Jl. Kopral Sayom No.26 Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah

Publikasi

Berita

Kegiatan Pembinaan Mental : ” Tebar Kepedulian Raih Ketaqwaan”

Kegitan pembinaan mental bertema ”Tebar Kepedulian Raih Ketaqwaan” bertujuan membiasakan diri kita menebar peduli dan simpati yang mendorong diri kita banyak berbuat kebajikan dan kebaikan dalam keadaan yang tak terbatas dan kepada kalangan yang lebih luas. Pembinaan Mental berupa pengajian yang disampaikan oleh Ustadz Nanang Usman Salim Pegawai KPPN Klaten. Kegiatan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Agustus 2024 pukul 15.00 s.d. selesai di Mushola Sholahuddin KPPN Klaten. Kegiatan diikuti oleh para pejabat/pegawai KPPN Klaten dan pegawai PPNPN dan Mahasiswa Magang secara offline.

Muqoddimah Ceramah dimulai Puji syukur kepada Allah swt atas limpah dan rahmat Allah swt kita semua hadir menjalankan perintah Allah swt sholat Ashar berjamaah diteruskan dengan kajian. Semoga dosa dosa kita dihapuskan, dimana orang yang mendatangi sholat berjamaah maka satu Langkah satu dosa dihapus, satu pahala diberi, satu derajat ditinggikan, semakin banyak Langkah semakin banyak dosa dihapus. Orang yang mendatangi masjid untuk sholat dan duduk setelahnya maka selama itu para malaikat selalu berdoa “Ya Allah ampuni dia ya Allah Rahmati dia”. Ketika Majlis ditutup maka Allah mengampuni mereka semua kendatipun seorang pendosa, karena keberkahan majlis.

Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Manusia Agung, junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang telah memberikan contoh dan suri tauladan dalam kehidupan agar kita selalu berakhlak mulia, akhlak yang agung, yang menunjukkan ketinggian iman, dengan selalu berlaku baik kepada sesame, bahkan dapat bersikap itsar kepada saudara.

Allah swt berfirman dalam surat Ali Imron 92 : “ لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ yang artinya Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Kebajikan yang sempurna akan membawa kepada ketakwaan. Ketakwaan tidak hanya berdimensi hubungan dengan Allah swt, tetapi juga berdimensi dan teraplikasi dalam hubungan dengan sesame manusia. Perilaku takwa akan menghiasi seseorang sehingga akan sejuk dipandang sesame, peduli dan tidak menyakiti, indah dipandang, nyaman dirasa.

Ustadz Nanang Usman Salim menceritakan kisah sahabat Ali bin Abi Thalib yang bekerja kepada Yahudi untuk mendapatkan upah, setelahnya dibelikan gandum untuk dibuat roti untuk keluarganya.

Setelah Roti tersedia dan siap disantap bersama datanglah pengemis, maka roti bagian Sayidina Ali diberikan kepada pengemis. Demikian berturut turut beberapa pengemis datang sehingga semua bagian untuk Fatimah, putranya Hasan dan Husin juga diberikan kepada pengemis. Padahal hanya roti itu saja yang tersedia untuk malam itu.

Inilah contoh sahabat dan keluarganya yang lebih mendahulukan saudara yang lain kendati dia sendiri juga sangat membutuhkan. Kemudian sahabat Ali mengadukan hal ini kepada Rasulullah saw, kemudia Rasulullah saw memberikan buah kurma kepada Ali dan kelurganya.

Kemudian Kisah berikutnya yaitu kisah sahabat anshor yang menjamu tamunya. Yakni sebagaimana kisah yang terdapat dalam hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, “Seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, lalu dia berkata, “Sungguh aku ini miskin dan sangat lapar.” Lalu Rasulullah n menyampaikan hal tersebut kepada sebagian istri beliau. Maka mereka berkata, “Demi Dzat yang telah Mengutusmu dengan hak, saya tidak memiliki apa-apa kecuali air. Kemudian Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan hal itu kepada istri-istri beliau yang lain. Sampai semuanya mengatakan jawaban yang sama, “Demi Dzat yang telah Mengutusmu dengan hak, saya tidak memiliki apa-apa kecuali air.

Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun bertanya kepada para sahabat, “Siapakah kiranya yang sudi menjamu tamuku malam ini? Maka berkatalah seorang dari kalangan Anshar, “Saya wahai Rasulullah.” Kemudian sahabat tersebut membawa tamunya ke rumahnya. Lalu berkata kepada istrinya, “Muliakanlah tamu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.”

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa shahabat tersebut bertanya kepada istrinya, “Apakah kamu memiliki sesuatu (untuk menjamu tamu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam). Istrinya pun menjawab, “Tidak ada, hanya makanan yang cukup untuk anak-anak kita. Lalu sahabat tersebut berkata, “Sibukkanlah anak-anak kita dengan sesuatu (ajak main), kalau mereka ingin makan malam, ajak mereka tidur. Dan apabila tamu kita masuk (ke ruang makan), maka padamkanlah lampu. Dan tunjukkan kepadanya bahwa kita sedang makan bersamanya.

Mereka duduk bersama, tamu tersebut makan, sedangkan mereka tidur dalam keadaan menahan lapar. Tatkala pagi, pergilah mereka berdua (sahabat dan istrinya) menuju Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam memberitakan (pujian Allah subhanahu wata’ala terhadap mereka berdua), “Sungguh Allah merasa heran/kagum dengan perbuatan kalian berdua terhadap tamu kalian).”(Muttafaqun ‘alaih).

Kisah ini adalah contoh nyata dari bagaimana sikap itsar dapat mendatangkan berkah dan pujian dari Allah SWT serta memperkuat ikatan ukhuwah di antara sesama Muslim. Dalam riwayat Imam Muslim, nama orang Anshar yang melakukan perilaku terpuji ini adalah Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu, dan istrinya adalah Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha.

Sedangkan secara umum hampir semua sahabat mempunyai sifat itsar sebagaimana Firman Allah SWT Al Hasyr ayat 9 : وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلْإِيمَٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا۟ وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ  yang artinya Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.”

Terdapat sebuah hadits jika kita meringankan kesusahan saudara maka akan meringankan kesulitan kita baik didunia maupun diakhirat. “Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutupi seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya. Siapa yang lambat amalnya, maka bagusnya nasab tidak dapat mengejar ketertinggalan amal.” (HR. Muslim, no. 2699)

Contoh dari sikap sahabat diatas dinamakan itsar. Secara bahasa, “itsar” memiliki makna mendahulukan atau mengutamakan orang lain. Namun, dalam konteks istilah, itsar mengacu pada tindakan mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri dalam urusan dunia dengan harapan mendapatkan pahala di akhirat. Tindakan itsar ini dilakukan dengan keyakinan yang kuat, cinta (mahabbah) yang mendalam, dan kesabaran dalam menghadapi kesulitan.

Beberapa keutamaan sikap itsar selain dalil diatas diantaranya yaitu:

Pertama, Allah SWT mencintai orang yang memberikan manfaat bagi sesama manusia. Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat Muslim lain bahagia, membantu mengurangi kesulitan orang lain, membayar utang mereka, atau menghilangkan kelaparan mereka. Dalam hadis disebutkan, “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia.” (HR Thabrani).

Kedua, sikap itsar juga membuat seseorang dicintai oleh manusia. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa dengan menjauhi dunia dan tidak terlalu mengikuti materi, seseorang akan dicintai oleh Allah. Juga, dengan tidak terlalu mengejar dunia, seseorang akan dicintai oleh manusia. (HR Ibnu Majah).

Ketiga, orang yang mengamalkan itsar akan mendapatkan kemudahan dalam urusan dunia dan diampuni dosanya di akhirat. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Barangsiapa memudahkan urusan orang yang kesulitan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah selalu membantu hamba-Nya jika hamba tersebut membantu saudaranya.” (HR Muslim).

Keempat, sikap itsar juga memperkuat ikatan ukhuwah (persaudaraan) yang erat antara sesama Muslim. Rasulullah SAW mengajarkan, “Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR Bukhari).

Jika kita rajin bersedekah maka akan selalu didoakan malaikat dengan keberkahan sebagaimana hadits berikut : Dari Abu Hurairah RA, berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:  مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا  yang artinya "Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua malaikat yang turun dan berdoa, "Ya Allah berikanlah ganti pada yang gemar berinfak (rajin memberi nafkah pada keluarga)." Malaikat yang lain berdoa, "Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah (memberi nafkah)." (HR Bukhari dan Muslim).

Semoga kita semua diberikan kemudahan untuk selalu bertakwa kepada Allah swt, taqwa adalah derajat yang tinggi disisi Allah swt, menjaganya sampai maut menjemput dalam keadaan husnul khotimah. Selalu istiqomah mengikuti jalan Nabi Muhammad saw, ittiba sunnahnya sampai akhir hayatnya. Ceramah diakhiri dengan Doa.

Kisah sahabat Ali Inilah contoh sahabat dan keluarganya yang lebih mendahulukan saudara yang lain kendati dia sendiri juga sangat membutuhkan. Kisah sahabat Thalhah dan isteri ini adalah contoh nyata dari bagaimana sikap itsar dapat mendatangkan berkah dan pujian dari Allah SWT serta memperkuat ikatan ukhuwah di antara sesama Muslim. Allah SWT mencintai orang yang memberikan manfaat bagi sesama manusia. Sikap itsar juga membuat seseorang dicintai oleh manusia. Orang yang mengamalkan itsar akan mendapatkan kemudahan dalam urusan dunia dan diampuni dosanya di akhirat. Sikap itsar juga memperkuat ikatan ukhuwah (persaudaraan) yang erat antara sesama Muslim. Jika kita rajin bersedekah maka akan selalu didoakan malaikat dengan keberkahan.

Penulis : Sumadi KPPN Klaten

Peta Situs   •  Email Kemenkeu   •   FAQ   •   Kentongan  •  Hubungi Kami

© 2025 DITJEN PERBENDAHARAAN  •  ALL RIGHTS RESERVED  •  MANAGED BY HB18

Hak Cipta Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan RI
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Klaten
Jalan Kopral Sayom No.26 Kec. Klaten Utara Kab. Klaten 57435
Call Center: 14090
Tel: 0272-3320445 Fax: 0272-3320443

TRAFFIC

Jumlah Tampilan Artikel
471001
IKUTI KAMI
   
  
PENGADUAN

Search