pada infrastruktur ramah lingkungan yang tahan cuaca ekstrem. Pengembangan ekowisata berbasis komunitas yang melibatkan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian lingkungan juga dapat menjadi strategi jangka panjang untuk mempertahankan sektor pariwisata sebagai salah satu motor penggerak ekonomi.

 

Langkah Pemerintah Menghadapi Perubahan Iklim

Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp3,13 triliun sejak 2021 sampai dengan 2024 untuk mengatasi dampak perubahan iklim, dengan fokus pada ketahanan sumber daya air, pembangunan infrastruktur konektivitas, dan konservasi hutan. Langkah ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang terus meningkat. Namun, keberhasilan program ini memerlukan pendekatan yang lebih terarah dan berbasis kebutuhan lokal. Salah satu prioritas utama adalah pengelolaan sumber daya air, mengingat Kalsel sering menghadapi banjir di musim hujan dan kekeringan saat kemarau. Selain membangun infrastruktur seperti bendungan dan irigasi, pemerintah perlu mendorong pengelolaan air berbasis ekosistem. Program pemulihan daerah aliran sungai (DAS) yang melibatkan masyarakat lokal dapat memperbaiki ekosistem yang rusak,
sementara teknologi seperti cekdam dan embung kecil dapat digunakan untuk menahan limpasan air di musim hujan dan menyimpannya untuk musim kering.

Pada sektor infrastruktur, pembangunan konektivitas harus diarahkan untuk mendukung ketahanan terhadap cuaca ekstrem. Pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas transportasi lainnya perlu didesain tahan banjir dan tahan terhadap potensi kerusakan akibat bencana alam. Selain itu, langkah mitigasi di sektor kehutanan menjadi sangat penting. Restorasi hutan, terutama di kawasan gambut, tidak hanya membantu menyerap karbon tetapi juga berfungsi sebagai penahan air alami untuk mencegah banjir. Pemerintah juga dapat memperluas program pembasahan kembali (rewetting) dan revegetasi lahan gambut untuk mengurangi risiko kebakaran serta meningkatkan kemampuan ekosistem dalam
menyimpan karbon.

Meski langkah-langkah awal ini telah dilakukan, masih ada tantangan besar terkait efektivitas realisasi anggaran dan keterlibatan semua pihak. Monitoring dan evaluasi yang ketat terhadap pelaksanaan program sangat diperlukan agar setiap dana yang dialokasikan benar-benar memberikan manfaat nyata. Selain itu, kolaborasi dengan sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil sangat penting untuk menciptakan program yang lebih inovatif dan berkelanjutan. Dengan kebijakan yang terintegrasi dan fokus pada mitigasi serta adaptasi, Kalimantan Selatan dapat menjadi contoh daerah yang mampu bertahan dan berkembang di tengah tantangan perubahan iklim.

Apa yang bisa kita upayakan untuk menghadapi hal ini?

Untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan memastikan pembangunan berkelanjutan, Kalimantan Selatan memerlukan langkah kebijakan yang terintegrasi dan berbasis potensi lokal. Salah satu prioritas utama adalah transisi energi hijau. Pemerintah harus mempercepat pengembangan energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya, hidroelektrik, dan bioenergi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Langkah ini tidak hanya menurunkan emisi karbon tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru, terutama melalui pengembangan proyek energi bersih yang melibatkan masyarakat lokal dan sektor swasta.

Optimalisasi lahan rawa dan gambut juga menjadi kunci dalam mendukung ketahanan pangan sekaligus mitigasi perubahan iklim. Program pertanian berkelanjutan seperti SERASI telah menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan produktivitas lahan rawa tanpa merusak ekosistem. Di sisi lain, restorasi gambut melalui pembasahan kembali (rewetting) dan revegetasi sangat penting untuk mencegah kebakaran lahan, meningkatkan daya serap karbon, dan memulihkan fungsi ekologis lahan gambut sebagai penyangga alami terhadap bencana seperti banjir.

Pada sektor pesisir, konservasi ekosistem mangrove harus diimbangi dengan diversifikasi mata pencaharian bagi masyarakat nelayan. Pelatihan keterampilan baru dan akses ke teknologi budidaya ikan yang ramah lingkungan dapat membantu meningkatkan produktivitas tanpa merusak ekosistem. Dengan strategi ini, masyarakat pesisir dapat meningkatkan kesejahteraan mereka sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Pengembangan ekowisata juga menjadi peluang besar untuk meningkatkan perekonomian daerah. Kalimantan Selatan memiliki banyak destinasi alam yang unik, seperti Pegunungan Meratus dan Pasar Terapung Lok Baintan. Dengan melibatkan masyarakat lokal sebagai pelaku utama, ekowisata tidak hanya melestarikan lingkungan tetapi juga memberikan dampak ekonomi langsung bagi komunitas sekitar. Selain itu, promosi ekowisata yang memadukan pelestarian alam dan edukasi dapat menarik wisatawan domestik maupun internasional.

Untuk mendukung semua upaya ini, pemerintah harus memanfaatkan pendanaan hijau seperti program REDD+ dan FOLU Net Sink 2030 yang mendukung rehabilitasi hutan dan pengurangan deforestasi. Skema blended finance, yang menggabungkan pendanaan dari sektor publik dan swasta, dapat menarik lebih banyak investasi hijau untuk mendanai proyek energi terbarukan, infrastruktur ramah lingkungan, dan konservasi ekosistem. Dengan memanfaatkan skema pendanaan ini, Kalimantan Selatan dapat menjadi pelopor dalam implementasi pembangunan hijau yang tangguh, berkelanjutan, dan berbasis komunitas.

Melalui kebijakan yang strategis dan terintegrasi, Kalimantan Selatan memiliki peluang besar untuk tidak hanya mengurangi dampak perubahan iklim tetapi juga memperkuat ekonomi lokal. Kombinasi antara inovasi teknologi, pelibatan masyarakat, dan dukungan pendanaan hijau dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi provinsi ini, sekaligus menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.

Jangan lupa, masyarakat harus sadar dan terlibat

Kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim memegang peran kunci dalam menentukan keberhasilan upaya mitigasi dan adaptasi. Sayangnya, banyak masyarakat, terutama di daerah pedesaan dan pesisir, masih memandang perubahan iklim sebagai isu yang jauh dari kehidupan mereka. Padahal, dampaknya nyata dan sudah dirasakan, mulai dari banjir yang merusak sawah, kekeringan yang mempersulit akses air bersih, hingga menurunnya hasil tangkapan ikan akibat kerusakan ekosistem pesisir. Untuk itu, meningkatkan pemahaman masyarakat menjadi langkah awal yang tidak dapat ditawar.
Edukasi harus dirancang dengan pendekatan yang relevan dan mudah dipahami, menggunakan bahasa lokal dan menghubungkan isu perubahan iklim dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, petani dapat diajari bagaimana perubahan pola curah hujan memengaruhi musim tanam, sementara nelayan perlu memahami dampak kenaikan suhu laut terhadap habitat ikan. Kampanye melalui media lokal seperti radio, komunitas, dan media sosial dapat menjadi alat yang efektif untuk menyebarluaskan informasi ini.

Namun, kesadaran saja tidak cukup. Masyarakat juga harus diberdayakan dengan keterampilan untuk bertindak. Pelatihan tentang praktik adaptasi seperti irigasi hemat air, pengelolaan lahan yang ramah lingkungan, dan teknologi budidaya ikan yang tahan perubahan lingkungan perlu dilakukan secara luas. Dukungan pemerintah, baik dalam bentuk bantuan teknis maupun insentif ekonomi, dapat mempercepat adopsi praktik ini. Sebagai contoh, petani yang menggunakan varietas tanaman tahan iklim dapat diberikan akses prioritas ke pasar atau subsidi benih.

Tokoh masyarakat dan komunitas lokal juga berperan besar dalam menyebarkan kesadaran. Ketika pesan-pesan lingkungan disampaikan oleh tokoh yang dipercaya, seperti pemuka agama atau tokoh adat, masyarakat cenderung lebih mudah menerima. Selain itu, melibatkan komunitas dalam aksi nyata, seperti reboisasi, restorasi hutan, atau pengelolaan sampah, tidak hanya meningkatkan kesadaran tetapi juga membangun rasa tanggung jawab bersama.

Masa Depan Hijau Kalimantan Selatan

Perubahan iklim adalah tantangan besar yang tak terelakkan bagi Kalimantan Selatan. Dengan geografis yang unik dan sumber daya alam yang melimpah, provinsi ini berada di garis depan ancaman seperti banjir, kekeringan, dan degradasi ekosistem. Namun, di balik tantangan tersebut tersembunyi peluang besar untuk menciptakan masa depan yang Tangguh dan berkelanjutan. Perubahan iklim tidak hanya memaksa kita untuk bertahan tetapi juga mendorong inovasi dalam membangun ekonomi yang lebih hijau.

Kunci utama untuk meraih masa depan hijau adalah integrasi kebijakan mitigasi dan adaptasi yang inovatif. Kebijakan mitigasi harus berfokus pada pengurangan emisi karbon melalui transisi energi hijau dan restorasi ekosistem, seperti gambut dan hutan. Di sisi lain, adaptasi harus memastikan bahwa sektor-sektor strategis, seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata, dapat beradaptasi dengan perubahan iklim. Upaya ini mencakup pengembangan teknologi pertanian tahan iklim, rehabilitasi ekosistem pesisir, serta promosi ekowisata berbasis komunitas.

Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta adalah elemen penting dalam keberhasilan ini. Pemerintah perlu menyediakan kebijakan yang mendukung dan pendanaan yang cukup, sementara masyarakat lokal harus dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan sumber daya alam. Di sisi lain, sektor swasta dapat menjadi mitra dalam investasi hijau, baik melalui pengembangan energi terbarukan, teknologi ramah lingkungan, maupun konservasi ekosistem. Dengan memperkuat kerja sama lintas sektor, Kalimantan Selatan dapat membangun model pembangunan yang berkelanjutan dan tangguh.

Potensi lokal menjadi pilar utama dalam mewujudkan visi ini. Dengan memanfaatkan ekosistem rawa dan gambut untuk pertanian berkelanjutan, melestarikan hutan untuk serapan karbon, dan mempromosikan wisata alam yang unik, Kalimantan Selatan tidak hanya dapat mempertahankan kekayaan alamnya tetapi juga menciptakan nilai ekonomi baru yang bermanfaat bagi masyarakat. Pendekatan ini memastikan bahwa pembangunan tidak hanya mengandalkan eksploitasi sumber daya alam tetapi juga memulihkan dan melindunginya.

Masa depan hijau Kalimantan Selatan bergantung pada langkah yang kita ambil hari ini. Saatnya untuk bertindak dengan visi jangka panjang, memastikan bahwa generasi mendatang tidak hanya mewarisi keindahan alam Kalimantan Selatan tetapi juga sistem ekonomi yang mampu bertahan dan berkembang di tengah tantangan perubahan iklim. Sebab, melindungi alam bukan sekadar tanggung jawab, tetapi juga warisan berharga yang harus kita jaga bersama. Dengan pendekatan yang strategis dan kolaboratif, Kalimantan Selatan dapat menjadi pelopor pembangunan hijau di Indonesia, menjadi contoh bagaimana
daerah dapat menghadapi perubahan iklim sambil menciptakan peluang bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.

 

Penulis : Sonnie Wahyu Dewantoro, S. Ikom (Pelaksana Bidang PPA II, Kanwil DJPb Kalsel)

Artikel ini telah dimuat Radar Banjarmasin tanggal 14 Maret 2025

Peta Situs   |  Email Kemenkeu   |   FAQ   |   Prasyarat   |   Hubungi Kami

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Manajemen Portal DJPb - Gedung Djuanda I Lt. 9
Gedung Prijadi Praptosuhardo II Lt. 1 Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta Pusat 10710
Call Center: 14090
Tel: 021-386.5130 Fax: 021-384.6402

IKUTI KAMI

 

Search