Hampir sebagian besar masyarakat di provinsi Aceh mengenal Danau Laut Tawar. Namun, sadarkah kita seberapa penting manfaat keberadaannya bagi kehidupan masyarakat Aceh. Danau Laut Tawar dikenal sebagai salah satu dari 800-an danau besar yang menjadi sumber air permukaan utama di Indonesia. Air permukaan danau ini mengalir melalui Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan, melewati Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Bireuen. Pemanfaatan air permukaan dari DAS Peusangan ini diantaranya digunakan untuk irigasi Pante Lhoong, Kabupaten Bireuen, juga sebagai sumber air bersih untuk masyarakat dan industri di Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe, serta dimanfaatkan dalam rangka penyediaan energi listrik bagi masyarakat Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Terkait dengan kebutuhan listrik tersebut, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sedang menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan I dan II. Dalam rapat yang dihadiri oleh Direktur Pinjaman dan Hibah dari Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kepala Subdirektorat Investasi BUMN dari Direktorat Sistem Manajemen Investasi, Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Aceh, dan Kepala KPPN Takengon pada hari Jum’at (10/06/22) lalu, General Manager PLN UIP Sumbagut Octavianus Duha menjelaskan bahwa proyek ini membentang melintasi sejumlah kecamatan di Aceh Tengah. Proyek berkapasitas 88 MW ini meliputi Power Station 1 (PS 1) yang berkapasitas 45 MW dan Power Station 2 sebesar 43 MW. Sebagian besar pendanaan proyek bersumber dari pinjaman JICA IP-538. Progres atas pekerjaan PLTA Peusangan ini telah mencapai 89,24 persen. PT PLN menargetkan PS 1 akan selesai pada Juli 2023 dan PS 2 pada September 2024.
Selama ini, kebutuhan energi listrik di dataran tinggi Gayo dipasok melalui jaringan interkoneksi dari Medan, Sumatera Utara. Dengan adanya PLTA Peusangan ini, daya yang dihasilkan nantinya akan dialirkan ke Kota Takengon dan sebagian akan dialirkan melalui jaringan tegangan tinggi (SUTT) 150 KV menuju Bireuen untuk disambung (koneksi) ke sistem trans-Sumatera dan sebagiannya masuk kembali ke Aceh Tengah.
Dengan demikian, manfaat dari keberadaan PLTA ini diantaranya adalah pertama, dapat meningkatkan keandalan sistem kelistrikan, terutama pada saat peak hour di provinsi Aceh. Hal ini didukung dengan adanya Jalur Transmisi 150 kV dari Takengon ke Bireuen (74 km) yang telah beroperasi sejak tiga tahun silam, Kedua, diharapkan dapat meningkatkan porsi bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) serta menggantikan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Ketiga, berpotensi meningkatkan perekonomian daerah dan mendukung iklim investasi, khususnya di Aceh Tengah.
Perekonomian daerah tampaknya lebih ditopang sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Produk unggulan, berdasarkan data Perwakilan BI di Aceh (2022), di kabupaten Aceh Tengah meliputi kopi, kopi bubuk, budidaya ikan nila, kentang, bawang merah, kedai minuman/warung kopi, dan cabai. Sedangkan produk unggulan di Bener Meriah meliputi kopi, kopi bubuk, cabai besar, kentang, alpukat, cabai rawit, dan tanaman pinus. Produk unggulan kedua daerah ini diharapkan dapat ditingkatkan nilai tambahnya paska selesainya pembangunan PLTA Peusangan. Alhasil, kondisi ini dapat mendorong pemanfaatan sumberdaya secara nyata, meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah, dan mendatangkan prospek untuk menembus pasar ekspor. Singkatnya, tambahan pasokan listrik di provinsi Aceh diharapkan dapat berdampak positif dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah. Sebagai catatan, pertumbuhan ekonomi Aceh Tengah selama tahun 2021 sebesar 3,21 persen, dan pertumbuhan ekonomi di Bener Meriah sebesar 3,15 persen. Angka ini masih lebih kecil daripada pertumbuhan ekonomi nasional.
Sebagai penutup, dukungan masyarakat tentu sangat diperlukan dalam rangka penyelesaian pembangunan PLTA. Dan, yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan masyarakat untuk menjaga ekosistem Danau Laut Tawar dan DAS Peusangan sehingga debit air Sungai Peusangan sebagai pemutar turbin selalu mencukupi.
Kontibutor: Praptono Djunedi (Kepala Bidang PPA II)
Sumber pustaka: dari berbagai sumber