Kalimantan Selatan kini berada pada titik krusial dalam perjalanan ekonominya. Dengan sumber daya alam yang semakin terbatas, dorongan untuk melakukan diversifikasi ekonomi kian terasa. Diversifikasi, yang melibatkan pengembangan sektor-sektor baru untuk memperluas fondasi perekonomian, kini menjadi langkah yang tak bisa lagi ditunda. Ketergantungan pada sektor batubara, yang selama ini menjadi andalan perekonomian provinsi, menyimpan risiko tinggi, baik karena ketidakstabilan pasar global, tantangan lingkungan, maupun potensi habisnya sumber daya alam.
Dengan diversifikasi, Kalimantan Selatan bisa memperluas potensi ekonominya ke sektor-sektor lain yang lebih berkelanjutan. Pengembangan sektor pertanian, perikanan, industri kreatif, hingga sektor jasa berbasis digital seperti gig economy akan membantu membangun ekonomi yang lebih tangguh dan inklusif. Ini berarti, tidak hanya memperkuat daya saing provinsi di tengah dinamika pasar global, tetapi juga membuka peluang bagi lebih banyak lapisan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam perekonomian.
Diversifikasi ini bukan hanya memperluas sumber pendapatan, tetapi juga mengenai menciptakan masa depan yang lebih stabil dan berkelanjutan. Dengan dukungan kebijakan yang tepat dari pemerintah, investasi pada infrastruktur, serta pengembangan sumber daya manusia yang berkompeten, Kalimantan Selatan dapat bertransformasi menjadi provinsi yang tidak hanya dikenal karena kekayaan sumber daya alamnya, tetapi juga karena ketangguhan dan inovasi ekonominya.
Belajar dari negara kecil bernama Nauru
Nauru, negara kecil di Pasifik, pernah menjadi salah satu negara terkaya di dunia pada pertengahan abad ke-20 berkat cadangan fosfatnya yang melimpah. Mineral ini, terbentuk dari akumulasi kotoran burung selama ribuan tahun, menjadi tulang punggung perekonomian Nauru. Pada masa kejayaannya, ekspor fosfat dapat mencapai nilai lebih dari $100 juta per tahun, yang menyumbang lebih dari 80% dari total pendapatan negara. Dengan angka ekspor yang ribuan ton per tahun, Nauru menikmati kekayaan yang memungkinkan pembangunan infrastruktur mewah dan gaya hidup makmur bagi penduduknya.
Ketergantungan penuh pada satu komoditas tanpa adanya diversifikasi ekonomi menjadi masalah mendasar bagi Nauru. Pemerintah gagal memanfaatkan kekayaan fosfat untuk membangun sektor-sektor lain seperti pertanian, industri, atau pariwisata. Tidak ada investasi serius dalam pendidikan atau pengembangan keterampilan yang bisa menopang ekonomi setelah fosfat habis. Akibatnya, ketika cadangan fosfat mulai menipis pada akhir 1990-an, ekonomi Nauru runtuh. Pada masa ini, Produk Domestik Bruto (PDB) Nauru turun drastis lebih dari 90%, dan tingkat pengangguran melonjak hingga 90%. Kekayaan yang dahulu membuat Nauru dipuja dunia akhirnya hilang, terbuang sia-sia karena investasi yang tidak bijaksana dan pemborosan.
Kerusakan ekonomi Nauru juga diperparah oleh kehancuran lingkungan. Lahan yang sudah terlanjur dieksploitasi menjadi tidak bisa digunakan untuk kegiatan produktif dan ditinggali, membuat Nauru bergantung pada komoditas impor dan bantuan internasional.
Dampak dari kehancuran ekonomi ini tidak hanya mengguncang sektor ekonomi, tetapi juga menimbulkan krisis sosial dan politik yang berkepanjangan.
Pengalaman Nauru ini menyajikan pelajaran penting, yaitu bahwa ketergantungan berlebihan pada satu sumber daya alam tanpa adanya upaya diversifikasi ekonomi dapat membuat perekonomian rentan terhadap keruntuhan. Ketika sumber daya habis atau mengalami penurunan harga di pasar global, perekonomian yang tidak memiliki fondasi lain akan runtuh dengan cepat. Nauru menjadi contoh nyata kegagalan perencanaan jangka panjang dan ketidakmampuan untuk menghadapi perubahan.
Urgensi Diversifikasi Menuju Ekonomi Tangguh dan Berkelanjutan
Kalimantan Selatan, yang selama ini dikenal sebagai salah satu provinsi dengan kontribusi besar terhadap sektor pertambangan Indonesia, terutama batubara, dihadapkan pada tantangan besar untuk memperkuat ketahanan ekonominya. Ketergantungan pada sektor tambang dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi motor penggerak utama perekonomian daerah, tetapi juga memunculkan risiko tinggi bagi keberlanjutan ekonomi provinsi ini di masa depan.
Meski sektor pertambangan menyumbang signifikan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan membuka banyak lapangan kerja, sektor ini tetap memiliki batasan. Terbatasnya cadangan atas komoditas batubara serta ketidakpastian harga di pasar global menjadikan ekonomi rentan terhadap gejolak ekonomi eksternal. Penurunan harga komoditas serta kebijakan lingkungan global yang kian ketat terhadap energi fosil, khususnya dalam menghadapi perubahan iklim, semakin menegaskan pentingnya strategi diversifikasi ekonomi yang mendesak.
Diversifikasi ekonomi adalah upaya untuk memperluas basis ekonomi dengan mengembangkan berbagai sektor produktif selain tambang. Dengan diversifikasi, Kalimantan Selatan bisa mengurangi risiko yang dihadapi akibat ketergantungan pada sektor yang rentan terhadap perubahan pasar global dan kebijakan internasional. Dalam jangka panjang, diversifikasi akan memberikan landasan ekonomi yang lebih tangguh, mampu menyerap guncangan ekonomi global, dan menjamin keberlanjutan pertumbuhan ekonomi daerah.
Penguatan sektor non-tambang seperti pertanian, industri pengolahan, jasa, dan pariwisata akan menjadi motor penggerak baru bagi ekonomi Kalimantan Selatan. Peran sektor-sektor ini sangat penting dalam mendorong pemerataan ekonomi, khususnya di daerah pedesaan yang selama ini bergantung pada sektor primer.
Salah satu sektor yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Kalimantan Selatan adalah sektor pertanian. Daerah ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk lahan pertanian yang subur, yang cocok untuk pengembangan berbagai komoditas unggulan seperti kelapa sawit, karet, padi, dan hortikultura. Optimalisasi sektor pertanian tidak hanya berfokus pada produksi, tetapi juga pada pengembangan industri pengolahan yang dapat memberikan nilai tambah. Dengan demikian, produk-produk lokal dapat bersaing di pasar nasional dan internasional, menciptakan lapangan kerja baru, serta meningkatkan pendapatan petani.
Sektor industri pengolahan juga perlu didorong untuk berkembang, terutama yang berkaitan dengan hilirisasi hasil pertanian dan perikanan. Pengembangan industri pengolahan yang modern dan berbasis teknologi dapat memberikan dampak yang signifikan dalam menciptakan nilai tambah, memperluas pasar, dan meningkatkan daya saing produk Kalimantan Selatan. Selain itu, inisiatif untuk mendorong pembangunan kawasan industri
terpadu yang ramah lingkungan akan memberikan stimulasi pertumbuhan yang lebih terukur dan berkelanjutan.
Sektor jasa dan pariwisata adalah dua bidang lain yang memiliki potensi besar namun masih belum dimaksimalkan di Kalimantan Selatan. Daerah ini memiliki keindahan alam yang luar biasa, mulai dari pantai, pegunungan, hingga hutan tropis yang menjadi habitat bagi flora dan fauna langka. Pengembangan destinasi wisata alam, ekowisata, serta wisata budaya dan sejarah dapat menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Dengan perbaikan infrastruktur dan promosi yang tepat, sektor pariwisata dapat menjadi penyumbang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sekaligus mendorong pelestarian lingkungan dan budaya lokal.
Diversifikasi mampu menumbuhkan UMKM sebagai multiplier effect tumbuhnya sektor formal
Kehadiran sektor-sektor unggulan di Kalimantan Selatan diharapkan dapat memicu multiplier effect yang kuat pada perekonomian lokal. Sektor-sektor formal yang berkembang akan menciptakan peluang bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk terlibat dalam rantai pasokan yang lebih luas, sehingga memperbesar permintaan terhadap produk dan layanan lokal. Dengan meningkatnya keterlibatan UMKM dalam ekosistem ekonomi formal, dampaknya akan langsung terasa melalui perluasan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan penguatan daya beli lokal—semua ini adalah langkah penting untuk membangun ekonomi yang lebih inklusif dan stabil.
Peran UMKM dalam mendukung diversifikasi ekonomi sangatlah penting, terutama di Kalimantan Selatan, yang memiliki potensi besar misalnya di sektor kuliner, kerajinan tangan, dan layanan jasa yang akan mendukung sektor formal yang hadir sebelumnya. UMKM juga dapat memainkan peran utama dalam sektor pertanian dan pariwisata sebagai penyedia produk olahan lokal, suvenir khas daerah, serta layanan akomodasi dan transportasi yang menunjang industri pariwisata. Untuk mendorong peran UMKM ini, pemerintah perlu memberikan dukungan optimal melalui akses permodalan, pelatihan keterampilan, dan perluasan akses pasar. Kerja sama antara pelaku usaha besar dan UMKM, melalui program inkubasi bisnis dan kemitraan, juga perlu diperkuat agar tercipta ekosistem bisnis yang inklusif dan saling menguntungkan. Dengan kolaborasi erat antara pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, dan lembaga keuangan, Kalimantan Selatan berpeluang besar untuk bertransformasi menjadi provinsi dengan ekonomi yang beragam, tangguh, dan berkelanjutan, memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya.
Perlu Dukungan Pemerintah untuk Diversifikasi
Kalimantan Selatan menghadapi tantangan serius untuk lepas dari ketergantungan pada sektor tambang. Upaya diversifikasi ekonomi menjadi kebutuhan mendesak agar pertumbuhan ekonomi lebih berkelanjutan dan inklusif. Pemerintah, sebagai penggerak utama perubahan, memegang peran kunci dalam menciptakan iklim investasi yang mendukung sektor-sektor baru seperti pertanian, industri pengolahan, jasa, dan pariwisata. Dukungan pemerintah melalui kebijakan insentif, peningkatan infrastruktur, serta regulasi yang kondusif akan menjadi fondasi keberhasilan diversifikasi ini.
Pembangunan infrastruktur transportasi, jalan, pelabuhan, dan logistik menjadi sangat penting, terutama untuk memperkuat daya saing sektor pertanian dan industri pengolahan. Di
era digital, peningkatan akses internet hingga ke pelosok desa juga menjadi langkah strategis, agar UMKM sebagai tulang punggung ekonomi lokal bisa berkembang lebih cepat.
Pengembangan sumber daya manusia misalnya melalui pendidikan vokasi juga perlu diprioritaskan agar SDM lokal mampu bersaing di pasar tenaga kerja dengan kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan industri. Selain itu, kolaborasi erat antara pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, dan lembaga keuangan diperlukan untuk menciptakan iklim investasi yang sehat dan memberikan akses pembiayaan bagi sektor-sektor produktif.
Tanpa komitmen penuh dari pemerintah dan sinergi semua pihak, upaya diversifikasi akan berjalan lambat. Dengan strategi dan dukungan yang tepat, Kalimantan Selatan bisa lepas dari ketergantungan pada tambang dan membangun ekonomi yang tangguh, inklusif, dan berdaya saing di masa depan.
Penulis : Sonnie Wahyu Dewantoro, S. Ikom (Pelaksana Bidang PPA II, Kanwil DJPb Kalsel)
Artikel ini telah dimuat Radar Banjarmasin tanggal 30 Oktober 2024