Bais KPPN Klaten Kembali mengadakan Kegiatan Pembinaan Mental yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 Juni 2024 pukul 15.00 s.d. selesai di Mushola Sholahuddin KPPN Klaten. Kegitan pembinaan mental bertema ”Semua ada saatnya” bertujuan menjadikan kita tawadhu, menghindari prasangka buruk dan tidak bangga diri yang disampaikan oleh Ustadz Nanang Usman Salim (Badan Amalan Islam KPPN Klaten). Kegiatan diikuti oleh para pejabat/pegawai KPPN Klaten dan pegawai PPNPN dan Mahasiswa Magang secara offline.
Muqoddimah Ceramah dimulai dari Memberi salam kepada Jamaah , Puji syukur kepada Allah swt dan sholawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Ustadz mengajak jamaah untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah swt, atas Kemurahaan Yang Maha Kuasa. Kita duduk disini setelah Ashar berjamaah dalam rangka kajian bulanan yang diadakan Bais-Badan Amalan Islam KPPN Klaten.
Ustadz Kembali mengajak kita bersyukur terutama atas nikmat iman yang dianugerahkan kepada kita, tidak semua orang diberikan nikmat iman, hanya pilihan Allah yang diberikan nikmat iman. Agar nikmat iman berkekalan kita dianjurkan membaca doa “كَانَ أَكْثَرُ دُعَائِهِ: يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ “Doa terbanyak (yang sering dipanjatkan) beliau (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam) adalah ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik-Wahai Dzat yang membolak balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-MU.” [Hr. At-Tirmidzi]. Dengan do’a ini akan menguatkan iman kita ditengah goncangan kehiduan dunia, agar kita tetap berpegang teguh dengan diin ini sampai akhir hayat kita.
Sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammmad saw, suri tauladan ummat manusia, kita yang ittiba kepada sunnahnya senantiasa menghara syafaatnya, diantara fadhilah lainnya akan ditunggu Rasulullah ditelaga alkaustar dan diberikan minum air darinya yang tidak haus lagi setelahnya.
Ustadz akan menyampaikan beberapa kisah dari buku yang diterjemahkan ustadz abdul Shomad dengan judul “semua ada saatnya”. Diharapakan dari kisah ini dapat diambil ibroh/pelajaran untuk diri kita.
Kisah pertama berkaitan dengan kisah Hasan al Bashri ditepi sungai. Hasan Al-Bashri merupakan seorang ulama yang dilahirkan di Madinah pada tahun 21 Hijriyah. Ketika remaja, tepatnya di usia 14 tahun, ia kemudian pindah ke kota Basrah, Irak dan menetap di sana. Dari kota Basrah inilah ia mulai dikenal dengan nama Hasan Al-Bashri.
Salah satu kisah yang mengandung hikmah luar biasa adalah saat Hasan Al-Bashri sedang berada di tepi sungai Dajlah. Ketika itu, Hasan Al-Bashri melihat seorang pemuda tengah duduk berdua dengan seorang perempuan. Di samping perempuan itu terdapat sebuah botol yang menurut Hasan Al-Bashri adalah botol arak atau minuman keras.
Dari jauh, Hasan Al-Bashri kemudian berkata, “Betapa buruknya akhlak orang itu dan alangkah baiknya kalau dia seperti aku.”
Tidak berselang lama, di sungai Dajlah ada sebuah perahu yang hampir tenggelam. Pemuda yang sedang duduk tadi dengan sigap langsung berenang untuk menyelamatkan para penumpang di perahu tersebut. Total, enam dari tujuh penumpang perahu itu berhasil diselamatkan oleh pemuda tadi.
Kemudian pemuda tadi menghadap Hasan Al-Bashri dan berujar, “Jika memang engkau lebih mulia daripada aku, maka dengan nama Allah, selamatkan satu orang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau hanya diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedangkan aku telah menyelamatkan enam orang.”
Mendengar perkataan pemuda tadi Hasan Al-Bashri langsung terjun ke sungai dan berusaha menolong satu orang yang belum terselamatkan. Namun sayang, ia tetap tidak berhasil menyelamatkan nyawa satu orang yang tertinggal itu.
Pemuda tadi lantas menjelaskan kepada Hasan Al-Bashri siapa sesungguhnya dirinya. “Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di sampingku ini adalah ibu saya sendiri. Sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak,” kata pemuda tersebut.
Hasan Al-Bashri langsung merasa tertampar karena sebuah kesombongan dan prasangka buruknya. Lalu ia berkata, "Jikalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah aku dari tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan.”
Pemuda itu pun menjawab, “Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan." Atas kejadian itulah Hasan Al-Bashri berubah menjadi pribadi yang rendah hati dan tidak pernah menganggap dirinya lebih baik dari orang lain.
Dari kisah ini mengajarkan kita menjauhi prasangka buruk, menjauhi sifat merasa benar dan bangga akan keadaan diri, sebaliknya harus merasa bahwa kita masih banyak kekurangan, senantiasa tawadhu dan belajar dari orang lain dan mengambil pelajaran dari setiap kejadian.
Kisah berikutnya yaitu kisah malik bin dinar dikejar ular. Para ulama mengakui Malik bin Dinar sebagai seorang ulama besar dan shaleh di masa tabi’in. la termasuk salah seorang ulama ahli Hadits yang dipercaya. Ia juga dikenal sebagai kaligrafer al-Qur’an yang mumpuni
Sebelum menjadi orang yang salih, Malik bin Dinar seorang yang suka hidup berfoya-foya. Tiada hari tanpa berbuat maksiat dan zalim kepada orang lain sehingga orang di sekitarnya manjauhinya.
Kisah pertobatannya dimulai ketika ia ingin berkeluarga. Setelah menikah ia dikarunia seorang putri yang ia beri nama Fatimah. Setiap anaknya bertambah besar, keimanannya terus bertambah dan kemaksiatannya berkurang. Sewaktu Fatimah berusia dua tahun seringkali ia membuang minuman arak miliknya.
Ini yang membuat Malik bin Dinar semakin dekat dengan Allah. “Seakan Allah mengatur seperti itu,” katanya. Namun kemudian Allah menberikan cobaan dengan mengambil Fatimah pada usia tiga tahun.
Ternyata kematian itu membuatnya lebih buruk dari sebelumnya. “Aku sangat kecewa dan terpukul dengan kematian Fatimah,” tuturnya. Untuk mengobati kekecewaannya itu, hampir tiap malam ia minum arak sampai mabuk. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi yang membuatnya sadar.
la bermimpi dirinya di hari Kiamat. Manusia berbondong-bondong, termasuk dirinya menghadap pada Yang Maha Kuasa. Masing-masing orang dipanggil sesuai namanya agar menghadap Allah. Ada yang wajahnya berubah menjadi hitam karena ketakutan.
Akhirnya ia mendengar namanya dipanggil. Anehnya, manusia yang ada di sekelilingnya hilang. Seakan tiada seorang pun di padang Mahsyar itu. “Lalu aku melihat ular yang sangat besar lagi ganas berjalan mendekatiku sambil membuka mulutnya. Akupun berlari sehingga aku menemui seorang lelaki tua yang lemah. Aku berkata padanya, “Tolonglah aku dari kejaran ular itu!.
Namun lelaki itu menjawab: ‘Aku lemah anakku, aku tidak mampu menolongmu. Larilah ke arah sana mungkin kamu akan selamat.”. la berlari sekuat tenaga ke arah yang ditunjukkan orang tua itu. Namun si ular terus mengejar sampai di belakangnya dan neraka di depannya.
Kemudian ia berlari kembali ke arah lelaki tua tadi dan minta tolong. Lagi-lagi orang tua tersebut menjawab tidak mampu menolongnya. Tapi dia menyuruh Malik pergi ke arah gunung. la pun kemudian lari ke sana. Dalam ketakutannya ia melihat di puncak gunung ada anak-anak kecil yang berteriak, “Wahai, Fatimah temuilah ayahmu, tolonglah ayahmu!” Fatimah pun menolong Malik bin Dinar dengan mengusir ular tersebut.
Dalam mimpi tersebut Malik seakan bertemu anaknya yang meninggal dalam usia 3 tahun. Anaknya kemudian berkata kepadanya, “Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk menundukan hati mereka mengingat Allah” (Al-Hadid [57]: 16).
Malik bertanya pada anaknya, “Ceritakanlah padaku tentang ular besar itu!” Kemudian Fatimah bercerita bahwa ular itu adalah amal buruknya. Sedang orang tua itu adalah amal baiknya. Namun ia tidak mampu menolongnya karena dilemahkan sendiri oleh Malik. Kemudian Fatimah berkata, “Seandainya engkau tidak melahirkan aku dan meninggal sewaktu masih kecil dahulu niscaya tidak ada yang menjadi penolong buatmu.”
Setelah itu, Malik bin Dinar terbangun dari tidurnya. Sejak itu ia bertobat. Hampir setiap waktunya dihabiskan di masjid untuk belajar Islam kepada para ulama dan beribadah kepada Allah Taala. Kelak, ia menjadi seorang ulama besar yang saleh.
Senada dengan surat al Hadid ayat 16 diatas, masih banyak ayat yang memberikan peringatan agar kita segera bertaubat. Diantaranya yaitu ayat وَيۡلٌ يَّوۡمَٮِٕذٍ لِّلۡمُكَذِّبِيۡنَ Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan (kebenaran), yang terdapat di surat Al Mursalat dan diulang sebanyak 10 Kali.
Demikian juga dari surat Arrahman ayat فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Yang diulang 31 kali, mengingatkan kita agar selalu bersyukur, dan mendekat diri kepada Allah swt.
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari kisah diatas adalah : 1. Jangan berprasangka buruk kepada seseorang atau suatu kejadian, tetap berprasangka baik dan mendoakan kebaikan. 2. Jangan merasa lebih dari orang lain, sebaliknya merasa kurang dan selalu tawadhu, sehingga kita selalu menambah kebaikan sampai menjadi orang yang paling mulia, paling bertakwa. 3. Bersegera bertaubat atas segala salh dan khilaf kita, atas dosa yang disengaja maupun tak disengaja, sehingga menghadap kepada-Nya dalam keadaan bersih tanpa dosa. 4. Semakin bertambah umur hendaknya kita semakin mendekat kepada Allah swt, meninggalkan apa yang dilarang-Nya dan memperbanyak amal yang diperintahkan-Nya. 5. Istiqomah dalam amal kebaikan yang selalu bersambung sampai akhir hayat dengan husnul khotimah.
Ceramah diakhiri dengan Doa.
Penulis : Sumadi
Sumber : Ceramah Ustadz Nanang Usman Salim dan beberapa sumber lainnya