Ternate – Mendapat anugerah sumber daya alam yang melimpah, Maluku Utara belum mampu menciptakan suatu produk olahan yang beredar luas dan bersaing di pasar dalam negeri. Hal tersebut menarik perhatian Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Maluku Utara, Kanwil Ditjen Perbendaharaan (DJPb) Malut, dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Malut untuk menggelar diskusi pengembangan produk olahan Malut di Ternate (4/11). Hadir dalam diskusi tersebut Pemerintah Daerah Halmahera Barat yang diwakili Sekretaris Daerah dan Akademisi Universitas Khairun.
Kepala Kanwil DJPb Malut, Edward Nainggolan, menyampaikan bahwa fenomena rendahnya produk olahan Malut yang beredar di pasar harus menjadi perhatian bersama pihak-pihak terkait. “Pemerintah Daerah di Malut memiliki peran penting, karena memiliki berbagai kewenangan untuk mengembangkan produk olahan lokal” ujar Edward. Senada dengan Edward, ISEI Malut yang diwakili Mukhtar Adam menilai bahwa produk olahan harus dikembangkan mengingat sumber daya alam yang berlimpah di Malut. “Sebagai contoh adalah pisang mulu bebe yuang merupakan komoditi khas Malut” ujarnya. Dirinya menambahkan bahwa pemanfaatan pisang mulu bebe harus ditingkatkan lagi mengingat keunikan pisang itu sendiri. “Pisang mulu bebe tidak dijumpai di daerah lain dan memiliki keunikan tersendiri dibanding jenis pisang pada umumnya. Keunikan pisang mulu bebe merupakan nilai lebih dan menjadikan komoditi ini potensial untuk dipasarkan lebih luas lagi” terangnya.
Sekretaris Daerah Halbar, Syahril A. Radjak, menyampaikan bahwa daerahnya merupakan salah satu penghasil pisang mulu bebe terbesar di Maluku Utara. “Karena supply yang begitu besar, kebanyakan pisang tersebut dijual tanpa dijadikan produk olahan terlebih dahulu” terangnya. Dirinya berharap agar pihak-pihak yang berkompeten dapat memberikan bimbingan dan pelatihan pengolahan produk kepada masyarakat dan pelaku usaha mikro di Halbar.
Menanggapi hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malut yang diwakili Martin Sumbaga, menyatakan bahwa pihaknya sangat mendukung pelatihan pengolahan produk dari pisang mulu bebe. “Hal tersebut dapat mengangkat perekonomian di Maluku Utara” ungkapnya. Dirinya menyatakan bahwa selama ini BI telah memberikan berbagai bimbingan teknis kepada industri rumah tangga di Maluku Utara. “Apabila secara teknis kami tidak mampu, BI akan membawa pelaku industri rumah tangga di Malut untuk studi banding ke daerah lain” lanjutnya.
Seluruh peserta diskusi sepakat bahwa pengembangan produk olahan pisang mulu bebe tidak hanya melalui faktor produksi saja. Faktor lain seperti supply bibit dan produk, pangsa pasar, dan strategi pemasaran merupakan kunci keberhasilan pengambangan produk olahan pisang mulu bebe. Direncanakan dalam waktu dekat akan dilaksanakan proyek percontohan di Halmahera Barat meliputi pelatihan, penyediaan bibit dan bahan baku, pembuatan produk olahan, uji analisis hasil produksi, dan pengemasan produk. Diharapkan proyek percontohan tersebut dapat berjalan dengan lancar, sehingga dapat segera dirasakan manfaatnya untuk perekonomian Malut.