Pada tanggal 17 Februari lalu, Presiden Prabowo mengumumkan kebijakan pencapaian target pertumbuhan ekonomi. Salah satu kebijakan pendorong ekonomi yang beliau sampaikan adalah optimalisasi penyaluran kredit usaha rakyat (KUR). Pada minggu sebelumnya, tepatnya pada tanggal 11 Februari 2025, saya diundang menghadiri Rapat Koordinasi Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Kabupaten Tabalong. Pada kesempatan itu, saya menyampaikan masukan antara lain tentang pentingnya optimalisasi penyaluran KUR dan pembiayaan ultra mikro (UMi) kepada UMKM di Tabalong serta kesiapan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Tanjung untuk melakukan sosialisasi terkait akses pembiayaan ini. Saya berharap optimalisasi penyaluran KUR menjadi salah satu program kerja TPKAD tahun 2025 di Pemda Tabalong. Dan saya kira tidak hanya di Tabalong tetapi juga menjadi program kerja TPAKD di seluruh Pemda di Banua.
Mari kita lihat angka penyaluran KUR tahun 2024 lalu. Berdasarkan data dari Kanwil DJPb Kalimantan Selatan, penyaluran KUR di Kalimantan Selatan hingga 31 Desember 2024 mencapai Rp5,38 triliun kepada 91,5 ribu debitur. Terdapat pertumbuhan nilai penyaluran sebesar 1,78 persen dibandingkan tahun 2023 dan pertumbuhan jumlah debitur sebesar 1,84 persen. Artinya: semakin banyak warga masyarakat pelaku usaha yang ikut menikmati program kredit bersubsidi ini. Suku bunga KUR yang terjangkau menjadi salah satu daya tarik. Mulai tahun 2020, pemerintah menetapkan suku bunga KUR 6 persen, turun dari sebelumnya 7 persen.
Plafon target penyaluran KUR untuk tahun 2024 ditetapkan sebesar Rp5,16 triliun, sehingga capaian realisasi mencapai 104,31 persen. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan KUR cukup tinggi dan adanya efektivitas dalam pencapaian sasaran pembiayaan UMKM.
Dari total KUR yang disalurkan, 94,70 persen merupakan KUR konvensional atau sebesar Rp5,09 triliun dan 5,30 persen atau Rp285,31 miliar adalah KUR syariah. Artinya, pangsa pasar KUR syariah masih sangat rendah. Hal ini mengindikasikan perlunya edukasi dan sosialisasi lebih lanjut. Mengingat kondisi masyarakat Kalsel yang relijius, ada peluang ekspansi skema KUR syariah ini.
Data Kanwil DJPb Kalsel juga menunjukkan bahwa sebagian besar penyaluran KUR di Kalsel masih terkonsentrasi di kota Banjarmasin. Ini mencerminkan peran Banjarmasin sebagai pusat ekonomi Kalimantan Selatan. Dari segi distribusi geografis, tiga kabupaten/kota dengan penyaluran KUR tertinggi adalah Banjarmasin mencapai Rp1,16 triliun dengan 15,9 ribu debitur, Tanah Bumbu sebesar Rp594,96 miliar dengan 8,1 ribu debitur, dan Banjar Rp497,09 miliar dengan 6,9 ribu debitur. Sedangkan dari sisi lembaga penyalur, tiga bank dengan penyaluran KUR tertinggi adalah Bank BRI mencapai Rp3,69 triliun dengan 76,7 ribu debitur, Bank Kalsel sebesar Rp627,40 miliar dengan sekitar 5 ribu debitur, dan Bank Mandiri sebesar Rp533,94 miliar dengan 5,5 ribu debitur.
Grafik secara bulanan menunjukkan adanya fluktuasi penyaluran KUR sepanjang tahun 2024. Penyaluran tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Mei, sementara bulan Juni dan November mengalami kontraksi. Kondisi kontraksi ini menandakan adanya tantangan atau faktor musiman yang mempengaruhi permintaan kredit.
KUR Sektor Pertanian
Dari segi struktur penyaluran KUR per sektor, pertanian merupakan salah satu sektor yang mendominasi penyaluran KUR di Kalsel. Data penyaluran KUR tahun 2025 sampai dengan 31 Januari 2025 menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi sektor penerima KUR terbanyak, sebesar 40,90 persen. Hanya saja, selama tahun 2024 lalu, alokasi KUR masih lebih banyak terserap oleh sektor perdagangan yang mencapai 42,13 persen, sementara sektor pertanian membutuhkan dorongan lebih besar.
Menilik struktur PDRB Kalsel tahun 2024, lapangan usaha pertanian memiliki share sebesar 11,55 persen, berada di urutan kedua setelah lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang sebesar 29,47 persen. Dengan kontribusi yang cukup besar ini, optimalisasi KUR dalam sektor pertanian menjadi krusial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Peningkatan investasi di sektor pertanian melalui KUR dapat mendorong pengembangan agroindustri, menciptakan rantai pasok yang lebih kuat, dan mengurangi ketergantungan terhadap sektor tambang yang saat ini masih dominan. Selain itu, optimalisasi KUR dapat menjadi salah satu instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan petani, menaikan nilai tukar petani (NTP) dan mendorong ketahanan pangan. Yang tentu saja, hal ini sejalan dengan program Presiden Prabowo yang menekankan pentingnya ketahanan pangan.
Rekomendasi
Untuk mendukung program ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani di Kalsel, perlu dilakukan langkah strategis untuk mengoptimalkan dukungan KUR pada sektor pertanian.
Pertama, dukungan utama harus datang dari pemerintah pusat dengan menyederhanakan persyaratan bagi petani dan peternak untuk memperoleh pinjaman KUR. Skema KUR supermikro dengan plafon pinjaman hingga Rp10 juta menjadi salah satu solusi inovatif yang ditawarkan pemerintah untuk membantu petani dalam mendapatkan modal usaha, baik untuk bercocok tanam maupun beternak.
Kedua, pemerintah daerah perlu meningkatkan perannya dalam pengelolaan KUR, khususnya di sektor pertanian. Selain memastikan penyaluran KUR tepat sasaran, pemerintah daerah juga bertanggung jawab dalam penerapan sistem informasi kredit program (SIKP). Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan dan merekam data calon debitur potensial sebanyak mungkin, sehingga data tersebut dapat dimanfaatkan oleh perbankan sebagai penyalur KUR dalam proses pemberian pinjaman. Dalam pelaksanaan SIKP ini, pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan KPPN.
Selain itu, meskipun KUR sudah menawarkan bunga rendah, apabila memungkinkan pemerintah daerah dapat memberikan tambahan subsidi bunga untuk meringankan beban petani atau UMKM. Barangkali ini juga bisa menjadi salah satu program unggulan bagi Kepala Daerah yang baru dilantik.
Peran Pemda yang tak kalah penting adalah memperbaiki infrastruktur, menyediakan program pelatihan tentang manajemen usaha tani, teknik budidaya modern, hingga pemasaran hasil panen, agar petani bisa memanfaatkan KUR secara optimal. Adanya program makan bergizi gratis (MBG) juga menjadi kesempatan besar bagi petani turut menjadi pemasok bahan pangan.
Ketiga, peran perbankan dalam menyalurkan KUR harus terus diperkuat agar dapat menghadirkan skema pinjaman yang lebih mudah diakses oleh petani. Peningkatan akses KUR syariah bisa menjadi alternatif yang lebih menentramkan masyarakat Kalsel yang dikenal relijius.
Keempat, perlu dilakukan sosialisasi yang luas kepada para petani mengenai fasilitas KUR di sektor pertanian. Kegiatan sosialisasi ini dapat diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau TPAKD dengan menggandeng bank penyalur KUR serta Kanwil Ditjen Perbendaharaan atau KPPN sebagai perwakilan pemerintah pusat.
Sejatinya, KUR adalah alat, bukan tujuan. Jika disalurkan dengan benar, KUR bisa menjadi motor penggerak ekonomi rakyat. Walakin, tanpa strategi yang jelas dan dukungan pemda, manfaatnya bisa berkurang. Saat ini, pemda di Kalsel mempunyai peluang besar untuk memastikan bahwa KUR benar-benar memberi dampak bagi petani dan sektor pertanian serta mendukung program ketahanan pangan.
***
Penulis:
Sigid Mulyadi
Kepala KPPN Tanjung, Kementerian Keuangan.
Artikel tersebut telah terbit di Koran Banjarmasin Post, 25 Februari 2025.