Manado, 28 November 2024, Pertumbuhan ekonomi global masih dibayangi risiko dan ketidakpastian, antara lain disebabkan oleh dinamika pasar keuangan (volatilitas nilai tukar & yield), volatilitas harga minyak, gejolak geopolitik di timur tengah, serta lemahnya prospek pertumbuhan global.
Di tengah tingginya ketidakpastian global, perekonomian Indonesia tetap menunjukkan kinerja stabil yang ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi makro yang terjaga. Ekonomi Indonesia tumbuh solid 4,95% (yoy) pada triwulan III 2024, didukung konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,93% (yoy) dari sisi produksi, Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,29%, sementara dari sisi pengeluaran Komponen PK-LNPRT mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 15,10%. Inflasi domestik pada bulan Oktober terjaga di level 1,71% (yoy) atau 0,08% (mtm) dan 0,82% (ytd), didukung harga pangan yang semakin terkendali.
Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) secara umum juga menunjukkan penguatan seiring dengan tetap kuatnya aktivitas perekonomian dan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dari beberapa indikator. Pertama, untuk pertumbuhan ekonomi di Sulut tumbuh 5,21% pada triwulan III TA 2024. Untuk tingkat inflasi, secara year on year Indonesia mengalami inflasi sebesar 1,71%. Sementara itu untuk Sulawesi Utara, dalam periode yang sama mengalami inflasi sebesar 2,58%. Selanjutnya, Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Utara pada bulan Oktober 2024 naik 1,00 persen menjadi 113,27. Sebaliknya, Nilai Tukar Nelayan (NTN) mengalami penurunan dari 108,48 di bulan September ke 108,41 di bulan Oktober 2024. Dari sisi kinerja neraca perdagangan, Neraca Perdagangan (Ekspor Impor) di Sulawesi Utara pada Oktober 2024 tercatat surplus 70,71 Juta USD dan menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan September yang berada pada 50,36 Juta USD.
Selanjutnya, dari sisi pemerintah, APBN tetap menjadi shock absorber dampak dari gejolak dan ketidakpastian ekonomi di tingkat global. Atas pelaksanaan APBN di Sulawesi Utara, Pendapatan telah terealisasi sebesar Rp4.350,97 miliar atau 75,49% dari target yang telah ditetapkan, atau tumbuh 3,46% (yoy).
Pendapatan perpajakan menjadi sumber utama pendapatan negara dalam APBN. Tercatat realisasi penerimaan pajak di Sulawesi Utara sampai dengan akhir Oktober 2024 adalah sebesar Rp3.129,53 miliar atau telah terealisasi sebesar 72,11% dari target penerimaan perpajakan tahun 2024.
Selain dari penerimaan pajak, salah satu sumber pendapatan negara adalah dari pendapatan bea dan cukai dimana realisasi sampai dengan akhir Oktober 2024, dilaporkan pendapatan bea dan cukai telah terealisasi sebesar Rp57,90 miliar. Sampai dengan bulan Oktober 2024 penerimaan Cukai terealisasikan sebesar Rp30,66 miliar, dan Bea Masuk sebesar Rp18,17miliar serta realisasi Bea Keluar sebesar Rp9,07
Selain dari Perpajakan dan Bea Cukai, Pendapatan APBN lainnya adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Capaian PNBP s.d 31 Oktober 2024 adalah sebesar Rp1.221,44 miliar atau 85,79% dari target. Realisasi PNBP tumbuh 6,74% secara year on year dari periode yang sama tahun 2023.
Dari sisi Belanja APBN, telah terealisasi sebesar 77,76% dari alokasi/pagu, atau tumbuh 7,39% dengan nilai realisasi sebesar Rp18.757,80 Dana Transfer ke Daerah, Belanja Pegawai dan Belanja barang menjadi komponen belanja terbesar yang ada.Belanja Pegawai telah terealisasikan 84,32 % dari total pagu. Sedangkan untuk realisasi Belanja Barang terealisasikan 63,26%. Sampai dengan akhir Oktober ini, berdasarkan pelaksanaan APBN di Sulawesi Utara tercatat defisit sebesar Rp14,4 triliun.
Transfer Ke Daerah (TKD) sampai dengan akhir Oktober 2024 telah disalurkan Rp399,79 miliar atau 83,98% dari pagu. Dari angka tersebut, DAU menempati porsi terbesar realisasi TKD di wilayah Sulawesi Utara dengan realisasi Rp7.751,69 miliar dan disusul DAK Non Fisik dengan realisais Rp1.418,95 triliun.
Dapat disimpulkan, di tengah dinamika ketidakpastian global yang masih tinggi, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada kuartal III terjaga positif 5,21% didukung konsumsi yang terjaga kuat. Di samping itu, kinerja APBN hingga Oktober 2024 terus dioptimalkan sebagai shock absorber atau countercyclical dalam melindungi masyarakat dan menjaga kestabilan perekonomian.